“Tutup mulutmu!” sentak Cakra menatap Lea dengan tatapan tajam yang mengkilat. Tidak ada yang menyuruh orang asing untuk ikut campur pembahasan keluarga ini.
Lea tersentak atas ucapan Cakra itu. Lea tak pernah memikirkan reaksi Cakra akan seperti ini. Sampai sekarang Lea tak sadar dengan kesalahannya. Menurutnya ucapannya itu harusnya membuat keluarga ini senang karena ia memuji keluarga ini dan Lea harap mereka membenci Rafa karena lebih bersama keluarga satunya dibanding dengan mereka.
“Tidak ada yang menyuruhmu berbicara di sini,” sambung Arka tak menyembunyikan kepalan tangannya yang terkepal erat. Ia benci anak yang sok tahu.
Refan tak ikut berkomentar, namun kilatan amarah di kedua matanya tepat mengarah ke Lea. Selain ucapannya yang membuat mereka marah, kehadiran Lea juga membuat mereka marah.
“Anak-anak,” tegur Elisa kepada anak-anaknya. Melihat Lea yang menunduk dengan tubuh yang bergetar, Elisa tiba-tiba merasa tidak tega. Meskipun ia juga tak suka dengan ucapan Lea barusan, tapi melihat ketidakberdayaan Lea mampu menarik simpati dirinya.
“Tidak usah membelanya mom, anak ini memang tidak tahu diri,” sarkas Refan dengan gigi yang bergemeletuk keras bukti bahwa ia tengah memendam emosi.
“Ta-tapi, Lea hanya- ”
“Kau –” geram Cakra berniat mendekat pada Lea dengan kepalan tangan yang menampilkan urat-urat itu, tampaknya emosi Cakra sudah sampai puncaknya.
Ia tidak suka anak kecil kecuali Rafa, tidak suka orang asing ikut campur pembahasan keluarganya, kecuali Rafa karena Rafa bukan orang asing, apalagi ucapannya tadi semakin membuatnya emosi. Memangnya siapa anak itu berani berucap seperti itu, hanya orang asing tidak perlu sok tahu.
Melihat suasana yang semakin menegang, James segera mengambil alih suasana.
“Cakra, diam di tempat!” perintah James penuh ketegasan. Cakra itu tanpa melihat siapa orang itu, intinya jika membuatnya marah pasti akan berbuat apa-apa dengan orang tersebut. Emosi anak sulungnya memang paling parah dari yang lain.
“Kenapa daddy mencegah abang, anak tidak tahu diri itu harusnya mendapatkan yang sepantasnya,” ucap Arka dengan seringai lebarnya. Suruh siapa ikut campur, kali ini mereka akan membuat anak itu ikut campur, ikut campur dalam perdebatan ini.
Arka hanya ingin menegaskan kedudukan mereka dengan anak itu saja.
“Mommy,” cicit Lea mencoba bersembunyi di belakang tubuh Elisa. Ya, Elisa dengan sigap menuju ke Lea dan mencoba melindungi Lea dari sasaran amukan putra sulungnya.
“Cakra! Apa yang akan kamu lakukan?” tanya Elisa terkejut dengan sikap Cakra barusan. Ia dengan reflek mendekat pada Lea dan melindunginya. Mau bagaimanapun Lea masih kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafa
Fanfiction[Brothership] [Not bl] Tentang Rafa, hidup bersama kedua orang tuanya yang memiliki hidup pas-pasan. Rafa tidak mengeluh akan hidupnya. Bahkan ia dengan senang membantu pekerjaan orang tuanya. Ayahnya sebagai tukang kebun di kediaman ALARICK dan i...