59

7.8K 1.1K 348
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.














"Tapi bagaimana nanti jika Rafa sedih," celetuk Helia tiba-tiba. Apa yang dikatakan Helia tadi mampu membuyarkan imajinasi Rafa.

Merasa dirinya diikut sertakan, Rafa segera menimpalinya.

"Rafa gak sedih," seru Rafa mampu mengagetkan dua orang tuanya.

Helia dan Arya langsung menoleh ke belakang di mana ada Rafa berjalan mendekat dengan cengiran khasnya.

"Rafa, sejak kapan kamu di sini. Ibu kaget," ucap Helia setelah menetralkan napasnya. Bagaimana tidak terkejut, tiba-tiba saja suara nyaring itu terdengar.

"Maaf ibu hehe," balas Rafa sembari menggaruk-garuk kepalanya dan tersenyum kikuk. Ia tak bermaksud mengagetkan, ia hanya terlalu bersemangat.

Arya menggelengkan kepalanya atas kejadian ini. Ya mau bagaimana lagi, tidak mungkin mereka marah kepada Rafa yang kini tengah memasang muka lugunya.

"Duduk Rafa! Berhubung kamu di sini, ada yang perlu kita bicarakan," ucap Arya mengandung perintah di dalamnya.

Yang mana perintah itu langsung dilaksanakan oleh Rafa. Mengambil tempat duduk yang berbeda dengan orang tuanya.

"Apa kita akan kembali ke desa?" tanya Rafa dengan mata yang berbinar. Menunjukkan jika ia benar-benar tidak sabar.

Merasakan suasana di desa yang begitu menyenangkan, membuat ia begitu merindukan apa saja yang ada di desa. Satu lagi, di sana ia merasakan kebebasan.

Mungkin hal itu terdengar sederhana, tapi bagi Rafa itu sangat menakjubkan. Bertahun-tahun tinggal di kota bersama pawangnya yang posesif. Hal itu membuat pergerakannya terbatasi. Tapi ia tetap menyayangi abang-abangnya. Mau bagaimanapun, mereka baik kepadanya. Hanya saja, akhir-akhir ini merasa kesal saja.

"Iya, kamu setuju?" tanya Helia.

"Setuju setuju, kapan kita kembali? Besok? Hari ini? Setelah ini?" tanya Rafa bertubi-tubi.

Arya dan Helia saling bertukar pandang. Apa yang membuat anaknya begitu semangat? Mereka kira Rafa akan menolak karena akan jauh dari abang-abangnya.

"Sabar. Ibu dan ayah bahkan belum meminta izin untuk mengundurkan diri," balas Helia memberi pengertian pada sang anak.

"Apakah lama? Jangan lama-lama. Rafa pengen cepat-cepat ke desa. Rafa rindu nenek," sahut Rafa.

"Kamu enggak sedih? Jika sudah kembali ke desa, kita tidak akan kembali ke sini. Kamu gak akan ketemu abang-abangmu lagi," ucap Helia. Melihat keakraban putranya dengan tuan mudanya begitu mengharukan.

Seperti tidak ada jarak di antara mereka. Melupakan latar belakang masing-masing, memperlakukan seperti selayaknya hubungan abang kandung dan adik kandung. Tapi nyatanya tidak.

Rafa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang