“Nenek kakek,” sapa Rafa tak melunturkan ekspresi terkejutnya. Tiba-tiba saja nenek kakeknya yang berasal dari desa datang ke sini, di kota ini. Tidak ada kabar sama sekali tiba-tiba sudah berada di sini. Siapa yang tidak terkejut?
“Hahhh kami kira salah rumah,” keluh sang nenek dan tak menyambut sapaan Rafa. Maklum mereka baru pertama kali ke sini. Mereka hanya tahu anak mereka merantau di sini tapi ia dan suaminya sama sekali belum pernah datang kemari, ini kali pertama.
“Bagaimana kabarmu, Rafa,” sapa kakek dengan senyum ramahnya. Berdiri di belakang istrinya yang masih mengeluh tentang ini itu.
Rafa mengangguk terbata-bata, ia masih mencerna situasi saat ini, waktu berjalan begitu cepat.
“Nenek kakek, ayo masuk.” Raut wajah terkejut itu sekarang berganti dengan ceria. Ia senang dengan kedatangan kakek neneknya, hal ini lah yang membuat Rafa tak kunjung membalas pesan dari abang-abangnya. Rafa meninggalkan handphonenya di kamar. Rafa sengaja silent handphonenya, hanya ingin saja.
Tapi sepertinya jika Rafa tahu pun, ia tak tahu akan menjawab atau tidak. Ia masih kesal.
Rafa membawakan air putih untuk disajikan kepada nenek kakeknya yang sedang duduk di ruang tamu yang luasnya tak seberapa itu.
“Terima kasih anak pintar,” puji nenek kepada Rafa. Tanganya mulai mengambil gelas berisikan air putih itu lalu meneguknya sampai tandas. Perjalanan yang lama benar-benar menguras tenaga.
Kakek dan nenek duduk bersebelahan, sedangkan Rafa duduk di samping mereka namun berbeda sofa. Kedua mata bulat Rafa menatap nenek kakeknya dengan penuh binar. Ia sangat merindukan nenek kakeknya, sudah lama rasanya tak saling bertemu dengan mereka. Ia merindukan nenek kakeknya dan juga merindukan lingkungan desa yang aman tentram.
“Ayah dan ibumu di mana?” tanya sang kakek kepada cucunya.
“Ayah ibu sudah berangkat bekerja,” balas cepat Rafa. Tampak dari wajahnya Rafa begitu bahagia dengan kedatangan kakek neneknya. Ia tidak sendirian di rumah ini.
“Bekerja pada hari libur seperti ini?” tanya nenek ikut menimpali percakapan antara cucu dan suaminya.
Rafa mengangguk dengan wajah imutnya. Mata bulatnya mengerjap polos dan mulutnya ia kulum sehingga pipinya terlihat semakin mengembang. Mendapati raut muka imut seperti ini bagi sang kakek dan nenek adalal hal yang biasa, bahkan dari Rafa kecil, mereka sudah disuguhi wajah polos dan imut yang bahkan lebih lebih menggemaskan.
Jika dua keluarga itu melihat raut muka imut Rafa sekarang, pasti sangat histeris, apalagi nyonya keluarga itu.
“Kakek nenek tumben ke sini? Kalian akan menginap kan?” tanya Rafa penuh semangat kepada kakek neneknya.
“Haish, tentu saja cucuku. Nenekmu ini sudah tua dan cepat lelah untuk perjalanan yang melelahkan itu,” ucap nenek tak berhenti mengeluhkan perjalanan yang panjang itu. Menaiki bus yang membuat punggungnya sakit lantaran duduk untuk jangka waktu yang panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafa
أدب الهواة[Brothership] [Not bl] Tentang Rafa, hidup bersama kedua orang tuanya yang memiliki hidup pas-pasan. Rafa tidak mengeluh akan hidupnya. Bahkan ia dengan senang membantu pekerjaan orang tuanya. Ayahnya sebagai tukang kebun di kediaman ALARICK dan i...