Tuan Muda?
Kini Callaric ingin tertawa ketika mengingat panggilan dari sosok jangkung yang mengeluarkannya dari penjara bawah tanah. Terlebih sekarang, saat kaki mungil kurang dagingnya berhenti di tempat yang di sebut rumah dalam ingatan yang dia terima.
Benar-benar tidak cocok dengan panggilan yang Callaric terima tadi.
Hmm, bagaimana ya cara menggambarkan bangunan tempat tinggal anak 7 tahun itu?
Kalau disebut rumah sepertinya terlalu mewah. Baiklah, Callaric sebut saja gubuk reyot kecil. Benar-benar tidak sinkron dengan panggilan yang dia terima sebelumnya.
Callaric menoleh ke belakang. Sedikit mendongak menatap atap mansion mewah yang berada tidak jauh dari gubuk reyotnya. Karena kehadirannya yang tidak diinginkan, tentunya perlakuan yang diterima juga tidak bisa dibilang baik.
Akan sedikit Callaric ceritakan mengenai ingatan yang dia terima sebelumnya.
Adriano Killian Joiden, dia adalah anak yang diabaikan karena kelahirannya membawa kesedihan mendalam bagi Ayahnya. Walau dia lahir dari istri pertama, tapi karena kehadirannya, sosok yang mengandungnya meninggal dunia.
Tentunya, Ayahnya merasa kehilangan dan berdampak mengabaikan kehadiran Adriano, meski kelahiran Adriano begitu ia dinantikan.
Namanya juga bapak bangsat, ah, mulai hari ini Callaric akan memanggil Ayah bocah tubuhnya dengan panggilan itu, lebih sopan dari yang biasa dia gunakan dulu. Apalagi mengingat wajah dalam ingatan yang dia terima, jika dibandingkan dengan usia Callaric, Ayah bocah itu lebih muda darinya. Jadi pria bajingan itu harus sopan padanya yang lebih tua.
Callaric lanjutkan saja ceritanya. Meski dulu begitu menginginkan kelahiran seorang anak dari Istri pertamanya, tapi ketika kehadiran anak itu merenggut kehidupan Wanita yang ia cintai, tentunya semuanya sudah tak ada artinya.
Nama pria bangsat itu adalah Vereno Cleon Joiden, anak bungsu pak tua Joiden.
'Anak dan Ayah sama saja,' batin Callaric dengan wajah watados, 'sama-sama bau tanah tapi banyak tingkah.' lanjutnya.
Karena itulah kehidupan Adriano dari kecil hingga berusia 7 tahun tidak bisa dibilang baik. Perlakuan tidak adil diterima oleh anak kecil itu, bahkan dulu sempat hampir meregang nyawa saat berusia 4 tahun karena tidak sengaja memakan kacang padahal Adriano alergi.
Apa mengetahui anaknya akan mati, Ayah bajingan itu peduli? Oh, tentu tidak. Menjenguknya saja tidak pernah. Keajaiban saja Adriano bisa bertahan hingga sekarang dilingkungan yang seolah memintanya untuk segera mati.
Callaric menghela napas. Dia tidak mau mengeluh. Tidak ada kata itu dalam kamusnya. Hanya satu hal yang Callaric inginkan saat ini, yaitu agar tidak ada yang menganggu. Selagi tidak diganggu, Callaric akan diam bagai pajangan yang tidak dianggap ada.
Ingatkan orang-orang untuk tidak mengusik Callaric. Walaupun sekarang tubuhnya kurus kering dan berusia 7 tahun, tetap saja di dalam sana ada jiwa mafia bengis yang sudah khatam kamus cara membunuh dengan kejam.
Jadi tolong ingatkan orang-orang agar tidak mengusiknya ya.
Hal pertama yang Callaric lakukan adalah membersihkan diri di sumur kecil yang ada di samping gubuk. Menimba air dengan susah payah, kemudian menguyur tubuhnya hingga terasa lebih segar.
Setelah selesai Callaric melangkah memasuki gubuk. Membersihkan tubuhnya dengan handuk yang tersedia, walau rupa handuk itu terlihat begitu kotor. Bagaimana nodanya mau hilang, jika yang mencucinya adalah anak berusia 7 tahun.
Sesuai dengan ingatannya, Adriano hanya merendam seluruh pakaiannya pada larutan deterjen lalu membilasnya. Bersih tidak bersih asal bau sabun, selesai.
Callaric melilitkan handuk itu ke pinggangnya, melangkah mendekati lemari kayu yang tersedia di samping kasur lantai. Tempat Adriano mengistirahatkan tubuh serta menangis dalam diam sambil meremas perutnya kala tak diberi makan.
Benar-benar tak ada yang peduli pada anak 7 tahun itu. Para pekerja yang seharusnya memperlakukan baik majikannya, ikut menghiraukan kehadiran Adriano bahkan tak segan memerintah anak laki-laki itu layaknya bawahan. Padahal meski diabaikan, di nadi Adriano mengalir darah yang sama dengan sosok yang mereka layani.
Dan bodohnya, Adriano mau saja melakukan perintah para pelayan itu demi sesuap nasi. Walau ujung-ujungnya yang mereka berikan adalah makanan basi.
Memikirkan kembali ingatan yang dia terima, membuat Callaric tanpa sadar meremat kuat kaos usang di tangannya. Melampiaskan perasaan marah yang tiba-tiba ia rasakan. Meski bukan dia yang mengalami itu semua, melainkan sosok Adriano kecil yang entah ada di mana sekarang.
Callaric menghela napas panjang. Memakai baju usang itu pada tubuhnya yang sama sekali tak cocok, karena begitu besar. Bahkan saking besarnya, sebagian leher baju yang dia kenakan turun ke bahu hingga memperlihatkan bahu kurusnya.
Ya Tuhan, malang sekali nasib anak ini. Hingga baju saja bekas pakai kakak tirinya.
Tak apalah, asal ada.
Kini Callaric beralih memakai celana. Wajah anak laki-laki itu semakin datar menatap celana tersebut, sangat kedodoran untuknya. Berapa kali pun Callaric menaikan celana itu, tetap saja turun ke pergelangan kakinya tanpa permisi.
Ha'ah, Callaric perlu benang dan jarum.
Setelah selesai dengan sesi jahit menjahit, kini Callaric melangkahkan kakinya mendekati mansion mewah tersebut. Dia perlu mencari bahan makanan. Sedari tadi perutnya sudah sakit dan minta diisi. Jadi biarkan dia meminta dengan baik sepotong ubi atau mungkin kentang untuk dia makan.
Callaric tidak akan mengemis seperti bocah Adriano itu. Dia akan meminta dengan baik kentang mentah daripada harus makanan yang sudah matang. Karena ujungnya tetap saja makanan basi yang diberikan padanya.
Kaki kurang daging Callaric kini berhenti saat tiba di pintu belakang mansion besar nan mewah tersebut. Memandang lama pintu yang menghubungkan langsung ke dapur mansion.
Saat tiba tepat di depan pintu Callaric sedikit berjinjit meraih gagang pintu. Benar-benar pendek sekali tubuh Adriano itu, padahal sudah berusia 7 tahun. Tapi karena kekurangan gizi, pertumbuhannya jadi terhambat.
Pintu terbuka memperlihatkan beberapa orang yang kini menatap Adriani dengan berbagai ekspresi. Mulai dari jijik, heran, mencemooh dan banyak lagi.
Apa Callaric peduli? Bodo amat.
Callaric memilih mendekati salah satu orang yang dalam ingatannya masih bisa diajak bicara baik-baik, yaitu chef di mansion tersebut.
"Apa Anda memiliki kentang sisa?" Callaric sedikit mendongak mengatakan hal itu. Tak lupa wajah datarnya menatap ekspresi terkejut yang terlihat jelas.
Belum sempat si chef menjawab, ada satu pelayan pria yang menyahuti, "kau ingin kentang?"
Tatapan Callaric beralih pada sosok pelayan pria yang kini menatapnya penuh hina, "kami akan memberikannya padamu setelah kau membuang sampah itu."
Kini Callaric menatap ke arah beberapa kantong sampah yang berjejer rapi di dekat pintu masuk.
"Buang itu dan akan kami beri kau makanan."
Tak sopan sekali cara bicara pelayan pria itu padanya. Apalagi ekspresi wajah pelayan pria itu begitu congkak dan memandang Callaric penuh hina seolah Callaric/Adriano adalah seonggok makhluk menjijikkan yang tidak pantas ada di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
CALLARIC || Transmigrasi Villain (Hiatus)
AçãoApa jadinya jika ketua Mafia yang ditakuti di dunia bawah meninggal di usia 79 tahun, lalu bertransmigrasi ke tubuh bocah berusia 7 tahun yang diabaikan oleh keluarganya? "Aku tahu dosaku terlalu banyak, tapi ... apa memang separah itu? Sampai harus...