Tandai typo~~
πππ
Para pelayan dalam mansion mewah yang terletak cukup jauh dari kota itu kembali memulai aktivitas mereka di dapur. Menyiapkan dengan cepat makanan enak untuk Sang Tuan besar.
Sedang sosok yang memberi perintah masih diam di tempat sambil menatap Putra Bungsunya. Vereno meminta jawaban lewat tatapan pada Ayahnya itu.
"Ayah akan tinggal beberapa hari lagi di sini, lalu kembali ke Milan bersama Riano." ucap Herizon mengundang kerutan di kening Anaknya.
"Riano siapa?" Vereno bertanya.
Seingatnya tak ada satupun orang yang ikut ke kediamannya bernama Riano.
"Putramu," balas Herizon singkat. Semakin membuat Vereno mengerutkan keningnya.
Tak ada satupun dari 4 Putranya bernama Riano. Lalu, siapa yang dimaksud boleh Ayahnya itu?
"Aku tidak memiliki putra bernama Riano, Ayah." balas Vereno setelah lelah berpikir.
Tubuh Gael tersentak saat wajah yang tadinya tersenyum aneh, sepersekian detik berubah datar.
'Kau dengar, Nak? Si bajingan itu tidak mengetahui namamu. Begitu tidak pedulinya dia padamu, sampai namamu saja dia tidak tahu.' batin Callaric ditujukan pada Adriano.
Dia sakit hati? Tidak. Hanya saja kesal hingga rasanya ingin membunuh pria sialan itu seperti pelayan pria di dapur tadi.
"Jadi tidak masalah bukan, jika Ayah membawanya?" tanya Herizon setelah terdiam beberapa saat.
Dengan ragu Vereno mengangguk. Toh, dia juga tidak tahu siapa yang dimaksud oleh Ayahnya. Hingga suara Ayahnya kembali terdengar, membuat tubuh Vereno tersentak.
"Sudah siap mengisi kembali perutmu, Riano?" tanya Herizon membuat Callaric sedikit menjauhkan kepalanya dari posisi nyamannya.
Callaric hanya mengangguk menanggapi. Sedikit melirik ke arah Vereno yang menegang di tempatnya. Callaric tak peduli. Bodo amat.
Suasana hatinya tengah senang saat ini karena akan mengisi perutnya dengan makanan enak setelah sekian lama. Di tubuhnya dahulu, Callaric berada di rumah sakit selama 6 bulan sebelum akhirnya menghembuskan napas terakhir.
Berarti sudah 6 bulan juga dia hanya mencicipi makanan rumah sakit yang hambar. Dan akhirnya, setelah sekian lama dia akan memakan daging asap.
Sialan! Air liurnya menetes. Dengan cepat Callaric mengusap sudut bibirnya. Menghilangkan jejak sebelum Herizon melihat hal tersebut.
Tapi sayang, Herizon sudah melihatnya. Bahkan Pak tua itu tengah terkekeh geli tanpa suara.
Akhirnya langkah Herizon tiba di ruang makan. Beberapa pelayan yang berjejer tidak jauh dari meja makan terlihat menahan gemetar tangan mereka, penyebabnya adalah sosok yang berada di gendongan Sang Tuan Besar.
Sedang Sang pelaku hanya bersikap tak acuh. Iris hitam legamnya menatap penuh binar pada makanan yang tersaji.
Kruyuk.
Perut Callaric berbunyi cukup keras. Apa itu membuat dia malu? Oh, tidak. Urat malunya sudah putus sejak lama. Saat ini Callaric hanya ingin melahap dengan khidmat makanan lezat itu.
Sedang Herizon tertawa lepas. Namun, segera menghentikan tawanya saat tak melihat tanda-tanda jika sosok di gendongannya malu. Malah terlihat tak punya malu.
Pelan-pelan Herizon meletakkan Callaric di salah satu kursi. Tapi ada yang aneh. Pria paruh baya itu menyipitkan mata. Herizon menatap lama Cucu kurang dagingnya yang bahkan wajahnya saja tidak terlihat, begitu pendeknya tubuh Adriano hingga hanya terlihat rambutnya saja saat dudukkan di kursi.
KAMU SEDANG MEMBACA
CALLARIC || Transmigrasi Villain (Hiatus)
ActionApa jadinya jika ketua Mafia yang ditakuti di dunia bawah meninggal di usia 79 tahun, lalu bertransmigrasi ke tubuh bocah berusia 7 tahun yang diabaikan oleh keluarganya? "Aku tahu dosaku terlalu banyak, tapi ... apa memang separah itu? Sampai harus...