18

5.5K 721 41
                                    


Tandai typo manizzz 🐊
Happy reading.
Jangan lupa vote..

πππ

Tak terasa waktu berlalu cukup cepat. Beberapa hari terakhir, hidup seorang Callaric Louise di dalam tubuh mungil itu berjalan sebagai mana mestinya.

Bangun pagi sarapan, dilanjutkan dengan makan siang kemudian tidur, lalu makan malam. Begitulah siklus hidup tubuh mungil dengan jiwa tua itu, ah, ada satu lagi tambahan yang cukup membuat Callaric mempertanyakan usianya sendiri. Seperti saat ini.

Benjamin berlari dan tertawa riang di taman mansion Mantan besannya sambil memegang kaki cucu mungilnya yang duduk di bahunya. Setia memegang rambutnya yang mulai memutih karena pengaruh usia.

"Bagaimana, Riano? Kamu ingin satu putaran lagi?" Benjamin bertanya pada cucunya yang hanya diam sejak tadi, sedang sosok yang ditanya tak langsung mengeluarkan suara.

Sesaat Callaric diam dengan ekspresi rumit di wajahnya. Jujur saja, ia mulai menyukai kegiatan seperti ini. Tapi bukankah itu aneh? Usianya sudah 79 tahun, meski sekarang berada di tubuh 7 tahun.

Atensi Callaric kini tertuju pada Benjamin yang sedikit mendongak untuk menatapnya. Memasang senyum terbaik yang dia punya, seperti yang biasa seorang Kakek berikan pada Cucunya.

"Mungkin pinggang Anda akan encok jika melanjutkannya." sarkas Callaric dengan ekspresi datar, "turunkan Aku. Kakiku masih berfungsi dengan baik," lanjutnya mengambil kesempatan menarik kuat rambut Pak Tua itu.

Meski begitu, Benjamin tak terlihat kesakitan. Ia hanya tertawa keras karena mendengar ungkapan sarkas cucunya. Kadang-kadang Benjamin merasa Cucunya terlihat seperti orang tua yang telah hidup lebih lama dari dirinya. Aneh, tapi terkadang ucapan cucunya memang terdengar begitu.

Kini kedua kaki mungil Callaric menapak di tanah yang tertutupi oleh salju. Menatap telapak tangan mungilnya yang terdapat beberapa helai rambut di sana, sudah bisa ditebak itu rambut siapa.

Dengan sengaja Callaric menepuk kedua tangannya beberapa kali untuk menghilangkan helaian rambut itu, melirik sekilas ekspresi orang tua di depannya yang hanya memandangnya seperti orang bodoh.

Tak ingin memusingkan hal tersebut, Callaric memilih melangkah meninggalkan Benjamin menuju ke pintu mansion. Dia tidak bisa berlama-lama di luar, cuaca cukup dingin untuk tubuh mungilnya.

"Riano," tanpa menghentikan langkahnya Callaric melirik sosok Benjamin yang telah berjalan di sampingnya. Terlihat berjalan begitu pelan untuk menyesuaikan dengan langkah kakinya yang pendek.

"Kakek akan kembali ke Canada sore ini."

Seketika Callaric menghentikan langkahnya. Mengalihkan atensinya sepenuhnya menatap Benjamin yang terlihat tidak rela akan ucapannya sendiri.

Jujur saja, jika bukan karena suatu hal penting yang harus ia urus di Negara itu, Benjamin akan menetap lebih lama di mansion mantan besannya. Meski dia tahu, jika Herizon tidak akan mengizinkannya begitu saja. Beberapa hari ini dia bisa tinggal di kediaman tersebut semata-mata karena berhasil menyibukkan Pak Tua itu, hingga Herizon melupakan keberadaannya di sana.

Benjamin tersentak saat merasakan tarikan pada celana kain mahalnya. Ia segera bersimpuh di hadapan Sang Cucu yang terlihat ingin mengatakan sesuatu.

CALLARIC || Transmigrasi Villain (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang