Chap 19

584 100 7
                                    

Happy Reading...

Mew bergegas menghampiri Gulf yang tergeletak di lantai. Mew membalik tubuh Gulf, menahan kepala Gulf di kakinya sendiri.

"Gulf, bangun!" Mew panik, ini kali pertama ia menyaksikan seseorang tak sadarkan diri tanpa ia pukul lebih dulu.

Mew memeriksa kening Gulf, cukup panas, mungkin Gulf demam. Akhirnya Mew putuskan untuk membawanya ke ranjang. Membiarkan Gulf beristirahat sementara ia menyiapkan kompres sederhana.

Tak lama Mew kembali dan mulai menyimpan kain basah itu di kening Gulf yang sudah terlihat pucat, entah berapa lama Gulf pingsan di ubin yang sudah di pastikan dinginnya keramik itu membuat kondisinya semakin parah.

Sembari menunggui Gulf bangun, Mew mengambil HP-nya dan hendak mengirim pesan pada Mild.

Tapi setelahnya ia mendengus kesal, "Sial, aku tak punya nomornya." Mew mencari ponsel Gulf dan ternyata ponsel Gulf kehabisan daya.

Mew men-chargernya lebih dulu sembari duduk di sisi jendela, membuka kaca kecil itu, ia menunggui Gulf sembari merokok acuh.

Setelah menghabiskan sebatang tembakau berasap itu, Mew kembali mengecek ponsel teman serumahnya. Sudah cukup untuk dinyalakan meski batrenya belum penuh.

Tak ada password atau sidik jari yang harus dimasukan, mengingat Gulf mendapatkan ponselnya dari orangtuanya saat keluarga nya masih dalam kondisi baik, itu android keluaran lama.

Tapi Gulf tak pernah mengeluh, ia merawat benda pipih itu dengan baik. Ditambah, kenangan-kenangan ia dan dua malaikat kesayangannya masih tersimpan rapi di sana

Mew segera mencari nomor Mild dan menyalinnya,  mematikan kembali HP Gulf agar Gulf tak berpikir macam-macam.

"Mild, ini Mew. Kau tadi mau bilang apa?" – send

Mild yang sedang memerhatikan merasa teralih saat ponsel di sakunya bergetar.
Ia mencuri-curi kesempatan karena rasa penasaran.

"Siapa yang mengirimku pesan?" Bingung Mild saat melihat ada nomor baru yang mengiriminya pesan

"Kenapa Mild?" win menimpali.

"Ah, tidak. HP-ku bergetar, aku penasaran siapa yang mengirimnya. Kau terus perhati kan saja, aku takut ketahuan jika kita malah mengobrol."

"Ah, baiklah."

Saat membuka pesan, Mild sebentar melirik pada Win, ia merasa sedih sendiri mengetahui seeorang yang menghambat sahabatnya hancur adalah sahabat baru mereka sendiri, mild bingung harus seperti apa, dia tidak bisa menyalahkan Win juga karna masalah ini

"Nanti aku akan menelponmu saat istirahat, akan panjang jika aku mengetik semuanya." –send

"Baiklah." – read

Mew kembali melihat ke arah Gulf, ia masih tertidur.

Mew menghampiri, mengganti kompres dengan air yang baru dan berlalu ke ruang tengah.

Gulf sedikit membuka mata, hanya bayangan punggung yang ia lihat dan setelahnya ia kembali tertidur,

Beberapa jam berlalu, Gulf terbangun, ia mengerjapkan mataya beberapa kali, menyesuaikan cahaya yang masuk.

Melirik ke sekeliling dan menyadari ada sesuatu yang berbeda di nakas.

Semangkok bubur dan beberapa lembar obat.

Gulf memegang kepalanya yang sedikit pusing dan berusaha bangkit dari baringnya. Di ambilnya alat bantu dengar yang selama ini selalu menemaninya lalu di pasangan ny pada telinganya sendiri

THAT'S ENOUGHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang