"Seungmin, ayo ke kantin bareng gue," Jisung yang saat ini entah mengapa bersemangat, menghampiri Seungmin yang masih terduduk di bangkunya. Bel tanda istirahat benar-benar baru saja berbunyi, namun Jisung sudah menghampirinya terlebih dahulu. Gerak cepat sekali pemuda tupai ini, entah apa tujuannya.
"Gue ga laper," balas Seungmin, sembari melirik kecil ke arah Minho yang juga masih terdiam di bangkunya, sibuk mempersiapkan presentasi yang akan dilakukannya setelah jam istirahat ini.
Jisung menyadari lirikan kecil tersebut, "udah ayo, gue traktir hari ini." Ia langsung saja menggenggam tangan Seungmin dan menariknya keluar kelas, berjalan perlahan menuju kantin sekolah. Jisung tak ingin Minho mengambil kesempatan lagi untuk berduaan dengan Seungmin, maka ia akan membawa pemuda Kim itu menjauh dari Minho.
"Tapi--" Seungmin hendak protes. Ia tak ingin pergi ke kantin. Dan lagi ia bingung mengapa Jisung tiba-tiba bersikap demikian padanya setelah mereka kenal cukup lama sebagai teman satu kelas. Ia selalu menolak Jisung sejak awal, atau siapapun itu yang berusaha mendekatinya. Namun sebagai omega, kali ini ia sedikit merasa terintimidasi.
Jisung memang tersenyum padanya, namun seolah ada unsur mengancam dibalik senyumannya kali ini.
"Ji, gue--" Seungmin berusaha menolak, namun lidahnya kelu. Ia tak tahu harus memberikan reaksi seperti apa. Kemanakah keberaniannya untuk menolak orang-orang seperti biasanya?
"Lo mau makanan berat atau roti-rotian?" tanya Jisung begitu mereka sampai di antrian kantin. Belum begitu ramai karena mereka datang cukup awal. Jelas saja, Jisung segera menyeret Seungmin begitu bel berbunyi.
Seungmin mencoba melepaskan genggaman Jisung. "Ga perlu, Ji," tolaknya.
Bukannya melepaskannya, Jisung malah semakin mengeratkan genggamannya. Menandakan dirinya sedang tak ingin ditolak saat ini, "lo harus ambil, buat merayakan kemenangan gue kemarin."
Pemuda Kim itu menatap Jisung bingung, "kemenangan apa?"
"Casino," balas Jisung.
"Ohh.." Seungmin tahu Jisung senang bermain, namun baru kali ini ia benar-benar baru mengetahui bahwa sang tupai pun pergi ke tempat-tempat semacam itu. Tak mengejutkan sih, namun tetap saja menurutnya itu berlebihan.
Anyway, sementara Jisung memesankannya makanan --yang entah apa Seungmin pun tak tahu, ia pasrah saja--, pemuda anak anjing itu bergulat dalam pikirannya. Haruskah ia menanyakan soal Jisung dan Minho yang tinggal bersama? Apakah ia memiliki hak untuk mengetahui hal tersebut? Sejujurnya ia penasaran soal itu dan terus memikirkannya sejak dirinya mendengar percakapan mereka semalam.
Jika itu memang benar, Seungmin sedikit iri.
Ia menghela nafasnya berat, berniat untuk memutarbalikkan tubuhnya dan beranjak dari sana, "gue balik ke kelas--"
"Ga. Lo disini sama gue," potong Jisung. Ia benar-benar ingin makan siang bersama pemuda itu hari ini dan harus mendapatkannya apapun yang terjadi.
"Lo kenapa tiba-tiba maksa gini?" tanya Seungmin, sedikit kesal namun tak ingin menunjukkannya terlalu jelas. Jisung benar-benar aneh.
"Makan aja udah."
***
"Gue gamau, Ji," Minho sibuk melontarkan kalimat tolakan untuk Jisung. Ia sedang menikmati waktunya meminum satu gelas kopi dan tiba-tiba tupai itu mengajaknya pergi. Ia ingat saat itu Jisung memintanya untuk ikut pergi ke casino dan ia tak ingin menginjakkan kaki di tempat tersebut sedikitpun.
"Ayo, Ho. Kita ga pernah jalan bareng kan selama lo disini?" memang benar sih perkataan Jisung yang satu ini. Tetapi bukankah alasan mereka tak pernah menghabiskan waktu bersama adalah karena Jisung yang tak menyukai Minho?
KAMU SEDANG MEMBACA
ENIGMA [Minsung] ✔
Fanfiction[Completed] Han Jisung merupakan seorang alpha dominan, setidaknya sebelum ia bertemu dengan sosok Lee Minho yang merupakan seorang enigma, alpha dari segala alpha. "Gue ini alpha sejati, asal lo tau!" "Lo akan tetap jadi omega di bawah enigma kaya...