40

13K 618 98
                                    

Minho menarik Jisung dalam pelukannya, kelelahan setelah menggempur pemuda tupai itu cukup lama. Yah, maklum saja. Enigma seperti Minho sulit sekali merasa puas, maka dari itu Jisung harus bertahan dalam jangka waktu panjang.

Pemuda Lee itu mengambil selimut dan menutupi tubuh keduanya. Sebenarnya waktu sudah menunjukkan hampir pagi, saking lamanya mereka berolahraga malam. Jisung berani bersumpah besok dirinya akan sulit beraktivitas.

"Thanks, Hannie.." ucap Minho, mengecup pelan puncak kepala Jisung lembut, mengelus punggung polos si manis agar keduanya bisa tidur dengan nyenyak.

Jisung memajukan bibirnya, ia mendongak menatap Minho, "lo manggil gue sembarangan.."

"Lo gasuka?" Minho mengangkat sebelah alisnya. Padahal menurut Minho nama itu menggemaskan dan cocok sekali untuk Jisung.

Dengan mata memicing, Jisung menanggapi, "jangan panggil gue asal, lo siapanya gue?" Bukan. Jisung bukannya bermaksud ingin berkelahi, ia bertanya seperti ini untuk menanyakan kejelasan hubungannya dengan Minho.

"Oh, kode nih ceritanya?" Minho tersenyum miring, lucu sekali cara Jisung menginginkan status hubungan mereka. Dasar tsundere.

Jisung hanya diam, namun ia bersemangat untuk mendengarkan Minho yang sepertinya setelah ini akan mengajaknya berpacaran. Mata bulatnya bahkan sampai berkedip lucu. Ia sudah tak sabar, penasaran dengan bagaimana cara Minho akan menembaknya.

"Well, gue gaakan bilang hal yang umum dan pasaran kaya orang lain. Kita udah mating. Lo punya gue, dan selamanya bakal terus gitu," ucapan Minho membuat Jisung membeku. Apa-apaan itu? Memangnya cara seseorang mengajak partnernya berpacaran adalah dengan mengatakan hal semacam itu?

Tetapi.. Minho terlihat mendominasi, Jisung merona samar karenanya. Minho ini memang unik, begitu berbeda dengan orang-orang pada umumnya.

Namun tetap saja menyebalkan!

Jisung melayangkan tatapan protes, "apasih, Ho? Lo gaada lembut-lembutnya." Pemuda Han itu mendekat, menenggelamkan wajahnya pada dada sang enigma untuk menyembunyikan rona di pipinya.

"Kan lo suka dikasarin-- aw!"

Jisung mencubit Minho cukup kuat. Kau tahu? Tupai itu ingin sesekali menjahit mulut sembarangan Minho karena seringkali mengatakan hal konyol yang dapat membuat urat malunya putus seketika. Bisakah Minho menghilangkan kebiasaan itu?

"Berhenti ngomong kaya gitu!" ucap Jisung kesal.

Minho terkekeh sejenak. Ia selalu menyukai reaksi menggemaskan Jisung ketika sedang kesal. Maka dari itu, ia terus mengulanginya. "Yaudah, intinya gue gaakan nanyain lo, gue ga butuh jawaban ataupun penolakan. Lo pacar gue, lo mate gue, lo milik gue, gaada yang bisa sentuh lo selain gue."

Rona pada pipi gembil Jisung semakin menyebar. Ia tak ingin Minho melihat wajah malunya saat ini, lebih baik tetap diam dan bersembunyi dalam dekapan pemuda itu ketimbang harus menahan malu.

"Curang banget lo, kesannya kaya maksa," komentar Jisung.

"Emang gue maksa. Kenapa?" Minho tak ragu. Toh ia tahu Jisung takkan menolaknya, jadi tidak ada gunanya bertanya apakah Jisung ingin menjadi kekasihnya atau tidak.

Sementara Minho terus mengusap rambut si manis dengan lembut, Jisung hanya menekan-nekan dada sang enigma dengan jari telunjuknya pelan, "mana ada orang ngajak pacaran kaya cara lo gini."

"Siapa juga yang niat ngajak pacaran? Gue ini niatnya mutlak pacaran. Lagian lo gaakan bisa nolak juga," Minho percaya diri kali ini, tentu saja. Mereka memang sudah melakukan mating, jadi lebih baik seperti ini.

ENIGMA [Minsung] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang