Sudah sekitar empat hari sejak Jisung meminta Minho untuk menjauhinya, dan sudah empat hari pula Minho benar-benar mengabulkan permintaan tidak jelas Jisung tersebut. Ia tidak main-main dengan ucapan Jisung, dan memastikan tak ada celah lagi di antara hubungan keduanya.
Bukan apa-apa, Minho ingin benar-benar menjauh agar perasaannya pada Jisung pun berhenti. Jika ia masih bersikap seperti biasa, bagaimana caranya ia bisa move on dari tupai tersebut?
"Minho, Jisung.. nanti kalian belanja beli bahan-bahan masakan buat minggu ini, ya?" Nyonya Han membuka dompetnya, berniat untuk memberikan beberapa lembar uang bagi kedua anak sekolah tersebut guna membeli beberapa bahan masakan. Ia telah kehabisan bahan untuk minggu ini dan saatnya pergi belanja bahan-bahan baru.
Mendengar namanya disebut untuk pergi bersama Jisung, Minho segera memberikan usulan lain, "Minho sendiri aja tante."
Mengangkat sebelah alisnya bingung, Nyonya Han menanggapi, "loh? Banyak loh bahannya, berdua aja sama--"
"Bisa sendiri kok, tante. Jisung lagi sibuk buat tugas kelompok. Iya kan, Ji?" Minho menolehkan wajahnya pada si manis. Ia memasang ekspresi dingin pada pemuda itu, menandakan bahwa dirinya tak ingin pergi bersama Jisung.
Tugas kelompok? Jisung bahkan sudah menyelesaikannya. Ia menanggapi dengan gugup, "g-gue bisa--"
"Bukannya kelompok lo praktek besok? Harusnya lo belajar buat siapin itu," sungguh, ucapan Minho sungguh tidak mengenakkan untuk didengar. Jisung bahkan sampai enggan untuk menatap matanya, ia merasa sedikit takut.
Minho semarah itu padanya?
Namun, sepertinya bukan ini yang ia inginkan, "tapi, Ho--"
"Nanti kalo lo gabisa lakuin prakteknya lo mau apa? Ga mungkin kan lo cuma andelin Changbin? Itu namanya lo cuma numpang nama," Minho memasang wajah kesal, membuat Jisung menunduk mendengar ucapannya. Cukup menyakitkan. Jadi begini cara Minho menjauh darinya? Dengan melontarkan kalimat-kalimat semacam itu?
"Y-yaudah iya.." respon Jisung pada akhirnya. Ia tak berani untuk melawan Minho saat ini, sungguh.
"Sini tante daftar belanjaannya," Minho segera menyodorkan tangannya untuk menerima sebuah kertas berisi daftar belanjaan Nyonya Han tersebut.
Dengan ragu, ibu dari Jisung itu sontak saja memberikannya. Namun, ia merasakan ada yang tidak beres dengan hubungan Minho dan Jisung selama beberapa hari belakangan ini. Jisung tak pernah lagi bermain ke kamar Minho, dan keduanya sama-sama hanya berdiam diri di dalam kamar ketimbang bertengkar di ruang tengah seperti biasanya.
Bahkan ketimbang Jisung, belakangan ini Minho lebih sering pergi keluar sepulang sekolah, dan hanya berkumpul untuk sekedar makan malam dan sarapan pagi. Sisanya pemuda itu melakukan segala hal sendirian.
Sementara itu, Jisung selalu terlihat tak bersemangat sepanjang hari, padahal biasanya tupai itu sangat berisik dan tidak bisa diam.
Nyonya Han memiringkan kepalanya, ia rasa berbelanja bahan-bahan ini takkan memakan waktu yang terlalu lama. Jisung masih memiliki banyak waktu untuk belajar setelah berbelanja nanti, "kamu yakin? Kayaknya ngga akan selama itu--"
"Minho bisa, tante. Ngga perlu khawatir," potong Minho. Ia segera saja melangkahkan kakinya keluar rumah sebelum dirinya benar-benar dipaksa untuk pergi bersama Jisung.
"Ji? Kamu ada masalah sama Minho?" Nyonya Han menoleh pada anak semata wayangnya yang nampak lemas duduk di atas sofa. Wajah pemuda itu nampak lesu dan tak bersemangat seperti biasa, apalagi Minho mengatakan hal yang kurang mengenakkan padanya.
Mendapatkan pertanyaan tersebut, tupai tersebut memilih untuk berbicara jujur, "Jisung suruh Minho buat jauhin Jisung.. Jisung ngga suka jadi omega.."
Ah, jadi karena itu. Pantas saja wajah Minho masam setiap harinya, rupanya Jisung menolaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENIGMA [Minsung] ✔
Fanfiction[Completed] Han Jisung merupakan seorang alpha dominan, setidaknya sebelum ia bertemu dengan sosok Lee Minho yang merupakan seorang enigma, alpha dari segala alpha. "Gue ini alpha sejati, asal lo tau!" "Lo akan tetap jadi omega di bawah enigma kaya...