52. Stronger than You Know

268 34 0
                                    


Hai! Umi is back🤓

Selamat membaca😋

**************************

🎗🥀

"Maaf, aku gugur. Prajurit kecil yang rapuh ini siap menghadapi kematiannya."

Laskar baru saja menggumankan kalimat terakhirnya. Setelah matanya terpejam, Laskar merasakan seseorang menyentuh kepalanya. Detik berikutnya seseorang itu mengusap-usap lembut rambutnya. Laskar kembali membuka matanya. Sentuhan lembut seseorang itu seolah memberinya energi.

"Laskar,"

Laskar menatap ke sumber suara. Laskar terkejut begitu melihat siapa seseorang yang memanggil namanya. "K-Kakek..."

"Iya, ini kakek Laskar."

Seseorang itu benar kakeknya. Laskar tidak percaya bisa kembali bertemu dengan kakeknya yang sudah tiada. Apakah ini mimpi atau ia juga sudah tiada seperti kakeknya?

Kakeknya tersenyum. Senyumannya masih sama seperti dulu ketika kakeknya masih hidup. "Bangun, Laskar."

Laskar bangkit dari posisi berbaringnya dengan susah payah. Laskar lantas duduk menghadap ke arah kakeknya. "Kenapa aku bisa ketemu kakek? Ini cuma mimpi atau aku udah meninggal kayak kakek?"

"Ini mimpi. Kakek datang ke mimpi kamu karena kamu merindukan kakek."

Laskar langsung memeluk kakeknya. Rasa rindunya dengan kakeknya terobati melalui pertemuan di mimpinya ini. "Aku kangen banget sama kakek. Aku seneng bisa ketemu kakek, walaupun cuma di mimpi."

"Laskar, terima kasih."

Laskar melepas pelukannya kemudian menatap kakeknya dengan dahi menyerngit bingung. "Terima kasih? Untuk apa, kek?''

"Terima kasih karena kamu sudah mengungkap kasus kakek. Kakek lega pembunuh kakek sudah terungkap ke publik dan juga sudah mendekam di penjara. Kakek bisa tenang sekarang."

"Kakek gak perlu bilang terima kasih. Itu udah jadi tugas aku. Aku mau kakek tenang. Tapi aku juga mau bilang maaf sama kakek. Maaf karena aku baru sekarang mengungkap kasus kakek. Gak mudah buat aku mengungkap kasus kakek ke publik. Butuh keberanian yang besar buat mengungkapkannya ke publik, karna aku terus dibayang-bayangi rasa takut dan trauma aku. Aku punya trauma yang mendalam sama kematian kakek."

"Tidak apa-apa, Laskar. Kakek tahu betul perasaan kamu. Memang tidak mudah untuk mengungkapkan kebenaran. Menurut kakek kamu tidak terlambat untuk mengungkapkannya. Ini waktu yang tepat untuk menghukum pembunuh kakek. Kamu membiarkan dia puas bersenang-senang dengan harta kakek, tapi setelah itu kamu membongkar kejahatannya. Setelah dia merasakan kenikmatan duniawi, kini dia merasakan kepedihan dan kesengsaraan neraka dunia atau yang kita sebut sel tahanan. Dia akan menderita di sana."

Laskar meraih tangan kakeknya kemudian menggenggamnya erat. "Kek, apa setelah ini hidup aku bakal baik-baik aja?"

Kakeknya mengangguk sembari tersenyum. "Pasti. Kamu punya dua orang yang sangat menyayangi kamu dan selalu ada untuk kamu."

''Siapa mereka, kek?"

"Ibumu dan kekasihmu." Kakeknya terdiam beberapa saat sebelum kembali bersuara.

"Laskar, jangan khawatirkan kakek lagi. Kakek sudah bahagia di sini. Kamu harus sembuh. Kakek tahu kamu anak yang sangat kuat. Kamu lebih kuat dari yang orang lagi tahu. Terima kasih sudah menjadi cucu yang baik untuk kakek. Kamu berhak hidup bahagia bersama Ibumu dan kekasihmu. Di atas langit kakek akan selalu berdoa untuk kamu."

For Him (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang