06. Pisau Naga

487 57 5
                                    

Pukul 7 pagi Maharani sudah berada di hotel miliknya. Maharani datang ke hotelnya miliknya karena semalam ia mendapat laporan bahwa Laskar mengamuk di salah satu kamar hotel miliknya.

Kerugian dari perbuatan Laskar bisa ditanggunginya. Semua yang dirusak Laskar bisa ia ganti atau perbaiki. Tapi citra baik hotelnya akan tercemar jika publik mengetahui perbuatan anaknya itu.

Saat ini Maharani berada di ruang security. Maharani tengah melihat rekaman cctv di kamar hotel nomor 145 yang toiletnya dirusak oleh Laskar.

Dari semua kamar yang ada di hotelnya, hanya kamar nomor 145 yang Maharani beri cctv tersembunyi. Maharani sengaja melakukannya karena kamar nomor 145 menjadi kamar yang selalu ditempati oleh Laskar setiap menginap di hotelnya.

Maharani menatap layar komputer di depannya sambil bersedekap dada. Tidak ada yang lebih memusingkan dari menyaksikan rekaman Laskar saat mengamuk. Laskar terlihat jelas sekali sedang emosi, semua benda apalagi yang berbahan kaca dilempar ke dalam toilet. Pantas saja toiletnya sampai sehancur itu.

Maharani mendengus. Perbuatan Laskar bisa membuat reputasinya buruk di mata masyarakat. "Rekaman ini jangan sampai bocor ke publik!"

"Baik, nyonya." sahut security yang berjaga di ruangan ini.

"Maaf mengganggu waktunya, nyonya." Seseorang datang dan menghampiri Maharani.

Maharani menatap seseorang itu. "Ada apa?"

"Saya menemukan ini di dalam bath up toilet yang semalam dirusak tuan muda Laskar." Seseorang itu memberikan benda yang ditemukannya kepada Maharani.

Maharani lantas menerimanya. Benda tersebut ialah pisau lipat kecil dengan gagang bergambar naga. Maharani tahu pisau itu milik Laskar. Tapi sebelum menjadi milik Laskar, pisau itu miliknya.

"Ini pisau ajaib!"

"Ajaib? Bisa sulap, Ma?"

"Iya ini pisaunya bisa sulap. Kalo kamu sayat tangan kamu pake pisau ini, rasanya gak sakit! Beneran deh, Mama gak bohong!"

"Masa sih, Ma?"

"Nanti kamu buktikan sendiri omongan Mama!"

Maharani kembali terngiyang percakapannya dengan Laskar 10 tahun yang lalu. Kala itu Laskar masih berusia 7 tahun.

Maharani tersenyum miring. "Kamu benar-benar melakukannya my son!"




**************




Dengan mata masih terpejam, Laura meraba bantal di sampingnya. Laura membuka matanya saat tidak mendapati keberadaan Laskar di sampingnya.

Laura buru-buru bangkit dari berbaringnya guna mencari keberadaan Laskar. Laura masih ingat dini hari tadi ia tidur bersama Laskar. Tidur yang benar-benar tidur, bukan tidur dalam artian lain.

"Sayang? Kamu dimana?"

Laskar tidak terlihat batang hidungnya di dalam kamar ini. Laura pun berjalan menuju toilet, barangkali Laskar berada di dalam sana. Namun saat dicek, Laskar ternyata tidak ada di dalam toilet.

Tentu saja Laura khawatir. Yang menjadi kekhawatirannya, Laskar kembali melakukan hal gila tanpa sepengetahuannya.

"Laskar kamu dimana, sayang?"

Laura melihat ponsel Laskar tergeletak di nakas. Koper Laskar juga masih berada di kamar ini. Tapi si empunya tidak tahu pergi kemana.

Pintu kamar terbuka, Laskar pun muncul di balik pintu. Laskar lantas masuk dan berjalan menghampiri Laura yang tengah bermain ponsel. "Lor..."

For Him (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang