17. Pilihan untuk Berpisah

371 34 1
                                    

🌻Umi notes:

Ada yang bingung sama alur cerita FOR HIM? Kalo Bubu baca dengan teliti dan dipahami, Bubu gak bakal bingung sama alurnya. Jangan asal baca biar paham sama alur cerita ini☺.



*******************



Laura duduk termenung di halte dekat sekolahnya. Laura tengah menunggu bus datang, Laskar sudah pulang jadi terpaksa ia pulang sendirian menggunakan bus.

Laura menghela napasnya. Hubungannya dengan Laskar kini sedang tidak baik-baik saja, untuk kesekian kalinya hubungannya dengan Laskar mengambang, tidak jelas lanjut atau putus. Semua itu terjadi karena kemarin ia dan Laskar bertengkar dan berakhir saling mendiami.

Laura mendongak, menatap hamparan langit yang siang ini tampak menghitam. Langit mendung seperti suasana hati Laura. Sebentar lagi mungkin akan turun hujan.

Pertengkaran kali ini Laura tidak akan mengalah. Laura ingin Laskar yang berjuang untuk mempertahankan hubungannya ini. Laura lelah jika harus ia yang terus menerus berjuang, karena selama ini perjuangannya terasa sia-sia. Laskar masih saja sulit untuk mengerti perasaannya.

Laura ingin dimengerti seperti ia mengerti perasaan Laskar. Kesabaran Laura akan habis jika Laskar masih belum bisa mengerti perasaannya.

Puncak lelahnya orang sabar ialah menyerah. Laura akan menyerah jika Laskar tidak mau berjuang mempertahankan hubungannya ini.

Bisa dibilang sejak kecil Laura kekurangan kasih sayang dari orang tuanya. Beranjak dewasa Laura ingin memiliki pasangan yang bisa memberinya kasih sayang dan mencintainya dengan tulus. Jika Laskar tidak bisa mewujudkan keinginannya, maka keputusannya ialah berpisah dengan cowok itu.

"Mungkin kamu bukan orangnya. Mungkin juga kamu bukan orang yang tepat buat aku."

Laura menunduk lalu menutupi wajahnya menggunakan telapak tangannya. Pertahanan Laura runtuh, ia akhirnya menangis. Di sini sepi itu sebabnya Laura tidak segan untuk mengeluarkan isak tangisnya.

Drrtt...

Di tengah tangisnya, ponselnya tiba-tiba berdering. Laura lantas mengambil ponselnya dari saku seragamnya. Laura berhenti menangis ketika mendapati nomor asing tak disimpannya di layar ponselnya. Karena penasaran siapa yang menelfonnya, Laura akhirnya mengangkatnya.

"Halo. Ini siapa?" Laura mengeluarkan kejudesannya meskipun suaranya terdengar parau. 

"H-Halo kak Laura..."

Suara itu Laura mengenalinya. Laura mendengus, pemilik suara itu ialah Cahaya. "Ngapain lo nelfon gue?!"

Bukan sahutan yang Laura dapat, melainkan isak tangis Cahaya. Di sebrang sana Cahaya menangis tergugu, entah apa yang terjadi dengan adik kelasnya itu.

"Lo kalo mau nangis, nangis aja! Gak usah nelfon gue! Lo pikir gue tempat curhat lo?!" Laura bersungut-sungut lantaran masih memendam kekesalan dengan Cahaya.

Tunggu. Selain mendengar suara isak tangis Cahaya, Laura juga mendengar suara gaduh seperti suara orang yang sedang saling memukul. "Kok kayak ada orang yang lagi berantem? Siapa yang lagi barentem?!"

"Kak Laura tolong... kak Laskar---"

"Laskar kenapa?!" Laura mendadak panik begitu Cahaya menyebut nama Laskar.

"Kak Laskar lagi mukulin Cakra!" Di sebrang sana tangis Cahaya semakin pecah. Suara tangis Cahaya terdengar keras seperti orang yang sedang ketakutan.

"APA?!" Laura terkejut bukan main saat mendengar pernyataan Cahaya. Saking terkejutnya, Laura sampai bangkit dari duduknya.

"Tolong lerai mereka, kak! Cakra udah babak belur, aku takut Cakra kenapa-kenapa! Kalo kak Laura gak mau lerai mereka, aku bakal lapor Polisi!"

For Him (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang