Chapter 1 - Rembulan yang Terlihat Terang

627 47 6
                                    

"Berhenti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Berhenti."

Seruan di belakang tidak menghentikan Dahayu, dia terus berlari dengan kencang semakin jauh masuk ke dalam hutan. Goresan ranting-ranting pohon yang mengenai wajahnya tidak dia pedulikan. Dia harus segera mencari tempat sembunyi yang aman.

Dor dor dor

Suara pistol yang ditembakkan ke sembarang arah memekakan telinganya. Baru kali ini Dahayu merasa nyawanya akan benar-benar menghilang. Selama dia menjalankan misi belum pernah ia gagal. Dia selalu berhasil. Seharusnya hari ini pun begitu.

Hari ini Dahayu bersama 9 orang lainnya bertugas untuk memantau lokasi penyanderan seorang anak korban penculikkan. Untuk pembebasan akan dilakukan oleh tim lain. Seharusnya semua ini mudah, tetapi entah kenapa pihak lawan mengetahui keberadaan mereka. Dia bersama timnya sempat melakukan baku tembak dengan pihak lawan, sehingga ada beberapa yang terluka atau bahkan ada yang sudah mati. Dia tidak terlalu memperhatikan. Dahayu diperintahkan oleh Jegar—ketua tim dalam misi ini—untuk segera pergi, bagi pria itu keselamatan perempuan yang merupakan cucu perempuan satu-satunya ketua organisasi rahasia ini sangatlah penting.

Mengingat pengorbanan semua orang yang berusaha melindunginya, walaupun sebenarnya dia tidak membutuhkan itu. Dia tidak ingin di anggap lemah hanya karena dirinya perempuan. Bukankah mereka melalui pelatihan yang sama? Tapi setelah dipikir-pikir mungkin mereka melindunginya karena ia cucu dari ketua organisasi.

Dahayu menggelengkan kepalanya berusaha fokus, mengenyahkan pikirannya dari anggota tim yang lain. Dia harus selamat dan menginfokan ke tim kedua bahwa misi kali ini gagal. Sebelum itu dia harus mencari tempat sembunyi yang aman atau segera keluar dari dalam hutan ini. Walaupun napasnya sudah tidak beraturan, keringat membasahi seluruh tubuhnya dia tidak boleh berhenti. Perempuan dengan surai pendek berwarna coklat gelap serta mengenakan singlet hitam dan celana cargo hitam itu mengeratkan genggamannya pada pistol yang ia miliki. Dia harus menghemat peluru yang hanya tinggal beberapa butir saja. Darah yang menetes akibat goresan ranting di tubuhnya tidak ia pedulikan. Dengan langkah kaki yang lebar, mata coklat yang menatap tajam ke depan serta bibir yang tidak ada sedikit pun senyum di sana, dia terus berlari lurus ke depan.

***

Pohon-pohon yang semula rapat kini mulai jarang, Dahayu ingin tersenyum tetapi ia urungkan. Saat dia keluar dari hutan bukannya disambut jalan setapak atau jalan beraspal melainkan tebing tinggi yang di bawahnya terdapat aliran air yang deras. Dia terjebak dan tidak mungkin dia kembali memasuki hutan. Dia terduduk dengan kedua kaki yang menumpu dan menatap ke hutan seberang yang cukup jauh. Lalu menatap pada langit yang menampilkan semburat jingga kemerahan. Sangat cantik. Berbeda dengan keadaannya saat ini. Sungguh mengenaskan.

“Sudah tidak bisa lari lagi, ya? Kasian sekali kelinci kecil ini.” Suara bariton seseorang yang disambut gelak tawa dari beberapa orang berhasil membuat Dahayu terkejut dan dia segera berdiri mengambil posisi menghadap sekawanan orang yang datang.

Jiwa yang TersesatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang