Chapter 10 - Kolam Renang, Keputusasaan

351 29 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Dahayu membuka ponselnya yang sejak tadi berisik oleh notifikasi chat. Dia saat ini sedang bersiap-siap turun ke lantai bawah untuk sarapan. Hari ini hari Senin di mana jadwal masuk lebih cepat karena ada upacara bendera.

Gadis dengan rambut seperti laki-laki itu membuka aplikasi whatsapp ternyata notifikasi itu berasal dari grup kelas yang mengatakan bahwa jam olahraga akan dilaksanakan setelah upacara, sedangkan pelajaran kimia yang seharusnya setelah upacara akan dipindah setelah jam olahraga. Hari ini ada pengambilan nilai untuk gaya renang dan digabung dengan kelas XI IPS 2 sekalian. Seingat Dahayu itu kelas Kean.

Dahayu mengeluarkan room chat grup kelasnya dan mengabaikan notif instagramnya yang menumpuk. Dia terlalu malas untuk mengecek itu.

***

Menu sarapan hari ini adalah waffle dan telur ceplok serta segelas susu hangat. Dahayu menggigit wafflenya dengan pelan, dia memperhatikan Rajendra membuat pria itu bingung.

“Kenapa liatin kakak gitu banget?”

Semua orang menatap ke Rajendra dan Dahayu bergantian.

“Kenapa, Sayang?” tanya Nayana.

Dahayu menelan wafflenya, “Kak Rajendra kemarin sama siapa?”

“Hah?”

“Aku liat Kak Rajendra di kafe sama cewek.”

“Uhuk uhuk.”

Rajendra buru-buru mengambil susu hangatnya. Dia tidak menyangka bahwa Dahayu melihat dirinya kemarin saat bersama Vidiya.

“Wah, siapa kak?”

Nayana menatap anak keduanya itu dengan tatapan binar. Dia senang jika anaknya sekarang memiliki pujaan hati. Kalau bisa dia ingin mereka segera menikah dan ia akan memiliki cucu.

“Teman kerja kok, Mah.” Rajendra menyengir dan sedikit salah tingkah. Dia menatap Dahayu dan merutuki gadis itu yang terlihat seolah tak peduli.

“Dahayu.”

“Iya, Pah?” tanya Dahayu bingung.

Dia melihat sang Papah mengeluarkan sebuah kotak dari dalam tas kerja dan memberikan itu kepadanya.

“Apa ini, Pah?”

“Mungkin kamu tidak ingat, itu kalung yang kamu minta sebulan yang lalu. Kemarin Papah dihubungi kalau sudah selesai,” balas Sadewa yang sedikit tersenyum.

Dahayu dengan sedikit bingung membuka kotak itu dan terlihatlah sebuah kalung perak dengan bandul berlian bulat yang dilingkari besi seperti sangkar. Berlian itu berwarna kebiruan seperti warna langit. Sangat indah sekali. Dia berdecak kagum.

Jiwa yang TersesatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang