Chapter 8 - "Tangan gue gatal pengen nembak lagi."

384 34 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Dahayu sedang menyantap mie gorengnya dengan tenang ketika seseorang bertanya apakah boleh ia duduk di kursi depan gadis itu. Tentu saja Dahayu memperbolehkan, dia bukan pemilik tempat ini sehingga melarang orang untuk duduk. Walaupun mungkin dia terlihat enggan tersenyum bukan berarti dia tidak berperikemanusian. Ah apa ia dia begitu?

Ah, soal Nata entah ke mana pria itu, sejak ia tiba-tiba saja mengejutkan seisi kelas karena menggebrak meja ia izin ke toilet hingga bel istirahat tak kunjung kembali. Dahayu bersyukur setidaknya ia dapat makan dengan tenang dan tidak direcoki.

“Dahayu?”

“Ah, ya?”

Lamunan Dahayu buyar seketika saat gadis di depannya memanggil namanya.

“Gue mau nanya boleh?”

“Tanya aja sih.”

Sorry kalau bikin lo gak nyaman. Gue dengar-denger lo hilang ingatan, ya?”

Dahayu menatap lama gadis di depannya itu, lalu mengangguk membenarkan.

“Lo berarti gak ingat gue juga dong?”

“Yaiyalah.”

Jawaban Dahayu membuat gadis di depannya itu sedikit salah tingkah membuat Dahayu menghela napas.

“Nama lo siapa? Kita sekelas kan?”

“Gue Riani Putri Tasia. Panggil aja Riani dan benar kita sekelas.”

“Hm, oke.”

Dahayu melanjutkan makannya begitupun Riani.

***

Hari ini SMA Rajawali dipulangkan cepat karena para guru katanya akan ada rapat. Hingga pulang begini Dahayu juga tidak mendapati Nata memasuki kelas. Ke mana sebenarnya pria itu? Tapi apa pedulinya, lebih baik dia pulang sekarang. Bukankah itu lebih bagus, tidak ada yang merecokinya. Sebenarnya bukan hanya Nata, tapi teman-temannya yang lain bahkan termasuk pacar kakaknya itu tidak terlihat.

Namun, saat di parkiran Dahayu melihat sepeda motor mereka masih ada di sana. Berarti mereka masih ada di lingkungan sekolah, tetapi entah di mana.

Dahayu memasang helm dan menaiki motornya. Dia sudah siap menancap gas tetapi terhenti saat seseorang meneriaki namanya.

“Anjir, mending gue kabur deh.”

***

Nata, Kean, Raja, Kelvi, Juan, Latisya, Nana, dan Gaviya berjalan di koridor menuju parkiran. Mereka berdelapan sepakat membolos untuk menemani Nata yang sedikit kalang kabut hari ini. Pria itu lebih sensitif dan mereka berusaha menenangkan. Setiap kali ditanya ada masalah apa dia dengan Dahayu, pria itu enggan menjawab dan malah membentak.

Jiwa yang TersesatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang