23. Ancaman [NDN.

45 22 0
                                    

Nerissha merasa semakin terpojok ketika Aksan terus mengganggunya. "Iya, lo pikir gue bakal mau ngelakuin hal itu," ucap Nerissha.

Aksan tampak tersenyum tipis mendengar ucapan tersebut, dia kemudian mengambil sebuah foto dari atas nakas dan menunjukkannya pada Nerissha. Nerissha terkejut dan segera mencoba meraih foto tersebut, tetapi Aksan dengan cepat menariknya kembali sebelum Nerissha berhasil mengambilnya.

Nerissha terlihat sangat geram ketika melihat foto tersebut. "Kenapa lo simpan semua foto itu?" Nerissha bertanya dengan rasa kesal yang memuncak.

Aksan kemudian tersenyum duduk di sofa sambil memandangi foto tersebut. "Gak mau cium gue, tapi buktinya ini apa. Dulu kita pernah kayak gini kan?" Aksan menunjukkan foto mereka yang sedang berciuman.

"Aksan! Bakar semua foto menjijikkan itu, lo gak harus menyimpannya." Nerissha berucap dengan penuh kekesalannya terhadap mantan pacarnya.

Namun, Aksan hanya tersenyum dan mengabaikan semua ucapan Nerissha. "Bibirnya," ucap Aksan dengan senyuman yang semakin melebar.

"Aksan, kasih ke gue." Nerissha mencoba merebut foto tersebut dari tangan cowok tinggi itu.

Namun, seberusaha apa pun Nerissha tetap tidak bisa menjangkau foto yang ada di tangan Aksan. Jarak yang terlalu jauh antara mereka membuat Nerissha kesulitan untuk mengambilnya.

"Mau, 'kan, ambil sendiri." Aksan dengan nada meledek melihat Nerissha yang meloncat, untuk mencoba mengambil foto tersebut dari tangannya.

"Pendek," tambahnya meledek Nerissha.

"Aksan, gue gak mau main-main sama lo, cepat kasih foto itu ke gue."

"Cium gue dulu, baru gue kasih foto ini," balas Aksan dengan tuntutan yang tidak masuk akal.

"Gak, gue gak akan pernah mau ngelakuin itu."

Mendengar ucapan Nerissha, Aksan mengabaikannya dan meletakkan foto tersebut di atas lemari yang tinggi agar tidak bisa dijangkau oleh Nerissha.

"Lo apa-apaan, sih, ambil gak!" Nerissha berteriak dengan rasa kesal yang memuncak.

Namun, Aksan tidak merespon dan malah menanggapinya dengan santai. Dia berjalan ke arah dapur sambil bernyanyi, lalu mengambil beberapa sayuran untuk dimasak.

Sementara itu. Nerissha hanya bisa menghela napas dengan kasar dia sangat kesal melihat tingkah laku Aksan yang tidak bisa diprediksi. "Gak jelas, kadang gila, kadang kumat." Nerissha berdecak lalu duduk di sofa sambil menatap Aksan yang sedang memotong sayuran.

"Kenapa, sih, gue harus dipertemukan sama orang kayak gitu. Yang aneh banget sifatnya, kadang idaman, kadang kayak setan," ucapnya pelan, kemudian memalingkan pandangannya ke arah lain.

Tidak terasa hari sudah malam Nerissha memutuskan untuk pulang ke toko, tetapi Aksan sekali lagi menghadangnya tidak akan membiarkan gadis manis pergi dari pandangannya.
"Gue mau pulang, gue gak mau di sini," ucap Nerissha dengan tegas, menegaskan keinginannya.

"Lo, 'kan, udah pulang. Mau pulang ke mana lagi?" Aksan bertanya dengan seringai di wajahnya.

"Ke mana aja yang penting bukan di sini, gue gak mau berurusan sama lo."

Aksan kemudian tertawa dan berjalan melewati Nerissha. "Lo lupa masih punya utang janji sama gue."

"Janji?" Nerissha mencoba mengingat janji tersebut hingga akhirnya, dia terkejut ketika mengingat janji tersebut.

"Udah gue bilang apartemen gue masih sama, kalo lo udah siap datang ke sini. Atau gue yang datang ke lo dan menagih janji itu dengan cara kasar," ucap Aksan mengancamnya dengan suara seram, membuat Nerissha yang ada di hadapannya bergidik ketakutan.

Naresh Dan Nerissha [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang