32. Mengambil Janji [NDN]

26 16 0
                                    

Setelah itu, Aksan mendekati Nerissha yang kini masih terduduk di lantai, dia berjongkok di hadapannya sambil menatapnya dengan senyuman bahagia.

"Lo belum mandi, kan? Mau gue mandiin," ucap Aksan.

Mendengar ucapan tersebut Nerissha segera memalingkan pandangan ke arah lain.
"Gue bisa sendiri," balas Nerissha, tidak sudi jika Aksan terus memperlakukannya seperti itu.

Aksan tersnyum menyeringai mendengar balasan dari Nerissha, kemudian dia berdiri kembali dan berjalan ke arah lemari untuk mengambil handuk.

"Bisa sendiri, kan? Yakin gak mau gue bantuin." Aksan terus bertanya seakan-akan belum yakin dengan ucapan Nerissha.

"Gak usah, gue gak sudi," pekik Nerissha yang segera meraih handuk tersebut dari tangan Aksan.

Aksan hanya berdiri menatap Nerissha yang kini sedang berusaha untuk bangkit dari duduknya, tetapi sepertinya Nerissha begitu kesulitan untuk berdiri hingga akhirnya Aksan memutuskan untuk membantunya menuntun ke kamar mandi.

"Udah gue bilang, gue bantuin. Kenapa harus ngeyel seakan lo bisa ngelakuin segalanya," ucap Aksan yang mencibirnya.

Sementara Nerissha tidak menanggapi ucapan tersebut dia tetap cuek dan tidak peduli terhadapnya.
Setelah sampai di depan kamar mandi, Nerissha segera masuk dan langsung menutup pintu tersebut.

Sementara Aksan segera melenggang pergi dari sana dan memutuskan untuk menunggunya, sambil duduk di tepi kasur memandang ke arah pintu kamar mandi.

Setelah beberapa saat kemudian, Nerissha keluar dari kamar mandi matanya melihat Aksan yang kini memandang ke arahnya. Nerissha segera membuang pandangan ke arah lain ketika Aksan tidak berhenti memandangnya.

"Lo bisa gak, sih! Gak usah liatin gue sampai segitunya?" Nerissha begitu sangat kesal dan risi terus diperhatikan seperti itu oleh mantan pacarnya.

Akan tetapi, Aksan terlihat senang melihat Nerissha kesal padanya.
"Karena lo cantik, gue gak bisa kalo gak lihat lo setiap detiknya."

Nerissha berdecih mendengar ucapan tersebut, dia sungguh sangat muak terus berada di tempat tersebut bersama Aksan. Seandainya saja dia bisa keluar pada saat itu juga mungkin saja sekarang dia tidak akan sekesal itu.

"Gue mau pulang," pinta Nerissha dengan raut wajah kesal.

Akan tetapi, Aksan malah tertawa mendengar permintaan tersebut. Kemudian berjalan mendekati Nerissha yang kini sedang berdiri menatap ke arah luar jendela.

"Mau pulang ke mana? Mulai hari ini kita akan hidup bersama," ucap Aksan sambil tersenyum pada Nerissha.

Nerissha terkejut ketika Aksan mengatakan itu, dia tidak terima jika menghabiskan hidupnya bersama orang seperti Aksan yang menjengkelkan.
"Maksud lo apa? Yang mau hidup sama lo siapa?" tanya Nerissha dengan nada tinggi.

Aksan hanya menghela napas pelan sebelum menjawab pertanyaan Nerissha, kemudian dia memalingkan pandangannya ke arah luar jendela ketika Nerissha menatapnya dengan raut wajah marah.

"Lo lupa dengan kejadian tadi malam, kita habis ngapain? Itu terserah, sih. Lo mau nganggap gue sebagai bagian dari hidup lo, atau enggak. Intinya gue cuma mau tanggung jawab apa yang telah gue lakuin ke lo," ucap Aksan menjelaskannya dengan panjang lebar berharap Nerissha mengerti dengan semua tindakannya.

Nerissha tertegun mendengar penjelasan tersebut, dia lupa apa yang telah terjadi pada hidupnya. Bagaimana bisa dirinya harus menerima semua penderitaan itu.
"Maksud lo?" tanya Nerissha dengan raut wajah penuh kebingungan.

Aksan memalingkan pandangannya kembali ke arah wajah Nerissha yang kini menatapnya dengan penuh pertanyaan.
"Lo pikir sendiri." Setelah mengatakan itu Aksan melenggang pergi dari hadapan Nerissha.

Nerissha yang masih belum mengerti segera memegang tangan Aksan untuk memberhentikan langkahnya. Setelah itu, Nerissha segera mengajukan pertanyaan. "Kenapa lo ngelakuin ini ke gue? Maksud lo apa!"

Aksan terdiam sambil menatap Nerissha dengan ekspresi datar. "Karena lo cuma milik gue, sekarang lo paham, kan. Kenapa gue ngelakuin itu."

"Aksan, lo gila!" pekik Nerissha tidak terima dengan pengakuan Aksan padanya.

Sementara Aksan tidak memperdulikan Nerissha yang kini memukul-mukul dada bidangnya. Setelah itu, Aksan memegangi kedua tangan Nerissha dan menatapnya lekat-lekat. "Gue tanggung jawab, asalkan lo jangan pergi lagi dari hidup gue."

Nerissha menggelengkan kepalanya beberapa kali, dan berusaha untuk melepaskan tangannya dari genggaman Aksan. "Lepas, gue gak butuh tanggung jawab dari lo. Lo brengsek!"

"Nerissha! Gue gak bakal ngelakuin sejauh ini kalo lo gak ingkar janji, tapi apa? Lo sengaja ninggalin gue demi cowok itu!"

"Lo brengsek, Aksan. Brengsek," ucap Nerissha yang kini hanya bisa menangis.

Melihat Nerissha menangis Aksan segera memeluknya berharap Nerissha bisa tenang, tetapi Nerissha berusaha untuk menjauh dari Aksan.
"Lepas, gue gak butuh lo. Aksan!"

"Lo gak butuh gue? Ok, mulai sekarang lo gak akan bisa kelaur dari sini," ucap Aksan dengan nada tegas mengancam Nerissha.

"Gak, gue gak mau. Gue mau pulang, Aksan gue mohon."

Aksan hanya bisa menghela napas mendengar permohonan tersebut. "Gak bisa, lo tetap tinggal di sini."

"Aksan, please gue gak akan pernah pergi lagi dari hidup lo. Asalkan lo bebasin gue kembali."

"Lo minta bebas dari gue?" tanya Aksan.

Nerissha segera membalasnya dengan anggukan kepala. "Iya, gue mohon."

Aksan kemudian tersenyum lebar mendengar permohonan dari Nerissha. "Ok, gue bakal bebasin lo kembali, tapi dengan satu syarat. Jika lo dengan sengaja pergi dari gue, gue bakal nyebarin foto kita tadi malam."

Nerissha terkejut ketika Aksan mengancamnya bahkan dia tidak tahu jika Aksan telah mengambil beberapa foto untuk menyebarkan aibnya. Jika saja Nerissha melakukan kesalahan entah apa yang akan terjadi pada hidupnya.

"Gue janji," balas Nerissha pelan penuh dengan keyakinan.

Setelah itu, Aksan segera pergi dari kamar tersebut membiarkan Nerissha sendirian di dalam sana. Entah apa yang sedang dipikirkan oleh Aksan sampai dia tidak ingin Nerissha pergi jauh darinya.
Nerissha hanya bisa menghela napas dalam-dalam sambil mengusap air matanya, dia tidak pernah menyangka dalam hidupnya akan berakhir pahit seperti itu.

Tidak ada pilihan dalam hidupnya saat ini, dia hanya bisa diam merenung sambil duduk menatap ke arah luar jendela sampai matahari tenggelam, dan berganti malam dirinya masih setia duduk di hadapan jendela. Matanya terasa berat hingga dia memutuskan untuk beranjak ke atas kasur mengistirahatkan dirinya walaupun dia belum tahu ke mana Aksan sekarang.

Baru saja Nerissha memejamkan matanya, tiba-tiba seseorang datang dan langsung masuk ke kamar, dia melihat Aksan yang kini berjalan mendekatinya.

"Maafin gue, Rissha. Gue emang bodoh," ucap cowok tersebut yang tidak lain adalah Aksan, dia mengelus lembut pucuk kepala Nerissha.

Setelah itu, Aksan membiarkan Nerissha untuk beristirahat. Sedangkan dirinya segera melenggang pergi dari kamar tersebut.

Keesokan paginya Nerissha segera terbangun, dia segera mengubah posisi menjadi duduk. Dan tiada hentinya menatap ke arah luar jendela, mengingat dirinya yang bebas di luar sana.

Aksan yang kini baru saja masuk kamar melihat Nerissha selalu menatap ke luar jendela, seakan dia ingin keluar dari dekapannya.

Naresh Dan Nerissha [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang