21. Salah Paham [NDN]

34 24 0
                                    

Naresh merasa frustasi melihat perlakuan Cia terhadap Nerissha, dia kemudian menghela napas pelan mencoba tetap tenang dalam situasi yang sulit ini.
"Cia, lo kenapa, sih, selalu aja bikin masalah," ucap Naresh dengan keprihatinan.

"Oh, jadi lo lebih membela dia dari pada gue?" sergah Cia.

"Udah berapa kali gue bilang, gue gak pernah membela siapa pun," jawab Naresh dengan tegas.

"Alah, buktinya lo lebih peduli sama dia dari pada gue. Lo jahat, Naresh!" pekik Cia dengan suara lantang.

Naresh segera mencoba menenangkan Cia dengan memeluknya. "Cia, gue minta maaf. Gue gak ada maksud apa pun dengan dia, gue cuma nolongin doang."

"Bohong! Buktinya lo gak nemuin gue di perpustakaan, lo bilang mau pergi ke kamar mandi. Ternyata lo di sini sama dia," kata Cia dengan suara yang terdengar sedikit emosi.

"Maaf, Cia. Gue ke sini cuma nganterin dia makanan doang, setelah itu gue bakal nemuin lo di perpustakaan," jelas Naresh dengan suara yang penuh penyesalan.

Cia kemudian terdiam, dengan lembut mendorong lengan Naresh mencoba untuk melepaskan pelukan tersebut.

Naresh terlihat terkejut dan mencoba menjelaskan situasi tersebut.
"Gue cuma bantuin dia bawa ke sini, karena dia tiba-tiba pingsan akibat belum sarapan." Naresh menjelaskan bahwa dirinya hanya membantu Nerissha membawanya ke ruang UKS karena Nerissha tiba-tiba pingsan akibat belum sarapan.

Cia mendengarkan dengan seksama, mencoba memahami penjelasan Naresh. Meskipun masih merasa marah, dia menyadari bahwa perlu memberikan kesempatan kepada Naresh untuk menjelaskan dan memperjelas situasi tersebut.
Setelah mendengarkan penjelasan Naresh, Cia merasa sedikit lega karena ada penjelasan yang masuk akal.

"Kali ini gue percaya, tapi setelah itu gue gak akan pernah percaya lagi," ucap Cia.

"Iya, Cia gue minta maaf."

"Ya, udah kalo gitu temenin gue," Cia segera memegang lengan Naresh, menariknya untuk keluar dari UKS tersebut. Sementara Naresh menoleh ke arah Nerissha dengan perasaan tidak enak harus menerima perlakuan kasar dari pacarnya.

"Nae, maaf gue harus pergi," kata Naresh, berpamitan pada Nerissha.

Nerissha segera membalasnya dengan anggukan kepala sambil melihat kepergian Naresh dengan Cia.
Nerissha kembali menyendiri di ruangan tersebut. Dia baru menyadari bahwa cowok yang selama ini menemaninya ternyata sudah memiliki pasangan.

"Pantesan dia marah tadi pagi. Tapi melihat sikapnya, sepertinya lebih parah dari gue," katanya sambil memuji dirinya sendiri, berpikir bahwa dia lebih baik dari orang lain.

Setelah situasinya membaik, Nerissha kembali beristirahat walaupun dia telah melewatkan pelajaran pada hari pertama masuk sekolahnya. Mungkin saja dirinya akan mendapat hukuman dari sekolah karena telah tidak menjaga kesehatan.
Baru saja matanya terpejam, seseorang tiba-tiba datang dan berlari ke arahnya.

"Nerissha!" Seorang gadis dengan rambut dikuncir dua segera menghampirinya dengan wajah yang penuh kekhawatiran melihat Nerissha terbaring lemas di tempat tidur.

"Nerissha, lo baik-baik aja, 'kan?" tanyanya sambil menempelkan tangannya ke kening Nerissha untuk mengecek suhu tubuhnya.

Nerissha perlahan menyingkirkan tangan Jeanne, dia tidak menyangka bahwa teman barunya begitu peduli padahal mereka baru saja berteman pada pagi hari.
"Gue baik-baik aja, kok, lo gak perlu khawatir," jawab Nerissha dengan lembut.

Jeanne menghela napas lega mendengar ucapan Nerissha, lalu dia langsung memegang tangan Nerissha dengan wajah yang terlihat sedih.
"Lo tahu gak, sih, gue tadi langsung lari ke sini saat dengar lo pingsan," katanya dengan suara pelan.

"Gue udah merasa baik, kok, kita bisa pergi ke kelas sekarang," ucap Nerissha, mengajak Jeanne untuk pergi ke kelas.

Mereka memutuskan untuk melangkah pergi menuju kelas, dengan Jeanne membantu mengantarkan Nerissha. Meskipun Nerissha melewatkan pelajaran pertama akibat pingsan, mereka tetap bersemangat untuk mengikuti pelajaran selanjutnya.

Saat berada di dalam kelas, Nerissha tidak melihat keberadaan Aksan di sampingnya. Hal ini membuatnya terheran-heran, Aksan seharusnya duduk di bangku sebelahnya, tetapi tiba-tiba tidak ada hal tersebut membuat Nerissha merasa bingung.

Pelajaran pun dimulai dan berjalan hingga akhirnya tiba waktunya pulang sekolah. Hati Nerissha menjadi senang karena dia berhasil melewati pelajaran pada hari pertama sekolahnya, meskipun sempat terganggu dengan kehadiran mantan pacarnya yang ternyata juga sekolah di sana.

"Duh, gue pulang sama siapa, ya?" tanyanya pada dirinya sendiri, sambil menendang dedaunan kering di bawah tanah saat itu dia masih berada di bawah pepohonan ketika matanya tidak sengaja melihat Aksan melintas di koridor.

"Nerissha!" Dia seketika berbalik badan mendengar ada suara memanggilnya dari arah belakang. Benar saja, seorang gadis dengan rambut dikuncir dua sedang berlari menuju ke arahnya. Nerissha merasa heran melihat Jeanne yang terlihat begitu bahagia saat sampai di hadapannya.

"Nerissha, lo pulang sama siapa?" tanya Jeanne dengan raut wajah gembira.

"Gak tahu, mungkin jalan kaki aja," balas Nerissha.

Jeanne begitu terkejut mendengar ucapan Nerissha, lalu dia segera menawarkan diri untuk mengantarnya pulang ke rumah.
"Gimana kalo gue anterin lo pulang? Gue gak keberatan, kok, mau ngasih tumpangan sama lo," kata Jeanne.

Nerissha segera menolak ajakan tersebut. Bagaimanapun, mereka baru saja berteman dan Nerissha tidak ingin merepotkan Jeanne.
"Gak usah, Jea. Gue pulang sendiri aja," kata Nerissha sambil melenggang pergi dari hadapannya.

Nerissha perlahan-lahan berjalan menelusuri koridor sekolah sambil menatap sekeliling, dia tidak ingin tiba-tiba bertemu dengan Aksan sang mantan pacar.
Namun, takdir berkata lain Aksan tiba-tiba muncul di hadapannya saat pandangannya sedang tertuju ke arah lain.
Nerissha seketika terkejut ketika melihat Aksan berada di hadapannya.

"Apartemen gue masih sama, kalo lo udah siap, gue tunggu di sana," kata Aksan dengan enteng.

Nerissha begitu terkejut, bingung, dan tidak percaya dengan apa yang dirinya dengar. "Maksud lo?"

"Sejauh apa pun lo pergi, pada akhirnya akan kembali ke gue," kata Aksan lagi.

Aksan begitu menikmati reaksi Nerissha, senyum miringnya menunjukkan bahwa dia tahu Nerissha sedang berusaha menghindari topik yang dia bawa. Aksan merasa sedikit puas melihat Nerissha merasa tidak nyaman, dengan kehadirannya yang tiba-tiba.

Setelah memperhatikan cukup lama Aksan segera memegang tangan Nerissha dan membawanya pergi dari sana, Aksan bahkan menarik paksa pergelangan tangannya hingga Nerissha meringis kesakitan.

"Aksan, lepasin tangan gue," ucap Nerissha yang mencoba untuk melepaskan tangannya dari gemgaman Aksan.

"Lo diam, dan ikut gue," balas Aksan menegaskan Nerissha agar terdiam dan ikut bersamanya pergi.

"Gak, gue gak mau!" Nerissha terus berusaha walaupun usahanya sia-sia karena gemgaman Aksan yang cukup kuat menariknya dengan paksa.

"Sakit ...." Nerissha kembali meringis kesakitan akibat ulah Aksan yang semakin memegangnya dengan kuat karena Nerissha tidak kunjung menuruti perkataannya.

Naresh Dan Nerissha [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang