13. Gadis Gila [NDN]

41 28 1
                                    

"Ih, gak asik lo," ucap Nerissha sambil memalingkan pandangannya ke arah lain.

Naresh seketika terdiam tidak membalas ucapan tersebut, bahkan ekspresi wajahnya terlihat kebingungan ketika menatap Nerissha yang tiba-tiba tersenyum ke arahnya.
Nerissha mulai mendekatkan dirinya ke arah Naresh dengan mata yang berminar-binar.
"Naresh, temenin gue, ya."

"Kok, lo nyebelin banget, sih, gak ada takut-takutnya sama cowok malah minta ditemenin lagi."

"Ya, karena gue percaya kalo lo gak mungkin ngelakuin sesuatu sama gue, jadi gue rasa aman-aman aja kenapa gue harus takut," ucapnya yang tak acuh.

"Kok, bisa lo percaya sama gue sedangkan kita aja baru kenalan?" tanya Naresh heran bisa-bisanya Nerissha langsung ngasih kepercayaan padanya.

"Karena gue percaya sama ucapan bibi, kalo lo itu karyawan baik terpercaya jadi, ya, gak ada salahnya, kan, kalo gue juga kasih kepercayaan ke lo."

Naresh terperangah tidak percaya kenapa bisa-bisanya Risa juga kasih kepercayaan padanya, sehingga tanggung jawabnya mejadi berlipat ganda.
"Biasa aja kali, nanti ada lalat masuk ke dalam mulut lo," ucap Nerissha yang kini segera membuka salah satu koper miliknya, untuk mengeluarkan barang-barang yang dia perlukan.

"Lo gak mau bantuin gue gitu, malah diam aja di sana," tambah Nerissha.

Naresh hanya menghela napas pelan entah kapan dia bisa pulang ketempat tinggalnya, jika Nerissha masih saja terus menyibukkannya seperti itu lantas dia segera membantu merapikan beberapa barang saja seperti tas dan sepatu, sedangkan barang yang lain dia tidak berani menyentuhnya.

"Ini tas gue taruh di atas kasur aja, ya, selebihnya lo rapihin sendiri," ucap Naresh yang segera menaruh tas-tas tersebut walaupun belum mendapat persetujuan dari Nerissha.

"Oh, ya, gue udah sele-," ucapnya terpotong ketika matanya tidak sengaja melihat Nerissha mengeluarkan barang-barang peribadinya seperti pakaian dalam, sontak Naresh segera menutup koper tersebut walaupun tangan Nerissha terjepit oleh kopernya.

Nerissha segera menjerit kesakitan saat Naresh melakukan itu padanya, dia segera menarik kedua tangannya tersebut yang terjepit oleh koper kemudian menatap tajam ke arah Naresh.
"Punya mata gak, sih, lo! Tangan gue masih ada di dalam koper!" pekiknya dengan mata melotot lebar.

Tidak ingin kalah Naresh segera membalas ucapan tersebut. "Lo yang gak punya mata, bisa-bisanya ngeluarin barang-barang peribadi lo di hadapan gue."

"Apa masalahnya sama lo? Itu, hak, gue karena itu semua punya gue."

"Karena itu punya lo, seharusnya jangan tunjukin ke gue," ucap Naresh dengan menatap tajam ke arah Nerissha, napas keduanya begitu memburu ketika tidak ada yang ingin mengalah satu sama lain.

Akan tetapi, Nerissha mengabaikan ucapan tersebut dirinya segera menyingkirkan tangan kekar Naresh dari kopernya. "Minggir, gue butuh itu."

Bukannya menyingkirkan tangannya, Naresh malah menepis tangan Nerissha agar tidak membuka koper tersebut yang isinya pakaian peribadi.
"Yang lain aja bisa gak, sih? Jangan yang ini," ucap Naresh yang terus menepis tangan Nerissha.

"Dasar anak Monyet, gue mau mandi, ya, kali gak pakai dalaman, gila lo," balas Nerissha dengan nada kesal.

"Lo," ucapnya dengan jari tangan yang telihat bergetar, menunjuk ke arah wajah Nerissha.

"Apaan, sih, emang lo gak pakai dalaman apa, aneh bang-."

"Diam." Naresh segera memotong ucapan Nerissha, agar dia tidak melanjutkan ucapannya tersebut yang terdengar semakin memalukan.

"Kenapa gue harus diam, apa jangan-jangan ben-."

"Diam, gue bilang diam jangan ngomong lagi." Lagi-lagi Naresh memotong ucapan Nerissha, bahkan lebih parahnya dia segera menyumpal mulut Nerissha dengan kaus kakinya.

Nerissha merasa ingin muntah saat mencium kaus kaki tersebut, dirinya segera melemparnya ke wajah Naresh. "Sialan, Monyet! Lo mau gue mati!"

Bukannya minta maaf Naresh malah tersenyum telah menghukum gadis gila itu, dia merasa lega saat Nerissha tidak ingat dengan kata-kata sebelumnya dan membiarkan Nerissha marah-marah karena ulahnya.

"Bau bangke, kaus kaki lo gak pernah dicuci setahun, ya."

"Itu, loh, tahu gimana wangi, kan?" tanyanya sambil mengangkat kedua alisnya ke atas.

"Naresh!" pekiknya yang kini segera mengatur pernapasannya agar tidak terbawa emosi, Nerissha tahu Naresh sedang mengalihkan arah pembicaraannya maka dari itu dia segera menarik kerah baju milik Naresh ke hadapannya.

"Jangan coba-coba mengalihkan arah pembicaraan, kalo gak gue buka sekarang baju lo," ucapnya yang mengancam Naresh agar tidak bertindak gegabah pada dirinya.

Naresh segera melepaskan tangan tersebut dari bajunya dia pikir Nerissha telah lupa dengan ucapannya itu, ternyata dia salah justru Nerissha dengan berani mengancamnya.
Raut wajah Nerissha terlihat sedang menantangnya seolah-olah Naresh tidak akan lagi melawannya.

"Buka aja, sih, gue juga penasaran isinya kayak apa," ujar Nerissha mencoba menggoda Naresh agar mau menunjukkan badannya.

"Cowok itu dijaga, bukan dirusak," balas Naresh yang kemudian menjauh dari Nerissha.

"Ya, gak papa, sih, cuman liat doang gak dirusak."

"Terserah lo ngomong apaan, sih."

"Liat dikit aja, jangan pelit-pelit sama gue, ya, coba liat dikit," ucap Nerissha yang kini kembali mendekati Naresh, bahkan dirinya sempat meraih baju milik Naresh untung saja langsung ditepis oleh pemiliknya.

"Cabul." Satu kata dari mulut Naresh, yang membuat Nerissha tertawa keras.

"Cewek gila kurang setengah," ucapnya lagi pada Nerissha, tetapi Nerissha terlihat semakin tertawa saat mendapat hinaan tersebut.

"Astaga Naresh, lo pelit banget, sih."

Naresh tidak menanggapi ucapan tersebut ekspresi wajahnya juga menunjukkan bahwa dirinya saat ini sangat risi dengan perlakuan Nerissha yang gila, dia lebih baik segera bersiap-siap untuk pulang dari pada lama-lama di sana dengan gadis gila seperti Nerissha.

Melihat Naresh telah siap untuk pulang membuat Nerissha tak acuh walaupun Naresh kini segera melangkah pergi dari hadapannya, Naresh bahkan mengabaikan Nerissha yang masih tertawa.

"Mau pulang lewat mana lo? Orang kuncinya ada di gue," ucap Nerissha.

Naresh seketika memberhentikan langkah kakinya dan menatap ke arah Nerissha yang kini terlihat sedang memegang kunci kamar tersebut.
Setelah itu, Naresh hanya bisa menghela napas agak lama agar emosinya tidak tertumpahkan, dia tidak menyadari lagi dan lagi Nerissha mengambil kuncinya sejak kapan, maka dari itu dia tidak jadi pulang dan kembali duduk di hadapan Nerissha.

"Mau kunci inikan?" tanya Nerissha sambil terus menunjukan kunci tersebut ke hadapan Naresh.

"Makannya bantuin gue dulu, baru gue bebasin," tambahnya.

Naresh mendelikan matanya ketika Nerissha menatapnya dengan remeh, dan berdecak kesal karena lagi-lagi Nerissha terus mencegahnya untuk pulang kerumah.
Setelah itu mereka berdua fokus membereskan barang-barang, kecuali koper yang biru mereka biarkan saja karena Naresh tidak mau melihatnya.

Naresh Dan Nerissha [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang