31. Janji [NDN]

30 17 0
                                    

"Udah, 'kan? Sekarang gue mau pergi," ucap Alena yang kini mengambil ponselnya dari tangan Aksan.

Aksan tidak membalas ucapan Alena, melainkan dia hanya tersenyum menyeringai dengan pandangan menatap ke arah Nerissha yang kini masih tak sadarkan diri.
Aksan segera membelai wajah Nerissha dengan lembut sambil terus tersenyum melihat Nerissha yang kini berada di hadapannya.

"Sebenarnya ini belum waktunya gue ambil janji itu, tapi gue juga gak bisa membiarkan lo yang terus menjauhi gue," ucap Aksan pelan.

Setelah itu, Aksan segera melakukan tindakan tak senonohnya itu. Dia sudah tidak peduli akan jadi seperti apa nantinya kehidupan Nerissha di masa depan.
Aksan sudah terlalu kecewa dengan Nerissha yang selalu menjauhinya, bahkan Nerissha sengaja mengabaikan sebuah janji yang mereka sepakati dulu.

Aksan begitu bahagia bisa mengambil janji itu dari Nerissha walaupun dengan cara seperti itu.
"Setelah gue ambil semuanya, gue gak akan pernah lagi ganggu kehidupan lo," tambah Aksan yang kini langsung melakukan tindakannya tersebut.

Setelah beberapa saat kemudian Nerissha mulai terbangun dari pingsannya, matanya perlahan-lahan membuka dan kemudian menatap langit-langit kamar yang begitu asing di matanya.
Nerissha begitu terkejut saat matanya tidak sengaja menangkap seorang cowok yang kini sedang duduk di sebuah kursi menghadap ke arahnya, cowok tersebut terlihat menatapnya dengan tatapan tidak biasa sambil menghisap sebatang rokok di tangannya.

"Aksan," ucapnya pelan seraya bangun dari tidurnya mengubah posisi menjadi duduk, tetapi Nerissha terkejut ketika dirinya sudah dalam keadaan tak memakai apa-apa melainkan hanya sebuah selimut yang menutupi seluruh tubuhnya.

"Gak, gak mungkin," gumam Nerissha begitu panik, kemudian dia menatap ke arah Aksan.

Aksan terlihat biasa saja dan tetap santai sambil menghisap sebatang rokok.
"Aksan, maksud lo apa ini?" tanya Nerissha meminta penjelasan padanya.

Namun, Aksan begitu tidak peduli dia tetap menghisap sebatang rokok dan mengembuskannya ke udara.
"Bisa lo pikir sendiri," balas Aksan dengan santainya berucap seperti itu.

Nerissha merasa ketakutan ketika pikirannya ke arah sana, bagaimana bisa Aksan begitu tega melakukan hal seperti itu padanya tanpa ada kesepakatan.
"Aksan, jangan bilang lo ngelakuin hal yang gak diinginkan."

"Kalo, iya, kenapa?" tanya Aksan sambil membuang puntung rokok tersebut ke arah lain, kemudian dia beranjak dari duduknya dan berjalan mendekati Nerissha yang kini duduk di atas ranjang kasur.

"L-lo mau ngapain?" Nerissha berusaha menjauhi Aksan, dia tidak ingin jika Aksan akan melakukan hal lain lagi padanya.

"Bisa lo pikir sendiri gue mau ngapain," ucap Aksan yang kini duduk di tepi kasur dengan pandangan lurus menatap ke arah Nerissha.

Nerissha begitu ketakutan ketika Aksan mulai mendekatkan diri padanya.
"Jangan, berhenti di sana!" pekik Nerissha.

Aksan hanya tersenyum mendengar ucapan Nerissha yang melarangnya untuk mendekat.
"Gue cuma mau ngambil janji dari lo," balas Aksan dengan entengnya.

"Gak, jangan, Aksan gue mohon jangan."

Aksan terlihat menyeringai dia tidak peduli dengan semua larangan Nerissha, dia sudah cukup tidak peduli lagi dengan larangan tersebut.
"Lo pikir gue bakal ngelepasin lo gitu aja? Gak, kali ini gue serius."

Aksan segera menarik pergelangan tangan Nerissha membawanya ke hadapannya, Aksan menatapnya dengan serius. Setelah itu, dia segera mendorong Nerissha agar terbaring.

"Aksan! Gue mohon, gue belum siap." Nerissha terus memohon agar bisa dilepaskan olehnya, tetapi Aksan tidak peduli dan tetap melakukan apa yang harus dia ambil dari Nerissha.

Sampai akhirnya Nerissha benar-benar menyerah dan pasrah dengan perbuatan Aksan padanya, dia sudah tidak bisa melakukan apa-apa selain menangis meratapi diri.
Nerissha merasa dunianya telah hancur, dia tidak tahu apa yang harus dirinya lakukan jika semua orang mengetahui dirinya sudah kehilangan martabatnya sebagai seorang perempuan.

Nerissha hanya bisa menangis terisak, dia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi kedepannya.
"Aksan, please stop."

"Lo diam, semua akan baik-baik aja," balas Aksan.

Nerissha tidak bisa lagi menahan penderitaan tersebut dia berusaha memohon pada Aksan, tetapi tetap saja usahanya sia-sia untuk lepas dari Aksan yang telah terobsesi padanya.
Nerissha hanya bisa menangis sampai akhirnya bisa melewati semua penderitaan tersebut, Nerissha tidak bisa melakukan apa-apa selain terbaring lemas di atas kasur dengan pandangan menatap ke arah Aksan yang kini berada di sampingnya.

"Aksan, lo jahat," ucapnya pelan kemudian dia memejamkan matanya karena kelelahan.

Setelah melewati malam yang panjang penuh dengan penderitaan, Nerissha terbangun di pagi hari yang cerah dia perlahan membuka matanya dengan pandangan menatap langit-langit kamar.
Nerissha berusaha bangkit dari tidurnya, tetapi seluruh badannya terasa sakit hingga tidak sanggup untung beranjak dari kasur.

Akan tetapi, dia tidak melihat keberadaan Aksan di mana mungkin saja Aksan telah pergi meninggalkannya sendirian di rumah tersebut.
Nerissha hanya bisa menghela napas pelan dan berusaha kembali untuk beranjak dari sana, seluruh badannya terasa remuk hingga tidak sanggup untuk banyak bergerak, tetapi dia tetap berusaha untuk bisa pergi dari sana sebelum Aksan kembali.

Perlahan kakinya dia turunkan ke bawah lantai dan kemudian beranjak dari sana, tetapi sangat disayangkan Nerissha terjatuh ke bawah lantai karena kakinya tidak bisa menopang seluruh badannya.
Nerissha mengaduh kesakitan kakinya terasa keram, tetapi itu bisa menghentikannya untuk tetap tinggal di sana. Dia tetap berusaha untuk bangkit kembali sampai akhirnya bisa dan berjalan perlahan menuju pintu keluar dari kamar.

"Gue gak bisa, gue harus tetap berusaha sebelum dia datang," ucap Nerissha.

Setelah itu, Nerissha segera memutar gagang pintu tersebut, tetapi sayangnya pintu itu tidak bisa dibuka hingga Nerissha hanya bisa menghela napas kasar.
"Sialan, Aksan gila!"

Nerissha terus berusaha mencari cara agar dirinya bisa keluar dari sana walaupun itu sangat mustahil untuk bisa keluar dari tempat tersebut.
"Aksan! Buka pintunya! Siapa pun yang di luar tolong buka pintunya!" teriak Nerissha yang terus berusaha memutar-mutar gagang pintu tersebut.

Sampai akhirnya dia benar-benar menyerah untuk mencari cara agar bisa keluar dari sana, dia hanya bisa pasrah berharap ada seseorang yang mengetahui keberadaannya.
Nerissha yang kini terduduk lemas sambil memandang pintu tersebut, tiba-tiba ada seseorang yang membuka kuncinya dari luar.
Nerissha sangat senang berharap orang itu akan menyelamatkannya, tetapi dia salah yang membuka pintu tersebut bukanlah orang lain melainkan Aksan yang kini masuk ke dalam kamarnya.

"Aksan," ucap Nerissha, dirinya merasa ketakutan dan segera mundur untuk menjauhi Aksan.

Sementara Aksan hanya tersenyum ke arahnya sambil meletakkan makanan yang baru saja dia beli, tetapi Nerissha tidak memperdulikan makanan tersebut walaupun dirinya sangat kelaparan.

Naresh Dan Nerissha [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang