Nerissha hanya bisa menghela napas panjang, berharap Aksan memberinya kesempatan untuk menjalani hidup dengan bebas tanpa ikatan apa pun. Namun, itu hanyalah harapan yang mustahil. Aksan, laki-laki yang begitu terobsesi padanya tidak akan pernah membiarkannya pergi begitu saja.
Nerissha merasa terjebak, jika dia mencoba melawan dan pergi semua foto-fotonya akan tersebar luas dan kedua orang tuanya akan mengetahui hal buruk itu tentangnya. Dia tidak punya pilihan selain memasrahkan diri.
Perjalanan mereka berdua terasa begitu hening, Nerissha memilih untuk diam tidak ingin berbicara banyak dengan Aksan. Begitu juga sebaliknya, Aksan tampak fokus mengendarai mobil seolah-olah dia sedang berusaha menghindari percakapan.Setelah beberapa saat, mereka akhirnya sampai di sebuah rumah yang jauh dari pemukiman warga. Nerissha segera turun dari mobil dan berjalan ke dalam rumah, dirinya merasa sedikit lega tapi juga khawatir tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Setelah ujian berakhir, gue ijinin lo untuk pulang ke rumah orang tua lo," ucap Aksan tiba-tiba, membuat Nerissha terkejut.
"Serius?" tanya Nerissha, tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. Dia tidak pernah berpikir bahwa Aksan akan memberinya kesempatan untuk bertemu dengan keluarganya.
"Iya, tapi bukan berarti lo bisa bebas," balas Aksan, membuat Nerissha merasa sedikit kecewa. Namun, dia tahu bahwa ini adalah kesempatan yang baik dan dia harus menerimanya.
"Ok," balas Nerissha singkat, berusaha menunjukkan bahwa dia mengerti dan menerima keputusan Aksan. Dia berharap bahwa ini adalah langkah pertama menuju kebebasannya.
Hari demi hari berlalu, dan Nerissha merasa semakin tidak nyaman hidup bersama Aksan. Dia merindukan kebebasan, merindukan masa-masa remajanya yang seharusnya bisa dia nikmati seperti remaja lainnya.
"Aksan, besok adalah hari terakhir ujian sekolah. Jadi gue bisa pulang, 'kan?" tanya Nerissha, mengingatkan Aksan tentang janji yang pernah dia buat.
"Dua hari," balas Aksan singkat, dia hanya mengizinkan Nerissha pulang selama dua hari saja.
Nerissha tampak terkejut, dia tidak bisa menerima kenyataan bahwa dirinya hanya diizinkan pulang selama dua hari saja. "Aksan, kenapa cuma dua hari?" tanya Nerissha, mencoba untuk memahami alasan Aksan.
"Lo mau pulang atau enggak?" balas Aksan, mengabaikan pertanyaan Nerissha.
"Mau, tapi itu terlalu sebentar. Sedangkan gue udah hampir satu bulan sama lo, tapi kenapa lo kayak gitu? Ini gak adil bagi gue," ucap Nerissha, merasa frustrasi dengan sikap Aksan.
Namun, Aksan hanya diam tidak memberikan jawaban apa pun dia tampak tidak peduli dengan perasaan Nerissha. Setelah itu, Aksan berjalan pergi meninggalkan Nerissha yang kini duduk di tepi kasur. Dia tidak menjawab atau bahkan menoleh ketika Nerissha memanggilnya, memintanya untuk menambahkan waktu.
"Aksan! Kenapa, sih, lo egois?" teriak Nerissha, kesal dan frustrasi.
Namun, Aksan tetap memilih untuk diam. Dia tidak menoleh atau bahkan berhenti, dia hanya terus berjalan seolah-olah Nerissha tidak ada di sana.
"Aksan!" teriak Nerissha lagi, berharap bahwa Aksan akan berhenti dan mendengarkannya. Namun, harapannya sia-sia Aksan tetap berjalan pergi meninggalkannya sendirian di kamar itu.
Nerissha hanya bisa menghela napas panjang, dia merasa dunia sedang berputar. Rasa mual tiba-tiba datang membuatnya terpuruk lantas dengan cepat dia berusaha beranjak dari tempat duduknya berjalan menuju kamar mandi, tetapi langkahnya terasa berat.
Aksan, yang melihat Nerissha terburu-buru, segera menghampirinya. "Rissha, lo kenapa?" tanyanya penuh kekhawatiran, tetapi Nerissha tidak bisa merespon. Rasa mual yang begitu kuat membuatnya tidak bisa bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Naresh Dan Nerissha [Terbit]
Ficção AdolescenteAwalnya, Nerissha hanya ingin menuruti permintaan kedua orang tuanya untuk pindah sekolah. Namun, tidak ada yang tahu bahwa kepindahannya tersebut justru membawa banyak masalah baginya. Ia harus berurusan kembali dengan mantan kekasihnya yang begitu...