"Terus kamu mau sekolah di mana Nerissha?" tanya Saraya pada putrinya.
"Loh, kok, malah nanya Nerissha?" Nerissha dibuat bingung saat Saraya bertanya padanya, padahal yang ingin memindahkan dirinya sekolah adalah Saraya sendiri, lantas mengapa Saraya malah bertanya balik.
Risa terlihat menggelengkan kepala dia tidak habis pikir pada adiknya itu yang bertanya konyol pada putrinya, lantas dia segera mengrekomendasikan sebuah sekolah dengan fasilitas terbaik, tidak jauh berbeda dengan fasilitas sekolah milik keluarganya.
"Bibi tahu, kamu harus pindah ke sekolah mana."Mendengar ucapan Risa membuat Nerissha dan Saraya menoleh, mereka berdua penasaran sekolah mana yang akan Nerissha tempati.
"Di mana?" tanya Saraya."SMA Internasional, ya, memang jauh dari tempat tinggal Bibi, tapi setidaknya itu lebih dekat jika dari toko," balas Risa memberitahu tentang sekolah tersebut.
Saraya terlihat penasaran dengan fasilitas yang dimiliki oleh SMA Internasional yang direkomendasikan oleh Risa, dia ingin memastikan bahwa sekolah tersebut memang memiliki fasilitas yang baik dan sesuai dengan harapannya.
"Apa sekolah di sana fasilitasnya bagus? Kalo jelek jangan, mending cari yang lain aja," ucap Saraya tidak yakin jika sekolah tersebut bagus dan takut tidak sesuai ekspetasinya."Fasilitasnya lengkap, Sar. Mereka memiliki laboratorium yang modern, perpustakaan yang lengkap, dan juga ruang kelas yang nyaman untuk belajar. Selain itu, sekolah ini juga memiliki kurikulum yang baik dan guru-guru yang berkualitas," jelas Risa dengan penuh keyakinan.
"Sekolah ini juga memiliki lingkungan yang aman dan nyaman untuk belajar, jadi kamu tidak perlu khawatir, Sar. Kakak yakin Nerissha akan betah di sana," tambah Risa dengan senyum.
Saraya terlihat lega mendengar penjelasan dari Risa, dirinya merasa yakin bahwa SMA Internasional adalah pilihan yang tepat untuk Nerissha. Mereka berdua berjanji akan mencari tahu lebih lanjut tentang sekolah tersebut sebelum memutuskan untuk mendaftarkan Nerissha ke sana.
"Gak mungkin, Nerissha gak percaya sama sekali," timpal Nerissha.
"Nerissha, mungkin sekarang kamu gak percaya, tapi setelah nanti kamu pindah ke sana Bibi yakin kamu pasti suka dan betah."
"Udahlah, Bibi gak usah berlebihan kayak gitu, udah jelas yang paling nyaman, tuh, sekolah SMA Bangsa."
Risa menghela napas pelan saat mendengar balasan tersebut dari keponakannya, dia tahu jika Nerissha sama sekali tidak berminat untuk pindah dari sekolahnya, jika saja Saraya tidak terus menekan Nerissha untuk segera keluar dari sana.
"Nerissha, kamu gak boleh seperti itu selalu saja membangga-banggakan SMA Bangsa, seakan sekolah lain terpandang jelek," ujar Saraya tidak suka melihat sikap putrinya seperti itu.
Kesombongan yang melekat pada putrinya selalu membuat Saraya sangat jengkel, bahkan kerap kali dia ingin sekali membuat pelajaran supaya putrinya tidak sombong. Akan tetapi, Daren sang suami tidak menyetujuinya.
"Mami, tuh, selalu aja kayak gitu."
"Kayak gitu gimana? Mami selalu bilang sama kamu jangan seperti itu."
"Gak, tahulah," balas Nerissha sambil memalingkan pandangannya ke arah lain saat Saraya berbicara padanya, Nerissha juga tidak mau mendengarkan nasehat dari orang tuanya.
"Nerissha!"
"Udah, Saraya biarin aja, Nerissha biar Kakak yang urus," timpal Risa memisahkan keduanya agar tidak terus berantem.
Sedangkan Saraya hanya menghela napas kasar ketika Risa sang kakak ingin membantunya menasehati Nerissha, Saraya serahkan semua itu pada Risa karena dia tahu kakaknya lebih tegas darinya."Bibi gak nyangka sikap keras kepala kamu sudah melekat seperti ini, sombong, manja, itulah kebiasaan buruk kamu sampai nasehat orang tua saja kamu abaikan seperti itu!" Tidak tanggung-tanggung dengan tegas Risa meninggikan suaranya kepada Nerissha, agar keponakannya tersebut bisa bersikap sopan pada orang tua.
Nerissha yang tidak terima mendapat perlakuan seperti itu dari Risa, segera bangkit dari duduknya. "Bibi jahat, Bibi bilang sayang sama Nerissha, tapi nyatanya Bibi bentak Nerissha," ucapnya yang kemudian melenggang pergi dari sana.
"Nerissha, bukan seperti itu," balas Risa saat menatap kepergian Nerissha, dia lupa jika keponakannya tersebut sangat sensitif jika mendengar suara tinggi.
"Sepertinya Kakak harus minta maaf sama Nerissha, kalo dibiarkan nanti dia bisa marah." Risa segera menyusul keponakannya tersebut yang kini berada di dalam kamarnya, tetapi Saraya segera mencegahnya agar Risa tidak perlu repot-repot membujuk putrinya yang manja itu.
"Biarin aja Kak, Nerissha emang seperti itu, dia terlalu manja," ucap Saraya kemudian dia menyuruh Risa untuk kembali duduk lagi, dan melanjutkan pembahasan yang sempat terpotong tadi.
Setelah membicarakan sekolah itu cukup lama, akhirnya Saraya dan Daren setuju untuk memindahkan putri mereka ke SMA Internasional walaupun Saraya cukup tidak yakin jika putrinya bisa tinggal disebuah toko pakaian, apalagi putrinya sangat penakut apa bisa membiarkannya tinggal sendirian."Apa sebaiknya, kita carikan tempat tinggal yang layak untuk Nerissha, Mam?" tanya Daren pada istrinya, dia masih belum yakin membiarkan putrinya tersebut harus tinggal di toko.
Saraya langsung membalasnya dengan gelengan kepala, saat mendengar pertanyaan tersebut. "Enggak perlu, Pi, biarin aja Nerissha seperti itu, dia harus banyak-banyak belajar kalo terus-terusan kita manjain sama aja bohongkan."
Daren langsung menggaungkan kepalanya, saat mendapat balasan dari sang istri walaupun hatinya cukup berat melepaskan putrinya untuk tinggal sendirian.
"Kalian berdua gak perlu khawatir, Kakak punya salah satu karyawan dia baik banget, tinggalnya juga gak jauh dari toko, Kakak yakin dia bisa menjaga Nerissha."
"Tapi, kan, Kak, walaupun tinggalnya gak jauh dari toko, tetap saja Nerissha tinggalnya sendirian," balas Daren masih berat hati dan belum mengikhlaskan putrinya.
"Pi, Mami tau kita terlalu kejam sama Nerissha, tapi Papi tahu sendiri dia keras kepala, manja, sombong, apa kita akan membiarkan sikapnya seperti itu terus sampai dia tumbuh jadi orang dewasa." Bukan Daren saja yang tidak bisa membiarkan putrinya tinggal sendirian, sebenarnya Saraya juga sangat berat hati membiarkan putrinya harus seperti itu, dia merasa menjadi orang tua yang kejam pada putrinya.
"Jika kalian berdua sudah setuju, Kakak akan kembali ke toko dulu sebentar. Setelah itu, Kakak bawa Nerissha ke sana."
Saraya dan Daren hanya bisa saling memandang satu sama lain, mempercayakan semuanya pada Risa. Setelah itu, mereka berdua menganggukan kepalanya pada Risa bahwa mereka telah setuju.
Saraya dan Daren segera menghampiri putrinya yang sedang berada di kamar, mereka mencoba membujuk Nerissha agar mau ikut dengan bibinya."Nerissha, jika kamu sudah siap, bibi akan membawamu sekarang," ucap Saraya dengan lembut.
"Sayang, Papi tahu ini kejam. Tapi Papi juga ingin kamu memiliki pendidikan yang bagus," tambah Daren.
Namun, Nerissha hanya terdiam dan tidak memberikan jawaban. Dia merasa kecewa, marah, dan kesal karena kedua orang tuanya tiba-tiba memintanya untuk ikut dengan bibi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Naresh Dan Nerissha [Terbit]
Roman pour AdolescentsAwalnya, Nerissha hanya ingin menuruti permintaan kedua orang tuanya untuk pindah sekolah. Namun, tidak ada yang tahu bahwa kepindahannya tersebut justru membawa banyak masalah baginya. Ia harus berurusan kembali dengan mantan kekasihnya yang begitu...