37. Penyesalan [NDN]

72 17 1
                                    

Setelah melakukan tindakan jahatnya Layla berteriak tidak jelas ketika keluar dari cafe tersebut, dan melenggang pergi dari sana seperti orang gila.
Sementara itu, Alena menangis menjerit kesakitan hingga orang-orang segera membawanya ke rumah sakit untuk ditangani oleh dokter.

Setelah sampai di rumah sakit, Alena segera ditangani oleh dokter.

"Wajah gue," ujarnya sambil menangis karena wajahnya kini harus dibalut perban.

"Enggak! Gue gak mau jadi buruk rupa!" Alena berteriak tanpa henti, menangisi dirinya yang kini harus menerima penderitaan.

Tak lama kemudian, kedua orang tuanya datang dan mencoba menenangkan putri mereka. "Sayang, apa yang terjadi sama kamu?" tanya Dela, ibunya.

"Mama, Layla udah gila, dia nyiram wajah aku, Ma," jawab Alena sambil menangis.

"Apa? Layla, teman baru kamu itu, berani sekali dia melakukan ini sama kamu." Dela terlihat marah setelah mendengar nama pelaku tersebut, yang tidak lain adalah teman dekat putrinya sendiri.

"Sayang, kamu sabar, ya. Mama akan laporkan ini ke pihak berwajib." Dela mencoba menenangkan putrinya agar bisa bersabar menghadapi ujian tersebut sambil memeluknya dengan erat.

Setelah beberapa saat kemudian, Alena tertidur dan Dela berinisiatif untuk menelpon Nerissha karena Dela pikir hubungan keduanya masih baik-baik saja.

Namun, Nerissha pada saat itu tidak bisa dihubungi. Mengingat sudah malam mungkin saja dia sudah tertidur, Akhirnya Dela memutuskan untuk menghubungi Nerissha esok hari.
Sampai tidak terasa, pagi hari yang cerah telah tiba. Nerissha dan Naresh segera bersiap-siap untuk pergi sekolah supaya tidak kesiangan.

"Naresh, gue belum kelihatan gendut, 'kan?" tanya Nerissha dengan raut wajah lemas.

Naresh segera membalasnya dengan gelengan kepala. "Enggak, lo masih kelihatan seperti biasanya."

"Tapi gue ngerasa perut gue agak buncit," ujar Nerissha merasa tidak percaya diri lagi.

Naresh segera berjalan mendekatinya yang kini sedang berada di depan cermin. "Usia kandungan lo masih sangat muda, belum kelihatan perkembangannya," balas Naresh mencoba untuk meyakinkan Nerissha.

"Serius?"

"Kalo lo gak percaya, lihat ke cermin. Apa ada yang berubah dari diri lo?"

Nerissha tampak mengecek seluruh badannya, Naresh benar dirinya belum ada perubahan sama sekali dan merasa lega karena Naresh selalu ada untuknya.

"Udah, yuk, kita berangkat," ajak Naresh yang menggandeng tangan Nerissha sambil memandangnya dengan senyuman.

Nerissha segera membalasnya dengan anggukan kepala. "Bentar, deh, ponsel gue di mana, ya?" tanya Nerissha.

"Lo taruh di mana tadi malam?"

"Duh, kayaknya di kamar mandi." Nerissha segera mengambil ponselnya yang berada di kamar mandi tersebut, dan kemudian melihat layar ponselnya tersebut terdapat lima panggilan tidak terjawab dari orang tua Alena.

Nerissha merasa heran mengapa orang tua Alena menghubunginya malam-malam, apa mungkin sedang terjadi sesuatu pada Alena. Namun, Nerissha mencoba untuk berpikir positif dan kemudian segera menghampiri Naresh yang kini sedang menunggunya di luar rumah.

"Yuk, kita terlambat kayaknya," ucap Nerissha ketika sudah berada di luar.

Setelah itu, mereka segera berangkat naik mobil milik Nerissha. Saat di perjalanan Nerissha terlihat begitu sibuk mengutak-atik layar ponselnya, raut wajahnya begitu terlihat serius membuat Naresh penasaran.
"Nae, lo fokus banget kayaknya, lagi chatingan sama siapa?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Naresh Dan Nerissha [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang