16. Mencari-cari Masalah [NDN]

37 27 0
                                    

Nerissha tetap berpikir positif dan memutuskan untuk kembali ke kamarnya, tetapi baru saja dia melangkahkan kakinya untuk naik ke lantai atas.
Tiba-tiba dia berhenti melangkah ketika pikirannya masih merasa belum tenang mengingat cowok tersebut.

"Kok, pikiran gue gak tenang, ya? Mending gue tanya sama karyawan lain aja daripada kayak gini," ucapnya pelan seraya melangkahkan kaki untuk mendekati salah satu karyawan yang kini terlihat sedang menyapu lantai.

Akan tetapi, baru saja Nerissha berjalan beberapa langkah matanya tidak sengaja melihat seorang cowok yang dia cari sedari tadi sedang merapikan beberapa pakaian.
Ekspresinya seketika menganga tidak percaya jika kejadian semalam bukanlah mimpi, melainkan itu benar nyatanya.

Nerissha kemudian menghela napa pelas sebelum memutuskan untuk menghampiri Naresh yang kini sedang sibuk. Setelah itu, Nerissha berjalan menghampirinya walaupun Naresh sudah menyadari keberadaannya.

"Naresh," sapa Nerissha yang kini sudah berada di hadapannya.

Naresh hanya terdiam tidak membalas sapaan tersebut bahkan dirinya tidak memalingkan pandangannya sama sekali ke arah Nerissha, dia tetap pokus pada kerjaan walaupun Nerissha terus saja mengganggunya.

"Naresh!" pekiknya saat Naresh tidak kunjung membalas.

"Ngapain lo ke sini?" tanyanya pada Nerissha dengan nada cuek.

"Kok, malah nanya ngapain, sih, padahal gue mau bantuin."

"Balik aja sana rebahan, lo bukan karyawan di sini." Nerissha hanya bisa terdiam saat mendengar ucapan Naresh, tetapi dia tidak ingin menyerah untuk mendekatkan diri padanya berharap mereka bisa berteman dengan baik.

"Gue emang bukan karyawan, tapi kata bibi gue boleh bantu-bantu, kok."

"Oh, kalo gitu lo yang lanjutin ini. Gue mau kerjain yang lain," ucap Naresh yang kemudian pergi dari hadapan Nerissha, tetapi Nerissha segera menghadangnya agar Naresh tidak pergi dari hadapannya.

"Eh, tunggu dulu dong."

"Apa lagi? Gue gak ada waktu buat ngobrol-ngobrol," ucap Naresh sedikit cuek.

"Gak ngobrol, kok, gue cuma mau tanya aja, lo gak masuk sekolah?" tanya Nerissha penasaran.

"Libur."

"Oh, kalo boleh lo sekolah di mana?"

"Gue bilang gak ada waktu buat ngobrol-ngobrol, kenapa lo terus nanya," ucap Naresh sedikit kesal ketika dirinya tengah sibuk bekerja.

"Padahal gue cuma nanya, cuek banget, sih."

"Ada waktunya untuk ngobrol, untuk sekarang lo diam jangan bikin gue kesal."

"Emang gue ngeselin?"

"Lo mau tau?" tanya Naresh yang langsung dibalas anggukan oleh Nerissha.

"Semalam lo hampir merenggut keperjakaan gue," ucapnya pelan yang membuat Nerissha terkejut tidak percaya, lantas dia segera menampar pipi Naresh dengan keras membuat sang empu meringis kesakitan.

"Kok, lo nampar gue, sih?" tanyanya sambil memegang pipi.

"Gila! Lo pikir gue percaya sama ucapan lo!" pekik Nerissha dengan suara tegas.

"Padahal gue udah berusaha jujur," ucapnya seraya melangkahkan kaki meninggalkan Nerissha yang kini masih diam mematung.

Nerissha tidak terima dengan tuduhan tersebut segera mengambil salah satu gantungan baju kemudian dia lemparkan ke arah Naresh, hingga gantungan tersebut mengenai punggung Naresh.

Naresh yang saat itu sedang berjalan seketika memberhentikan langkah kakinya. "Lo kenapa, sih, semuanya dilempar ke gue?" tanya Naresh yang kini menatap ke arah Nerissha dengan penuh tanda tanya.

Naresh Dan Nerissha [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang