14. Nemenin [NDN]

32 26 1
                                    

Tidak terasa waktu terus berjalan sampai Naresh tidak berhenti menguap menahan rasa ngantuk sedari tadi, tetapi melihat barang-barang masih berserakan di mana-mana membuat dirinya kembali bersemangat untuk segera membereskan semuanya.
Dia juga melihat Nerissha masih bersemangat membereskan barang-barang miliknya itu, Nerissha tidak banyak mengeluh walaupun awalnya dia pikir gadis tersebut akan kesal karena Nerissha terbilang anak manja, biasanya tidak suka melakukan hal yang membuatnya cape.

Akan tetapi, Naresh berpikir salah tentangnya bahkan setelah diperhatikan Nerissha terlihat senang-senang saja merapikan semua barang itu. Lantas dia pun tersenyum kala mendengar gadis itu bernyanyi sambil mengerjakan sesuatu, dengan suara yang terdengar pas-pasan membuat Naresh tidak tahan ingin tertawa, tetapi dia berusaha menahan sebisa mungkin agar tidak mengganggu Nerissha yang sedang melipat baju.

Namun, mau ditahan seperti apa pun jika mendengar sesuatu yang lucu tetap saja tidak bisa ditahan, apalagi mendengar Nerissha bernyanyi dengan kebanyakan lirik yang salah seperti itu membuat dirinya tidak tahan ingin tertawa. Hingga akhirnya saura ketawanya terdengar oleh Nerissha, dengan wajah bingung Nerissha menatap ke arah Naresh yang kini menutupi mulutnya dengan jaket yang dia kenakan saat itu.

"Kenapa lo?" tanya Nerissha dengan raut wajah heran.

Melihat Nerissha memperhatikannya dengan raut wajah heran penuh dengan tanda tanya, Naresh segera membalasnya dengan gelengan kepala. Nerissha yang tak acuh itu melanjutkan bernyanyinya, tetapi dia kembali diam saat mendengar Naresh tertawa kembali. Karena cukup penasaran Nerissha kembali menoleh memperhatikan Naresh yang kini langsung berhenti tertawa.

"Kenapa, sih, lo? Ketawa mulu dari tadi?" tanya Nerissha.

Namun, Naresh membalasnya dengan gelengan kepala sambil berusaha menahan ketawanya kembali agar tidak membuat Nerissha penasaran.

"Dih, gak jelas!" Nerissha kembali melanjutkan melipat baju agar cepat selesai dan segera menyusunnya di dalam lemari yang sudah disiapkan sebelumnya oleh Risa.

Akan tetapi, Nerissha kembali mendengar Naresh yang tidak kunjung berhenti tertawa, membuat dirinya sangat jengkel dengan cepat Nerissha melemparkan botol kecil tersebut kepada Naresh hingga akhirnya mengenai kepala Naresh yang sedang tertawa pelan.
Naresh segera mengaduh kesakitan saat botol kecil itu mendarat sempurna di kepalanya, dia menatap ke arah Nerissha yang di mana Nerissha juga menatapnya tajam.

"Kenapa, sih, lo dari tadi ketawa mulu? Lo tahu, kan, ini udah malam gak lucu tahu," ucap Nerissha sedikit kesal mendengar Naresh tidak berhenti tertawa.

"Loh, apa urusannya sama lo? Yang ketawa gue, kok, lo yang repot," balas Naresh tidak terima mendengar Nerissha menegurnya.

"Bukan itu masalahnya, Monyet! Lo paham gak, sih, gue dari tadi berusaha berpikir positif, takutnya lo ketawa karena kesurupan tahu!" pekik Nerissha dengan mata melotot lebar ke arah Naresh.

Mendengar hal itu justru membuat Naresh langsung tertawa keras mana mungkin dirinya kesurupan, sedangkan dia saja tidak percaya dengan hal seperti itu.
"Eh, lo pikir kita hidup dijaman dulu? Masih percaya kayak gituan, sekarang jamannya udah beda jangan mikir aneh-aneh, deh," ucap Naresh dengan santai dirinya membalas ucapan tersebut.

"Idih, sekarang lo bisa ngomong kayak gitu, setelah lo rasain sendiri tahu rasa lo."

"Lo ngedoa'in gue?" tanya Naresh.

"Iya, gue harap jadi kenyataan biar orang kayak lo itu, kapok setelah merasakan sendiri," balas Nerissha yang terlihat tak acuh.

Naresh tidak membalas ucapan tersebut lebih baik dirinya segera mempercepat kerjaannya agar cepat beres, kemudian dia bisa pulang dengan tenang tanpa ada hambatan lagi setelah semuanya selesai.
Tidak berapa lama kemudian semua barang sudah tersusun rapi ditempatnya masing-masing.
Setelah itu, Naresh beranjak dari duduknya untuk bersiap pulang, tetapi lagi-lagi Nerissha mencegahnya saat dirinya baru saja memegang gagang pintu tersebut.

"Lo beneran mau pulang?" tanya Nerissha sambil menatap ke arahnya.

"Iyalah, lo pikir gue mau ngapain lagi kalo bukan pulang." Walaupun Naresh tahu jika Nerissha tidak akan membiarkannya pulang segampang itu. Akan tetapi, Naresh berusaha agar tidak melihat ekspresi sedih milik Nerissha, dia tahu gadis itu sengaja memasang wajah seperti itu agar dirinya tidak tega untuk meninggalkannya.

Namun, Naresh merasa bodoamat tidak peduli karena sudah cape dan ingin segera pergi beristirahat walaupun Nerissha masih saja mencegahnya.
"Lo bisa menyingkir gak, dari hadapan gue? Gue mau pulang ini udah malam," ucap Naresh tidak tahan melihat Nerissha seperti itu terus.

"Gak mau, pokoknya lo temanin gue di sini untuk malam ini aja." Naresh sangat jengkel ketika Nerissha memintanya untuk menemaninya walaupun saat itu dia sangat bodoamat, tetapi setelah melihat pesan yang dikirimkan oleh Risa membuat dirinya tidak bisa menolak untuk tetap pergi dari sana.

"Ya, udah, tapi setelah itu gue gak mau lagi nemenin lo," ucap Naresh dengan terpaksa dia harus menemani Nerissha, karena Risa mengirim pesan padanya untuk menemani Nerissha satu malam saja.

Setelah mendengar hal yang membahagiakan tersebut Nerissha segera memeluk Naresh, tetapi sebelum dirinya sampai dipelukan tersebut Naresh segera mendorong pelan kening Nerissha agar tidak melakukan hal tidak senonoh tersebut.
"Nyosor terus, sekali lagi lo kayak gitu gue minggat ya," ucapnya yang mengancam Nerissha.

Nerissha segera memasang ekspresi wajah kesal saat Naresh mengancamnya seperti itu, padahal tadi itu sebenarnya hanya reflek saja entah mengapa Naresh malah berpikir ke mana-mana.
"Ya, udah, gue minta maaf," ucap Nerissha yang kemudian segera berjalan ke arah kasurnya.

Setelah itu, Nerissha membaringkan badannya ke atas kasur tersebut, tetapi dia melihat Naresh membaringkan badannya di bawah lantai. Nerissha yang tidak tega melihat itu segera menawarkan Naresh untuk berbagi kasur.
"Naresh, lo tidur di sini aja, daripada di bawah sana," ucapnya yang merasa kasihan.

"Gak usah, gue tidur di sini aja, lebih nyaman ketimbang sebelahan sama lo."

"Idih, maksud lo apa? Emangnya gue bakal gigit lo apa?"

"Bukan cuma digigit, tapi bisa jadi diperkosa."

"Monyet! Lo pikir gue apaan?" tanya Nerissha tidak terima ketika Naresh menuduhnya seperti itu, bagaimana bisa dia melakukan hal tidak wajar.

"Alah, buktinya aja suka nyosor," balas Naresh tidak mau kalah, dia tetap meyakinkan jika Nerissha itu gadis tidak benar.

"Jaga ucapan lo, Monyet!" pekiknya yang langsung melemparkan bantal guling tersebut ke arah Naresh.

"Aduh, lo ngapain, sih."

"Rasain lo, makannya kalo ngomong itu dijaga, jangan asal tuduh."

"Yang nuduh siapa? Orang faktanya kaya gitu," ucap Naresh justru membuat Nerissha semakin kesal padanya, lantas tanpa aba-aba lagi Nerissha langsung melemparkan sendal jepit ke arah Naresh untung saja saat itu Naresh bisa menghindari lemparan tersebut.

"Terserah! Gue mau tidur," ucap Nerissha dengan ketus dan segera membaringkan badannya di atas kasur.

Naresh Dan Nerissha [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang