27. Perasaan [NDN]

34 18 0
                                    

Aksan tampak menyeringai sambil membiarkan Nerissha pergi dari hadapannya, sementara Nerissha segera menjauh dari Aksan dengan ekspresi kesal, dan memutuskan keluar dari apartemen untuk menenangkan diri. Aksan tampak tidak peduli dan memilih untuk duduk kembali di sofa sambil bersantai.

"Gila! Gue capek, gue gak mau kayak gini terus," gumam Nerissha ketika dia sudah berada di luar apartemen, Nerissha tampak frustasi merasa perlu menenangkan dirinya.

Nerissha terlihat berjalan santai menikmati angin malam, tetapi tiba-tiba matanya tertuju pada seseorang yang dia kenal.
"Bian," ucapnya pelan kemudian dia segera berlari menghampiri pacarnya yang tengah duduk sendirian.

"Bian!" teriak Nerissha dengan antusias, dia langsung merentangkan kedua tangannya sambil berlari untuk memeluk Bian. Bian tampak senang melihat Nerissha, tetapi seolah ada sesuatu yang menahan kegembiraannya.

"Bian, gue kangen banget sama lo," ucap Nerissha sambil memeluk Bian, tetapi Bian tidak merespon dan tidak membalas pelukan Nerissha hal itu membuat Nerissha merasa heran.

"Rissha, tolong lepas," ucap Bian sambil mencoba menjauhkan diri dari Nerissha, dia tampak tidak nyaman dengan pelukan tersebut.

"Bian, lo kenapa? Lo gak kangen sama gue, atau lo masih marah soal gue pindah sekolah?"

"Rissha, gue harus pergi," ucap Bian dengan nada serius.

"Pergi? Kita baru aja ketemu, lo beneran gak kangen sama gue?" tanya Nerissha dengan nada bingung dan sedikit marah.

"Rissha, gue sayang sama lo. Mungkin dengan cara ini lo akan baik-baik aja, jadi tolong dengerin gue kali ini aja," ujar Bian dengan nada yang serius dan tegas.

Nerissha tampak sangat bingung dan tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Bian, "Bian, maksud lo apa?" ucap Nerissha dengan nada yang penuh kebingungan dan rasa kecewa. Dia merasa tidak mengerti dengan sikap Bian yang berubah secara tiba-tiba.

"Bian, jujur sama gue apa yang terjadi? Kenapa lo berubah kayak gini, lo masih marah sama gue? Jawab, Bian," ucap Nerissha sambil menangis.

"Rissha, gue minta maaf. Gue gak bisa."

Nerissha segera menarik tangan Bian dan kembali memeluknya, tetapi Bian segera melepaskan pelukan tersebut kemudian memegang kedua pundak Nerissha, "Rissha, lo percaya, kan, gue sayang sama lo? Kalo lo percaya, dengerin ucapan gue dan please jangan berpikir yang aneh," ucap Bian dengan nada serius dan tulus, dia berusaha meyakinkan Nerissha bahwa dirinya masih mencintainya dan meminta Nerissha untuk percaya padanya.

"Lo jahat, Bian." Setelah mengucapkan tiga kata itu Nerissha berlari pergi meninggalkannya sendirian. Bian mencoba memanggilnya, tetapi Nerissha tidak menoleh dan terus berlari menjauh.

Bian merasa sangat sedih dan menahan rasa sesak di dadanya, "Rissha, maafin gue," gumamnya pelan berusaha menahan kesedihan.

Namun, tiba-tiba seseorang datang menghampiri Bian yang kini terlihat menundukkan kepalanya dan mencoba mempengaruhi Bian untuk memutuskan hubungan dengan Nerissha, "Udah saatnya lo putusin dia," ujar orang tersebut.

"Puas lo sekarang?"

Orang tersebut ternyata Alena, dia terus mendesak Bian untuk memutuskan hubungan dengan Nerissha. Namun, Bian tidak terpengaruh dan mengatakan bahwa dirinya tidak akan memutuskan hubungan tersebut hanya karena Alena memaksanya, Alena tampak tersenyum miring ketika melihat reaksi Bian yang tampaknya tidak mau putus dengan Nerissha.

"Gue belum puas kalo lo belum putusin dia."

"Alena, lo!"

"Kenapa? Lo mau Nerissha nerima semua penderitaan hanya karena lo mempertahankan hubungan." Alena tampaknya terus mendesak Bian agar dia bisa cepat memilikinya.

"Lo pikir dengan cara gue memutuskan hubungan dengan Nerissha, gue bakal tertarik sama lo. Yang ada gue seperti liat anjing yang menggonggong." Setelah Bian mengatakan itu, dia segera pergi dari hadapan Alena yang kini menatapnya dengan marah.

Namun, Alena memanggil Bian dengan teriakan. "Bian!"

Bian tidak menoleh dia merasa jijik pada Alena yang ingin memiliki segalanya dari Nerissha. "Ih! Jangan salahin gue jika sesuatu terjadi dengan, Rissha!"

Bian memberhentikan langkahnya dan berjalan menghampiri Alena. "Jika lo melakukan sesuatu diluar kendali, gue gak akan tinggal diam."

Alena tampak tersenyum ketika mendengar ancaman tersebut.
"Jadi pacar gue, dan Rissha akan aman."

Bian merasa kesal mendengar ucapan tersebut, bahkan dirinya sudah berkali-kali menolak Alena yang terus memaksakan perasaannya, "Udah gue bilang, gue gak tertarik sama lo. Lo gak bisa memaksakan perasaan orang lain hanya untuk kesenangan diri lo sendiri."

"Gak, bisa! Lo harus suka sama gue, lo harus cinta sama gue," ucap Alena dengan nada yang semakin memperlihatkan kegilaannya.

"Gadis gila," ucap Bian yang menatapnya dengan rasa jijik.

Tanpa sengaja, keributan yang terjadi antara Bian dan Alena tertangkap oleh mata Layla yang kebetulan lewat, "Alena udah gila?" gumam Layla yang merasa kesal melihat keributan tersebut.

Tanpa berpikir panjang, dia mematri langkah cepat menghampiri.
Tiba-tiba, Layla datang dan langsung menampar pipi Alena dengan keras

"Alena, lo gila."

Bian merasa heran dengan kehadiran Layla, tetapi merasa lega karena Layla berhasil menghentikan Alena yang terus memaksakan kehendaknya.

Setelah mendapat tamparan mendadak dari Layla, Alena tampak tertawa dan menghela napas kasar. Namun, dia menatap kesal ke arah Layla yang kini menatapnya dengan marah, "Lo gak bisa memaksakan perasaan orang lain, Alena. Lo udah gila," ucap Layla dengan tegas.

Alena hanya tertawa mendengar ucapan Layla yang dianggapnya bodoh, "Iya, gue emang udah gila karena Nerissha selalu mengambil segalanya dari gue."

Namun, Layla tidak bisa menahan emosinya dan kembali menampar pipi Alena dengan keras, "Kebalik, justru lo yang mengambil segalanya dari Nerissha," ucap Layla dengan nada yang semakin marah.

Alena merasa kesal ketika Layla terus membela Nerissha, sementara Bian hanya diam dan menyimak obrolan mereka, "Rissha itu pembunuh, gara-gara dia Raska meninggal. Layla!" ucap Alena dengan nada menantang.

Namun, Layla tidak tahan dengan ucapan Alena dan menamparnya lagi dengan keras, "Raska meninggal karena kecelakaan, bukan karena Rissha. Otak lo di mana? Alena!"

Setelah Layla menampar Alena, Alena kembali tertawa gila mendengar ucapan Layla, "Raska gak mungkin kecelakaan kalo bukan karena, Rissha!"

"Lo tahu apa tentang Raska? Apa penyebab lo sampai menyalahkan Rissha?" tanya Bian yang menyela obrolan keduanya.

Alena menatap ke arah Bian dengan tatapan tajam. "Raska itu abang gue. Dia gak mungkin meninggal kalo bukan karena Rissha."

Mendengar ucapan tersebut justru membuat Layla sudah tidak bisa menahan emosinya lagi dan teriak pada Alena. "Cukup, Alena!" Layla sudah tidak kuat lagi dengan tuduhan-tuduhan Alena yang tidak berdasar.

Melihat Alena semakin gila, Layla segera mengambil tindakan dan menarik tangan Bian untuk menjauh dari Alena, "Bian, kita pergi aja," ucap Layla dengan nada yang cemas.

"Rissha gak akan pernah, bahagia! Gue gak akan biarin dia, bahagia!" teriak Alena dengan nada yang semakin gila dan menakutkan, Layla dan Bian segera pergi meninggalkan Alena yang semakin tidak waras.

Naresh Dan Nerissha [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang