- Anxious -

80 16 4
                                    

Layaknya seorang anak kecil, Kim Jennie sedari tadi hanya mengekori Song Kang yang masih memilah milih barang-barang yang sudah tertulis di list inventory bulan ini. Wanita itu hanya mengikutinya sambil mendorong troli besar dengan beberapa kardus yang sudah berisi stock barang untuk bulan ini.

Jennie nampak sedikit bingung dan gabut. Harusnya pekerjaannya bisa lebih tidak membosankan dari ini. Sudah hampir 45 menit seorang Jennie Kim seperti orang kebingungan menunggu Song Kang dengan list barangnya.

Krk...krk...

Mata wanita itu membulat sesaat setelah dirinya menguap karena bosan ketika gendang telinganya mendengar suara yang bersumber dari perutnya. Song Kang yang masih di hadapan tatanan barang-barang di supermarket itu juga ikut memutar kepala, menolehkan pandangannya kepada Kim Jennie yang kini kelihatan salah tingkah.

"M...mwo?"

Pria itu mundur satu langkah menjauhi display barang untuk sedikit mendekat ke arah Jennie, "kau belum memberi makan dirimu sendiri?", tanyanya tanpa dosa.

Jennie mengendus mendengar pertanyaan useless yang Song Kang lontarkan padanya.

"Aku bersamamu dari pagi. Bagaimana bisa aku mengisi perutku. Sedangkan kau saja menekanku untuk cepat datang. Mana sempat untukku sarapan," wanita itu manyun layaknya anak kecil.

Melihat tingkahnya, Song Kang menyudutkan sedikit senyum tipis sambil mulai melipat kertas daftar barang yang akan mereka restock untuk keperluan kafenya itu.

"Kau mau makan apa?"

Jennie menoleh mendengar pertanyaan singkat Song Kang.

"Apa aku tak salah dengar? Pria ini menawarkanku makan?"

"Song Kang-nim. Kau sakit, ya?"

Pria itu menautkan kedua alisnya mendengar pertanyaan balik yang Jennie lemparkan kepadanya, "mwo?"

"Heol! Apa kau benar-benar baru saja menawariku makan?", wanita itu mulai melemparkan pertanyaan yang lebih jelas untuk memastikan.

Kini Song Kang malah memperdengarkan tawa hambarnya, "kau ini bicara apa, sih? Mau makan, tidak?"

Kim Jennie kembali manyun mendengar Song Kang yang tiba-tiba meninggikan nada bicaranya, "aku hanya bertanya. Kenapa jadi marah-marah padaku, sih?" ujarnya kesal.

"Memangnya kenapa jika aku menawarimu makan? Aku saja kasihan melihat perutmu. Apa kau tak kasihan dengan dirimu sendiri?"

Wanita itu mulai mencibir Song Kang dalam hatinya.

"Kenapa pria ini jadi banyak bicara, sih? Menyebalkan sekali"

"Ah, dakbal sepertinya akan sangat enak. Bagaimana?" Jennie merekomendasikan.

Pria itu kembali menautkan alisnya, "mwo? Kau memakan sampah itu? Heol! Bagaimana orang-orang bisa makan kaki ayam? Itukan jorok!"

Jennie kini mengerjap sebentar sambil mulai menatap pria itu dengan penuh kesabaran, "Ya, sajang-nim, kalau tak suka dengan seleraku, jangan tanyakan aku mau makan apa. Kasar sekali, sih?" cibirnya lagi.

"Katakan kau makan apa,"

"Dakbal"

Pria itu menggeleng lagi, "tidak. Selain itu. Jangan kaki ayam. Aku tidak mau memakannya,"

Jennie menghela nafas kasar, "kalau begitu kau saja yang menentukan. Kenapa bertanya padaku. Aku ingin dakbal. Tak ingin yang lain,"
















































"Woah! Song Kang-nim. Ini enak sekali, tau! Kau yakin tak ingin coba?" Jennie menyodorkan satu buah ceker ayam dengan bumbu melimpah ke hadapan atasannya itu.

Dengan cepat pria itu menghindar, "Yak! Hentikan! Aku tidak menyukainya!"

Jennie lagi-lagi mencibir pria itu dan menarik kembali ceker ayam yang ada di tangannya, "belum coba saja sudah bilang tidak suka", celetuknya sambil melahap ceker ayam yang sempat Ia tawarkan kepada bosnya itu.

Pria itu kembali memperhatikan Kim Jennie yang masih dengan lahap menyantap sepiring penuh dakbal yang disajikan untuknya. Pria itu menyuapkan kimbab yang juga sempat Ia pesan. Tanpa sadar seutas senyum samar terlihat di sudut bibir pria itu ketika dirinya masih mengunyah.

Jennie terlihat begitu cantik dan apa adanya ketika dirinya sedang makan.

***

Sudah sekitar satu jam yang lalu Kim Hanbin duduk di depan komputernya. Namun terlihat tak ada progress yang terjadi pada pekerjaannya pagi itu. Tak ada satu katapun yang tertulis dalam lagu yang harus Ia rampungkan dalam minggu ini.

Pria itu hilang konsentrasi.

"Sial!", tangannya dengan keras menutup komputer miliknya, membuahkan tatapan heran dari dua rekan kerjanya, Jaewon dan Raesung yang tengah duduk di sofa.

"Yak! Hyung! Ada apa?" partner termudanya bertanya dengan gelagat heran. Masalahnya Kim Hanbin terlihat sangat tidak fokus sejak dari pertama Ia sampai ke studio.

Tak menjawab apapun, pria itu bangkit dari tempat duduknya dan berjalan keluar dari studio, menyisakan Raesung dan Jaewon dalam balutan tanya.

"Anak itu selalu sulit menjawab pertanyaan," celetuk Jaewon ketika badan Kim Hanbin sudah tak terlihat lagi.

Raesung mengangguk setuju, "aku juga heran padanya akhir-akhir ini".


***

Mobil keluaran Range Rover miliknya itu kini berhenti di depan sebuah kafe dan restoran. Dan ini bukan kali pertama Kim Hanbin memijakkan kaki di restoran ini. Tanpa izin dari pihak manapun, pria itu kabur dari kantor untuk datang ke restoran ini.

Butterfly Wings.

Seperti biasanya, tak akan ada sambutan hangat dari para staff yang menunggui tempat itu. Bukannya duduk di meja dan kursi yang disediakan untuk para tamu, Kim Hanbin malah menyamperi Sunny, yang hari ini menjadi resepsionis yang berpenampilan menor, seperti biasanya dirinya.

"Bisa aku bertemu Jennie?" tanyanya to the point kepada wanita berusia 35 tahun itu.

"Mwo? Ada apa seorang Kim Hanbin ingin bertemu staff kami? Apa Dia membuat kesalahan? Tolong jangan bawa nama restoran jika anak itu melakukan kesalahan padamu. Bisa-bisa gaji kami semua yang akan dipotong," ujarnya panjang lebar.

Hanbin mengerjap sebentar, "tidak. Bukan kesalahan. Aku hanya ingin bertemu dengan Jennie. Apa Dia datang hari ini?"

Sunny kembali menatap Song Kang selidik, "ya--- dia datang---,"

Pria itu tiba-tiba menyambar ucapan Sunny, "dimana Dia?"

"Yak! Mengapa kau tergesa-gesa bertemu Kim Jennie? Kesalahan apa yang anak itu buat?" Sunny lagi-lagi bertanya. Pasalnya, untuk apa orang sekelas Kim Hanbin mencari Kim Jennie dan ingin berbicara padanya kalau bukan anak baru itu yang membuat kesalahan?

Belum sempat menjawab, tiba-tiba bel masuk berbunyi.

"Itu Dia"

Kim Hanbin menoleh ke arah pintu ketika Sunny memberitahunya. Kini matanya menangkap sosok Kim Jennie di ambang pintu, bersama dengan seorang pria.

***

doain aku biar bisa cepet kurampungkan work work aku ini, yah:")

have a nice day!

Absquatulate - jenbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang