Caramel Toast

42 9 3
                                    

Sebuah meja makan bernomor 29 itu kini diisi oleh dua orang pria yang saling melempar tatap, dan seorang wanita yang nampak seperti dipenjarai. Kejutan semesta macam apa yang membuat seorang Kim Hanbin dan Song Kang harus berbagi meja, dengan Kim Jennie yang kini menjadi penengahnya.

"Ah... Song Kang-nim, sepertinya aku harus menyiapkan makanan untuk tamu kita," Jennie berucap dengan senyum canggung di hadapan bosnya itu. Matanya Ia alihkan kepada si tamu yang masih diam tak memberikan sepatah kata apapun.

"Hanbin-ssi, mau pesan apa?", wanita itu menyodorkan buku menu kehadapan Kim Hanbin yang duduk di seberangnya, sedangkan Kim Jennie duduk bersebelahan dengan Song Kang.

Tak mengindahkan buku yang diberikan kepadanya, fokus mata Hanbin tak Ia lepaskan dari sosok Song Kang yang juga tak mau kalah untuk melepaskan tatapan tajamnya kepada pria yang di puja satu Korea Selatan itu.

"Ah... apa kalian mau berkompetisi acara tatap-menatap? Yang paling lama akan mendapatkan traktiran dariku," wanita itu secara spontan berucap. Kini Kim Jennie merutuki diri atas apa yang baru saja Ia katakan.

"Yak! Mengapa kau jadi harus mengeluarkan uang demi dua orang aneh yang sibuk saling menatap ini? Semua ini bukan tanggung jawabmu," Jennie bergeming dalam hati.

"Jadi kau yang mencuri waktu asisten pribadiku dan membuatnya meninggalkan pekerjaannya?", Kim Hanbin tiba-tiba memulai percakapan, membuat Jennie sontak melotot dengan apa yang baru saja pria itu ucapkan dihadapan atasan kafenya.

"Ah, Kim Hanbin-ssi, kau bicara apa---"

"Dan kau juga orang membuat koki ku harus mengambil cuti di tengah sibuknya kafe kami?", Song Kang tiba-tiba menyambar dengan menjawab pertanyaan Kim Hanbin yang tadi Ia lontarkan padanya.

Kim Jennie mengerjapkan mata sambil menenggak habis salivanya.

Habislah sudah dirinya.

"Ah... Song Kang-nim, inventori untuk minggu ini sudah terlaksana, ya! Bahan baku juga sudah terpenuhi. Jadi aku izin pulang lebih awal...", wanita itu mulai beranjak dari kursi, masih dengan senyum culasnya ke hadapan Song Kang. Tanpa segan wanita itu menarik tangan Kim Hanbin untuk dapat berdiri dan pergi dari kafe tersebut.

"Jangan khawatir, besok aku akan datang tepat waktu!" ujarnya sedikit berteriak seraya berlarian kecil bersama Kim Hanbin keluar dari bangunan tersebut.

Song Kang tak bereaksi apa-apa. Dirinya hanya memandang punggung Kim Jennie bersama Kim Hanbin yang lambat laun menghilang dari jarak pandangnya.

"Lee Sunkyu," pria itu memanggil dengan suara parau. Yang dipanggil sedang asyik memperbaiki alisnya yang sedikit miring langsung terbuyar dan menghampiri Song Kang.

Dengan wajah kesal wanita berusia 35 tahun itu sedikit mengomel, "Yak, Song Kang-ssi? Kau ini masih terlalu mudah untuk pikun. Namaku Sunny!" protesnya kepada pria jangkung itu.

Tak mengindahkan protesan dari Sunny, Song Kang malah memberi kode dengan tangannya agar wanita itu datang mendekat. Dengan sedikit kalut, Sunny mulai mendekatkan telinganya ke bibir Song Kang untuk menerima informasi rahasia yang pria iti bisikkan ke daun telinganya.

Sunny terlihat mengernyit sambil menatap ke arah luar, mengikuti arah pandang Song Kang saat ini dan menemukan sebuah mobil keluaran Range Rover baru saja meninggalkan restoran miliknya.

Entah apa yang dibisikkan pria itu, Sunnya hanya memberikan respon anggukan dan segera pergi dari sana.

Kepergian wanita itu kembali menyisakan Song Kang dengan matanya yang masih belum lepas ke arah luar restoran, meskipun objek yang Ia pandang telah menghilang dari sana.

Kim Jennie itu ternyata sedang melakukan double job.

***

Sepanjang 10 menit Range Rover itu berjalan, Kim Hanbin tak kunjung membuka percakapan antara keduanya. Hal itu membuat kepala Kim Jennie semakin memanas.

"Yak! Kim Hanbin-ssi, kenapa kau malah tiba-tiba datang menyusul ke kafe itu. Aku sudah mengatakan padamu bahwa aku ada pekerjaan mendesak dengan Song Kang-nim," ujarnya membuka obrolan dengan ekspresinya yang terlihat frustasi.

"Ah! Aku akan mendapatkan surat peringatan setelah ini," ujarnya lagi lemas dan tanpa harap.

"Aku datang untuk menjemputmu. Apa itu salah?"

Kim Jennie menoleh mendengar jawaban diluar ekspetasinya, "menjemput apanya? Kau tak perlu turun sampai harus bertemu bosku disana," Jennie mencoba mencelah jawaban Kim Hanbin tadi.

"Aku juga tamu disana. Lagipula kau sendiri yang bilang bahwa pekerjaanmu sudah selesai, kan?" jawabnya lagi-lagi begitu enteng.

Jennie mengerjapkan mata sambil menghela nafas frustasi, "kau tidak perlu sampai menjemputku seperti itu! Aku bisa pulang sendiri. Biasanya juga seperti itu, kan?" Jennie lagi-lagi membantah omongan Kim Hanbin. Maksudnya, pria ini benar-benar gila.

"Buatkan aku roti karamel lagi", pria itu berujar secara tiba-tiba, membuat Jennie terdiam dan menoleh ke arahnya.

"Mwo? Roti karamel? Kenapa tiba-tiba jadi roti karamel? Kau ini sedang mengalihkan pembicaraan, ya?", wanita menyerang Kim Hanbin. Namun lagi-lagi sang aktor terlihat santai menanggapinya.

"Buatkan aku roti karamel yang hangat, bahkan jika aku harus memakannya dalam keadaan dingin,"

Jennie mengernyit mendengar ucapan pria di kursi kemudi itu.

"Dia ini bicara apa, sih?"

"Bukankah aku sudah membuatkan roti karamel untukmu semalam? Aku juga tidak yakin kau menghabis---"

"Kuhabiskan. Tapi rasanya sangat dingin, meskipun disajikan begitu hangat," pria itu menyambar dengan intonasinya yang begitu pelan.

"Kim Hanbin-ssi, kau lagi sakit, ya?", Jennie dengan spontan meletakkan tangannya di pipi dan dahi Kim Hanbin untuk meraba suhu badan pria itu.

"Ah, badanmu hangat. Apalagi yang kau mau selain roti karamel?" wanita itu tiba-tiba menawarkan menu lain kepada Kim Hanbin yang sepertinya tidak enak badan.

Seutas senyum di sudut bibirnya terlihat mendengar tawaran Kim Jennie barusan, "tidak, hanya roti karamel, dan... kau yang menemani ku makan," ujarnya pelan dan ragu untuk menyampaikan pesan tersebut.

Jennie menghela nafas panjang sambil menolehkan pandangannya kembali ke jalanan, "Kau mungkin akan membuatku kesal karena tidak menghargai makanan yang ku buat. Kalo itu terjadi, aku tak akan membuatkan roti karamel lagi," ancam Jennie.

Hanbin mengangguk sedikit bersemangata, "tidak. Aku akan memakan dan menghabiskannya tepat di depanmu. Jangan khawatir," ujarnya meyakinkan.

Jennie ikut tersenyum simpul mendengar ucapan Kim Hanbin barusan, "arraseo, kajja!"

Mobil keluaran Range Rover itu mulai kembali membelah jalanan sibuk Seoul itu. Kim Hanbin nampak menaikkan kecepatan mobilnya. Ia tak sabar menyantap makanan dari buah tangan Kim Jennie hari ini.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Absquatulate - jenbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang