- Conversation -

461 105 36
                                    

Secangkir teh hangat kini bertapak diatas meja dengan beberapa buah donat berbagai rasa disana. Jung Yena, harus memulai paginya dengan perasaan mengganjal didada. Bagaimana tidak? Ia masih penasaran dengan Kim Hanbin yang tiba-tiba pulang meninggalkan studio semalam. Padahal kabar baiknya masih belum sampai ke telinga pria itu. Tetap saja, bagaimanapun juga, Yena tak akan memberitahunya via pesan. Ia akan langsung mengatakan hal tersebut kepada Kim Hanbin.

Pagi itu Ia tak langsung pergi ke kantor. Yena malah berbelok dengan mampir sebentar di sebuah kafe untuk sarapan. Sebenarnya bukan untuk sarapan, hanya untuk meminum teh dan beberapa buah snacks. Ia sedang tidak dalam mood untuk menyantap sarapan yang sudah disediakan di gedungnya.

Lagipula, bila Yena harus ke kantor sekarang, pasti Ia sudah disibukkan dengan beragam urusan dan tugas dari sang pemimpin agensi tersebut. Dan itu akan menguras tenaga dan bahkan dapat membuat moodnya menjadi lebih buruk lagi.

Gadis itu memutar badannya, "pelayan".

Tak lama seorang pria dengan tubuh ideal dan paras elok datang menghampirinya. Padahal Ia tahu bahwa pria itu tadi tengah sibuk dengan sesuatu di sudut meja kafe tersebut, "iya? Ada lagi yang bisa kubantu?".

Yena mengangguk, "apa kau bisa membuatkan iced americano? Lalu bungkuskan aku muffin coklat terbaikmu", pintanya kepada pria itu.

Ia mengangguk, "ada lagi?".

Yena menggeleng sambil tersenyum, "cukup. Berikan kemasan yang terbaik, ya".

Pria itu juga mengangguk sembari mulai meninggalkan Jung Yena yang tersenyum ke arahnya. Hanbin pasti akan menyukai hal kecil yang dibawakan Yena seperti ini.

•••

"Bagaimana kau bisa membawaku ke unitmu?".

Hanbin menghela nafas ketika mendengarkan pertanyaan dari gadis yang masih mengunyah makanannya itu. Pria tersebut meletakkan cangkir tehnya ke atas meja, "jangan berusaha untuk membuat topik denganku. Kau seharusnya sadar bagaimana kau bisa berakhir disini", sungutnya.

Jennie, gadis yang baru saja menelan roti panggangnya itu cemberut, "aku hanya bertanya".

Pria itu mendelik, "cepat habiskan makananmu. Aku harus segera ke studio", pintanya.

Gadis itu lagi-lagi bertanya, "Eumm... Apa yang kau lakukan di studio? Bukannya kau seorang aktor? Oh, kau ada pemotretan, ya?".

Hanbin memutar malas matanya. Serius, selama ini Hanbin tak pernah mendapatkan pertanyaan sebanyak itu dipagi hari. Gadis ini benar-benar membuatnya stress.

"Bagaimana jika kau habiskan makananmu dan segera pergi? Kau benar-benar membuang waktuku", sungutnya lagi.

Jennie kembali merengut menatap pria dingin itu, "kau sama sekali berbeda dengan Kim Hanbin yang ada di televisi. Seharusnya kau bersikap lebih baik lagi padaku", ujarnya sambil melahap potongan besar roti panggang dengan selai stroberi tersebut dengan sedikit terpaksa.

Hanbin terdiam ketika mendengarkan protes dari sang gadis. Pria itu meliriknya sebentar, "siapa namamu?".

Gadis itu ikut menoleh ketika menemukan Kim Hanbin dengan matanya yang telah fokus ke arahnya, "kau belum mengetahui namaku?".

Hanbin menggeleng, "siapa?".

"Apa aku harus memberitahu namaku padamu? Bisa saja kau melakukan hal yang tidak-tidak pada namaku".

Absquatulate - jenbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang