06. Her

3.4K 321 18
                                    

CHAPTER 6

Ferrish baru -atau mungkin sudah berusia 30 tahun. Di mata keluarganya itu usia yang sangat matang. Sangat matang dalam membangun bahtera rumah tangga, namun tidak cukup matang untuk membuatnya duduk di singgasana Multicitra Nusantara Group. Perusahaan management perhotelan yang menaungi hotel-hotel kepunyaan grup tersebut yang tersebar di seluruh Indonesia. Perusahaan keluarganya.

Menurut Ferrish itu sangat disayangkan karena dia merasa sudah cukup pengalamannya mengenal manajemen perhotelan, dan kini saatnya dia naik tahta menjadi salah satu pimpinan di perusahaan  tersebut. Dia ingin memanjat ke tempat paling tinggi, atau satu tingkat di bawah papanya yang menjabat sebagai presiden direktur saat ini.

Tapi itu cuma mimpi karena satu peraturan keluarganya. Ferrish baru bisa naik jabatan ketika sudah menikah.

Ya, menikah.

Padahal kali terakhir Ferrish memutuskan ingin menikah, mamanya tidak setuju dengan calonnya. Kini, ketika dia sudah tidak punya calon lagi, mamanya justru memaksa.

Di acara makan malam keluarga inti hari ini, topik mengenai pernikahan kembali muncul. Ferrish agak pusing karena topik ini selalu saja menyudutkannya.

"Hanna anaknya Pak Bram masih single dan baru lulus S2 di Monash University. Dia ulang tahun minggu depan di Svarga Hotel. Kamu temuin dia, ya, Ferrish."

"Ma," tegur Ferrish berusaha sabar. "Aku sedang nggak ingin ketemu siapa-siapa kalau tujuannya buat nyari jodoh. Aku bisa milih perempuan sendiri. Aku akan kenalin ke keluarga ini kalau memang aku sudah punya calon."

"Kapan?" tuntut mamanya.

"Ya, nanti, Ma."

"Kamu mau cari calon dimana sih, Rish? Perempuan cantik, berpendidikan dan berlatar belakang keluarga baik-baik seliweran di depan kamu, tapi nggak ada yang kamu pilih."

"Aku prefer kepribadian," balas Ferrish enteng sambil menyuap potongan ayam bakar ke mulutnya.

"Terakhir kali kamu ngenalin perempuan kesini, kepribadiannya nggak benar."

Ferrish mendesah keras mendengar itu. Dia tidak suka jika keluarganya membahas mantannya. Karena alasan putus mereka memang terhalang restu. Di mata mamanya, mantan yang sudah ia pacari selama tiga tahun itu membawa pengaruh buruk baginya. Dia terlalu bergantungan sehingga Ferrish tidak punya waktu sendiri untuk mengembangkan diri. Perempuan itu terlalu manja, keras kepala, dan mendominasi Ferrish. Mamanya tidak suka dengan kenyataan itu meski Ferrish sebenarnya sudah jatuh cinta.

"Udahlah, Ma, biarin Mas Ferrish nyari jodoh sendiri. Ntar dia nikah tunggu waktunya udah tepat. Paling kalau kelamaan, aku duluan yang nikah dan duduk di kursi direktur yang dia idam-idamkan itu." Arliz, adik laki-laki Ferrish yang berusia dua puluh tujuh tahun menimpali dengan santai, sengaja memanasi kakak laki-lakinya tersebut.

Celetukannya itu berhasil mengenai sasaran karena Ferrish langsung melemparkan tatapan tajamnya.

"Benar. Kamu nggak bakal naik jabatan kalau belum menikah," ucap mamanya.

"Emang apa korelasinya?" Ferrish sungguh tak habis pikir.

"Kalau kamu belum bisa mengambil tanggung jawab menjadi suami, mengurus keluarga kamu sendiri, gimana papa kamu nyerahin puluhan hotel yang dibawahnya ada ratusan karyawan di tangan kamu? Kamu harus belajar tanggung jawab yang bener dulu sebelum melangkah ke sesuatu yang besar."

Sebenarnya Ferrish tidak setuju dengan penjelasan mamanya karena korelasinya tidak valid. Berbisnis dan berkeluarga adalah dua hal yang berbeda.

"Dan meniduri perempuan ketika dia nggak sadar itu perbuatan tidak bertanggung jawab, Ferrish. Jadilah dewasa," timpal papanya yang sedari tadi diam dan sibuk pada makanannya.

Spicy RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang