hai hai, sorry aku baru update lagi sekarang.
happy reading!Chapter 19
"Saya rasa kamu nggak perlu terlalu tegang begitu."
Kalimat itu diucapkan oleh Ferrish, setelah mendengar Kanatya menghela napas gugup untuk yang kesekian kalinya selama perjalanan menuju butik baru Olivia.
Kanatya meringis. "Padahal dia yang mau ada acara, malah saya yang gugup bukan main."
Ferrish memarkirkan mobilnya. Setelah mesin mobil mati, dia mengarahkan atensinya sepenuhnya kepada Kanatya yang hari ini mengenakan midi dress putih dengan panjang lima senti di bawah lutut yang tampak anggun.
Senyum menenangkan Ferrish terukir. "Sesuai keinginan kamu, saya yakin Olivia tidak begitu senang melihat kita berdua bersama hari ini."
Bagaimana jika sebaliknya? Bagaimana jika ternyata Ferrish tidak memberikan pengaruh sebesar itu pada Olivia? Lantas, memilih Ferrish sebagai calon suami adalah tindakan yang salah?
Ah, sudahlah, yang penting Kanatya sekarang sudah membawa calon suami. Setidaknya kutukan sialan Olivia akan terpatahkan.
Kanatya akhirnya mengangguk. "Akting yang bagus, ya, Pak Ferrish."
"Nggak perlu khawatirkan saya. Khawatirkan diri kamu sendiri."
Kanatya menghela napas lagi. "Saya bisa akting dengan baik kali ini. Jangan kaget kalau saya terlalu touchy dan clingy sama kamu, ya. Ini semua demi kebutuhan peran."
"Saya menantikannya, Kan. Ayo, turun, saya yakin acaranya akan dimulai."
Akhirnya dengan tekad yang lebih mantap, Kanatya turun dari mobil. Ferrish menyambutnya dan mereka berjalan bergandengan tangan.
Butik baru Olivia yang bernama Liz & Liv Collection didirikan di sebuah gedung berlantai 3. Didominasi warna hitam dan putih. Cukup elegan dan tampak berkelas.
Sudah cukup banyak tamu yang datang. Kehadiran Ferrish dan Kanatya disambut ramah. Mereka masuk ke dalam dengan senyum menghiasi wajah.
Di tengah ruangan sudah ada hiasan sedemikian rupa, tumpeng di atas meja bundar, pita yang belum dipotong tanda peresmiaan, dan beberapa orang bergaun cantik tengah berbasa-basi dan bersalaman.
Mata Kanatya menangkap sosok Olivia di tengah keramaian itu. Olivia tampak cantik dengan gaun silver menjuntai. Rambut panjangnya digelung hingga memperlihatkan leher jenjangnya. Kulit putihnya bersinar di bawah cahaya lampu. Sulit diakui, tapi Olivia sangat jarang terlihat jelek. Atau mungkin dia tidak pernah terlihat jelek. Dan Bastian, kekasih perempuan itu tengah menggunakan tux hitam, berdiri dengan gagah di samping Olivia seperti pengawal putri raja.
Bibir Kanatya mencebik tanpa sadar. Tak ada sakit hati. Hanya perasaan muak. Tangan Kanatya melingkar semakin erat pada Ferrish. Saat ini calon suaminya jelas lebih tampan dari siapapun, jadi tidak mungkin ada perasaan iri.
"Kalau saya bilang mereka serasi, kamu kesal?" tanya Ferrish sambil mengusap punggung tangan Kanatya yang melingkar di lengannya.
"Nggak," jawab Kanatya cepat. Dia menoleh ke arah Ferrish. "Tapi kalau kamu muji Olivia cantik di depan saya, saya bakal kesal, sih."
Senyum Ferrish terbit. "Kamu lebih cantik."
"Hm, kalau yang itu agak gombal."
Ferrish hendak membalas, tapi suara yang terdengar dari microphone menghentikannya. Acara peresmiannya dimulai. Olivia dan Liza bergantian memberi kata sambutan. Lalu, mereka memotong pita dan tumpeng. Banyak basa-basi yang tercipta, hingga akhirnya tuan rumah mempersilakan tamu menikmati hidangan atau berjalan-jalan melihat koleksi yang terpajang di lantai dua dan tiga gedung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spicy Romance
RomanceAda dua alasan kenapa Kanatya Aleesha harus segera menikah; Yang pertama, demi memenangkan taruhan dengan Olivia, orang yang menduduki posisi pertama dalam daftar 100 orang yang Kanatya benci di dunia. Yang kedua, permintaan papanya yang sepertinya...