Chapter 21
Jika ditanya soal dream wedding, seorang Kanatya Aleesha yang hidupnya membosankan ini tidak punya jawaban yang kreatif. Dia hanya berharap acara pernikahannya hanya diisi orang-orang terdekat, didominasi warna biru muda yang menjadi warna kesukaannya dan pasangan yang berdiri di sampingnya haruslah lelaki yang dia cintai dan mencintainya.
Poin pertama sangat mustahil mengingat orang terdekatnya segelintir sekali, bahkan bisa dihitung pakai jari. Dia tidak mau pernikahannya sesepi kuburan, dan tak mau juga seramai dufan di akhir pekan. Fakta bahwa yang dia nikahi adalah anak laki-laki dari keluarga Atmajaya, dan dia sendiri adalah anak pertama dari keluarga Hendarta sudah cukup menjelaskan kalau tidak mungkin pernikahan ini hanya tentang mereka saja. Ini adalah pernikahan yang melibatkan bisnis dan harus disaksikan oleh rekanan papanya dan rekanan keluarga Ferrish juga. Jadi mustahil ballroom gedung hotel ini hanya diisi segelintir orang.
Poin kedua, terwujud dengan mudah. Dekorasi ballroom dihiasi bunga-bunga berwarna biru yang ternyata adalah warna favorite Ferrish juga. Jadi mereka menyepakati hal ini dengan sangat mudah.
Poin ketiga, yang paling miris. Lelaki yang berdiri di sampingnya adalah Ferrish. Secara kasat mata, Ferrish terlihat memujanya. Di saat-saat tertentu Ferrish perhatian, manis dan punya semua hal yang dia butuhkan. Tapi hatinya, sungguh tak teraba. Ucapan Olivia sebulan lalu masih mengusik Kanatya. Apa benar Ferrish tak mungkin mencintainya? Apakah ini pernikahan yang Kanatya harapkan?
Namun Kanatya tak mau merusak suasana di hari bahagia ini. Biar bagaimanapun, ini memang yang dia mau. Menikah. Membuat papa tersayangnya bahagia serta membungkam mulut nyinyir Olivia. Setidaknya tujuan itu tercapai. Bagaimana pernikahan ini akan bermuara, Kanatya mencoba berpikiran positif. Kisahnya dan Ferrish baru dimulai. Mungkin akan ada ruang dimana cinta mereka tumbuh. Lagi pula, Ferrish adalah laki-laki paling potensial yang bisa diajak hidup bersama. Dan mereka sudah tidur bersama. Menikah mungkin bisa menutupi dosa mereka.
"Capek?" bisik Ferrish.
Tentu saja. Dari tadi Kanatya terus menyunggingkan senyum terbaiknya, berbasa-basi sambil menyalami tamu yang datang.
"Sangat," ucap Kanatya.
"Sabar. Sebentar lagi selesai dan kamu bisa istirahat."
Kanatya mengangguk.
Jadi, ya, dia sudah resmi menjadi istri dari Ferrish David Atmajaya. Seseorang yang tanpa sengaja ditemuinya di kelab dan berakhir dengan skenario paling klise yang pernah ada. Walau sempat dianggap butuh ke psikiater, akhirnya Ferrish mau mengajaknya menikah juga.
Setelah satu jam, acara selesai. Tentu saja president suite sudah menunggu mereka. Kanatya dan Ferrish berpisah dengan keluarga di ballroom, beberapa dari mereka membuka kamar di hotel, dan beberapa memutuskan untuk pulang.
Kanatya melepas sepatunya dan merasa amat sangat lega ketika kakinya menapak lantai. Heels tujuh senti sumber yang membuat kakinya pegal dibiarkannya tergeletak di dekat pintu, dia buru-buru masuk sambil menyeret gaunnya yang lama-lama seolah melilitnya.
Ferrish cuma tersenyum. Laki-laki itu bergabung ke dalam kamar. Dia membuka jasnya, menyisakan kemeja putih dan vest.
"Perlu bantuan?" tanya Ferrish.
Sebenarnya wedding dress Kanatya tidak begitu heboh. Lengannya off shoulder, fit and flare di bagian bawah, meski menyapu lantai, tapi panjangnya tak seperti karpet. Gaunnya dipermanis dengan beaded lace, sequin tulle dan misty tulle. Meski potongannya tampak sederhana, membukanya butuh effort, apalagi kancingnya ada di belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spicy Romance
RomantizmAda dua alasan kenapa Kanatya Aleesha harus segera menikah; Yang pertama, demi memenangkan taruhan dengan Olivia, orang yang menduduki posisi pertama dalam daftar 100 orang yang Kanatya benci di dunia. Yang kedua, permintaan papanya yang sepertinya...