17. Main Course

4.6K 325 8
                                    

⚠️🔞 spicy content🔞⚠️

Chapter 17

Akhir-akhir ini Kanatya merasa aneh. Sebenarnya tidak begitu banyak perubahan dalam hidupnya. Dia tetaplah jadi Kanatya yang pengangguran. Yang membedakan, daripada mencari pekerjaan, dia menghabiskan waktunya di apartemen, mencari kesibukan dengan melakukan aktifitas yang sebelumnya tak sempat ia lakukan.

Well, memasak. Kanatya mulai belajar memasak dengan serius.

Sebenarnya dia bisa memasak, namun masakannya adalah masakan sederhana yang masaknya tidak perlu pakai berbagai bumbu dapur. Dan kebanyakan bahan masakannya pun instan. Tapi entah mengapa, akhir-akhir ini Kanatya begitu tertarik mengacak-acak dapurnya sendiri.

Mungkin hal ini dilandasi dengan percakapannya dengan Ferrish ketika mereka makan siang bersama.

"Kamu bisa masak?" tanya Ferrish.

"Nggak."

"Oh, oke."

"Kamu berekspektasi punya istri yang jago masak?"

"Nggak juga."

"Beneran?"

"Ya, santai aja. Lagian saya lumayan bisa masak."

"Hah? Serius?"

Ferrish mengangguk. "Nggak jago sih. Tapi ada beberapa menu yang bisa saya masak dengan baik. Ada kalanya kita bosen makan di luar, kamu bisa cobain makanan buatan saya."

Semenjak saat itu, Kanatya merasa tidak enak hati. Kalau dipikir-pikir, Kanatya memang tidak pernah berusaha mengasah skillnya. Kanatya sebentar lagi akan menjadi istri, dia akan merasa bersalah jika tidak bisa memberi makan suaminya dengan baik nanti. Walaupun Ferrish tidak menuntut, tetap saja, Kanatya harusnya bisa menjadi istri yang bisa diandalkan mengingat betapa sempurnanya sosok Ferrish David Atmajaya yang akan dia nikahi.

Selain memasak, kegiatan favoritnya akhir-akhir juga ini adalah mengabari calon suaminya itu. Dia sering mengadu apabila berhasil menyelesaikan satu resep makanan dan berusaha meminta masukan dari lelaki itu. Dan bagian paling menyenangkan, Ferrish sama sekali tidak pernah menolak apabila Kanatya menawarkannya makanan untuk dicicipi. Ya walaupun kadang Ferrish terlalu jujur. Apabila tidak enak, dia tak akan sungkan mengomentari dengan sopan.

Kanatya sudah selesai masak. Menu makan malam kali ini adalah soto betawi dan ayam asam manis. Untuk Kanatya yang biasanya hanya masak nasi goreng atau mie instan demi kepentingan dirinya sendiri di saat-saat krusial, masak soto betawi dan ayam asam manis effortnya luar biasa.

Pintu apartemennya terbuka. Ketika melihat Ferrish di depan pintu, Kanatya langsung menyambutnya dengan senyum lebar.

"Beneran belum makan, kan?" tanya Kanatya sambil berlari kecil menghampiri laki-laki itu.

Ferrish mengangguk dan tersenyum kecil. "Sengaja belum makan. Padahal di hotel tadi ada sajian italian food."

"Enakan soto betawi dari pada pasta," balas Kanatya. Dia menarik tangan Ferrish dengan kasual dan mengajaknya ke meja makan.

Hubungan yang terjalin antara Kanatya dan Ferrish memang meningkat pesat. Kanatya merasa seperti sedang di masa pacaran dengan laki-laki itu meski secara gamblang Ferrish tidak pernah melabeli hubungan mereka semacam itu. Tapi sungguh Kanatya tidak bisa menggambarkan hubungan mereka sebagai hubungan biasa-biasa saja. Ferrish kini menempati posisi sebagai orang terdekatnya.

"Kamu ngapain aja hari ini?" tanya Ferrish ketika Kanatya sibuk menyajikan makanan ke lelaki itu.

"Nggak ada yang spesial, sih. Masak doang, sama tadi siang ketemu Sabrina, dia tanya apa saya butuh sesuatu untuk pernikahan kita nanti."

Spicy RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang