14. Family Dinner I

5.3K 379 28
                                    

CHAPTER 14

Pernikahan itu sepertinya benar akan terjadi.

Setelah kesepakatan mereka dibuat, Kanatya menyetujui saran Ferrish agar mereka saling dikenalkan ke anggota keluarga. Kanatya awalnya gelagapan, dia sungguh takut dengan pendapat keluarga lelaki itu. Kanatya bahkan baru mengenal Ferrish dalam kurun waktu satu bulan, dikenalkan lelaki itu sebagai wanita yang akan dinikahinya, pasti akan menimbulkan tanya.

Kanatya sampai ke rumah Ferrish. Malam ini mereka melangsungkan acara makan malam keluarga. Yang Kanatya tahu dari Ferrish, lelaki itu sudah menceritakan garis besarnya bahwa dia sudah menemukan perempuan yang akan dia nikahi. Oleh sebab itu, undangan makan malam dari orang tua Ferrish ini akhirnya sampai ke telinga Kanatya.

Jantung Kanatya makin berdebar ketika Ferrish membukakan pintu mobil untuknya.

"Apa kita bakal berakting saling mencintai?" bisik Kanatya sambil membetulkan rok dressnya. Hari ini dia memakai terusan  selutut berwarna soft pink. Polos saja tapi terlihat sopan dan manis dengan sentuhan queen anne neckline yang menutupi pangkal lengan di bahunya sampai siku.

Ferrish mengangguk. Lelaki itu baru pulang kerja, dia memakai setelan kantornya, tanpa jas, hanya celana panjang dan kemeja abu-abu yang digulung sesiku.

"Kalau mereka tetap nggak setuju gimana?"

Ferrish menarik tangan Kanatya, mengajaknya berjalan ke arah pintu. "Jangan terlalu khawatir."

Kanatya cuma bisa menghela napas dan menormalkan perasaannya yang campur aduk. Ferrish tampak tenang seperti biasa. Emosi Ferrish itu mirip lautan luas yang tak terjamah, tampak tak ada riak namun di dalamnya menyimpan sejuta hal yang tak bisa diketahui Kanatya. Sedangkan emosi Kanatya bagai ombak di tepi pantai yang menampar batu karang, atau bahkan terkadang mirip tsunami yang meluluhlantakkan. Ya, Kanatya tak stabil, agresif, impulsif, penuh kejutan.

Kanatya melangkahkan kaki ke dalam bangunan megah yang merupakan rumah orang tua Ferrish. Melewati ruang tamu dan living room, tidak ada siapa-siapa, hanya ada pelayan yang melintas. Rupanya, kedua orang tua Ferrish sudah menunggu di ruang makan.

"Lho, katanya jam delapan baru sampai?" Mama Ferrish langsung menyapa dengan riang. Beliau langsung berdiri, diikuti suaminya, mereka mendatangi Kanatya dan Ferrish yang masih mematung di depan pintu ruang makan.

"Kirain bakal macet, ternyata nggak terlalu," jawab Ferrish. Dia mencium pipi mamanya dan memeluk singkat papanya.

Sedangkan Kanatya berusaha keras menampilkan senyum terbaiknya.

"Ma, Pa, ini Kanatya. Dia perempuan itu."

Perempuan itu? Kanatya membatin penuh tanya. Apa tidak ada sebutan yang lebih baik dan natural? Mungkin bisa pacar? Belum sempat Kanatya melayangkan tatapan bingung dan protes, suara mama Ferrish makin terdengar.

"Oh iya, Kanatya. Kita sempat ketemu kemarin, ya. Ferrish, kamu sama sekali nggak bilang perempuan yang mau kamu bawa hari ini adalah Kanatya."

Hingga gilirannya yang cipika-cipiki, dia melakukannya dengan hangat dan tenang, padahal jantungnya bertalu-talu.

Meski ini bukan pertemuan pertamanya dengan mama Ferrish, tetap saja rasanya canggung luar biasa. Sungguh dia tidak menyiapkan jawaban apabila tiba-tiba Mama Ferrish memberikannya pertanyaan seputar anaknya. Dia bahkan tidak terlalu mengenal lelaki yang berdiri di sampingnya ini.

"Adik kamu belum datang, masih di jalan. Ayo, duduk dulu, selagi makanan disiapkan," ucap Papa Ferrish. Saat tatapan Kanatya dan Papa Ferrish bertemu, Kanatya mengulas senyum sopan, padahal yang dia ingin lakukan adalah lari terbirit-birit. Papa Ferrish ini saksi kekonyolannya di lobby hotel waktu itu.

Spicy RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang