Purbalingga, 16 Juli 2016.
Aku Gladys Maulinda Alleira. Lahir tanggal 7 Januari 2000 di kota Palembang, Sumatera. Tapi aku asli orang Purbalingga, hanya lahir di Palembang karena dulu Ibu dan Ayah mempunyai kebun disana. Katanya, mubah kalau tidak digarap. Hidup di Sumatera tentu membuatku tumbuh menjadi lebih kuat dan cerdik. Karena, orang Sumatera lokal yang ada di desa-desa terpencil bukan orang sembarangan.
Kebanyakan dari mereka akan membunuh siapapun yang menurut mereka menyebalkan atau membuat kesalahan yang fatal. Hal itulah yang membuatku menjadi pribadi yang tegas, kuat, dan pastinya cerdik. Kembali lagi ke Purbalingga, namaku terbilang sangat keren, lebih kekotaan kata tetangga. Tapi menurutku, namaku tidak ada yang spesial. Ya, aku akui, namaku paling menonjol diantara remaja lainnya di desa bahkan sampai kecamatan.
Banyak orang kuno ternyata, haha. Berchandya. Tidak hanya orang Sumatera saja yang menyebalkan, orang Purbalingga juga tak kalah menyebalkannya. Karena aku juga seperti itu, haha.
Gladys mendatarkan kembali wajahnya. Tawa yang sempat hadir kembali lenyap meninggalkan keheningan malam minggu itu. Setelah mengetik bionarasi itu, ia bergegas menuju kamar mandi yang ada di ruangan belakang. Tepatnya sebelah dapur. Setelah melepaskan hajatnya, Gladys kembali berjalan santai menuju kamarnya berada. Sedikit kesal karena malam minggu ini tidak ada yang menemaninya.
Emang biasanya ada yang nemenin?
Pertanyaan yang tiba-tiba muncul dalam otaknya membuat Gladys mendelik, merasa tersinggung. Memang aneh anak gadis ini. Sesampainya di kamar, ia langsung merebahkan tubuhnya yang terasa lemas. Pikirannya menerawang jauh, bahkan sampai bersapa dengan astronot yang ada di Bulan. Memikirkan itu, Gladys terkekeh geli. Otaknya ini memang perlu dicuci.
Lima belas menit sudah berlalu tanpa disadarinya. Gladys beranjak dari rebahannya, lalu duduk dan memilih novel untuk ia baca di tempat favoritnya, sekalian menemani toren penguin yang kesepian. Rumahnya memang sudah terbiasa sepi, tak ada orang selain dirinya sendiri.
Dengan senyum tipis, Gladys melemparkan novelnya ke atas genteng, lalu ia berlari ke ruangan yang dijadikan warung kecil oleh Ibunya dulu. Disana ia berdiri di depan beragam kopi dan susu, tangannya terulur mengambil kopi favoritnya. Tadinya ia ingin mencoba kopi lain, tapi ia takut rasanya tak enak seperti kopi favoritnya itu. Ia pun kembali ke dapur, dan langsung menyeduh kopi di cangkir.
**
Angin berhembus kencang menerbangkan rambut gelombang Gladys yang berwarna ungu dan hitam itu. Dinginnya udara malam tak membuat Gladys kedinginan, malah ia membuat lengkungan sabit yang cantik di wajah ayunya. Menyesap kopi, lalu menunduk menatap novel yang ada di pangkuannya. 'TRANSMIGRASI BADGIRL', batinnya membaca judul di cover novel tersebut.
Malam minggu ini, ia habiskan untuk membaca novel di atas genteng ditemani penguin kecil yang hanya sebatas gambar. Jika ibunya tahu, pasti ia langsung kena marah karena naik ke genteng malam-malam. Untungnya, saat ayahnya masih ada, ia meminta untuk dipasangkan lampu di sekitar toren agar tak terlalu gelap.
Ia berharap, saat bangun nanti jiwanya sudah berpindah ke tubuh Tuan Putri di sebuah Kerjaan kuno. Disana pasti banyak pangeran tampan dan prajurit yang gagah seperti gajah.
"Tolol lo, Gab!!" desisnya ketika membaca part dimana tokoh utama selalu melakukan hal yang diluar nalar.
"GOBLOK LO ANJING! Tubuh lo buat gue aja sini, cok!!" serunya, lagi.
Gladys membaca cerita itu sampai end, tak jarang ia berdesis karena kelakuan tokoh utama yang sangat bodoh. Apalagi saat membaca bagian si anak emas yang melakukan drama tapi keluarganya percaya. Benar-benar membuat ia emosi. Ia berjanji, jika ia masuk ke duni novel itu, ia akan mengubah alur dan memberi ending yang baik untuk tokoh utama yang tololnya gak ketulungan itu.
~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
TRANSMIGRASI GLADYS
Teen Fiction"Aaa, bisakah aku bertransmigrasi, Tuhan?" Kisah seorang gadis remaja yang ingin berpindah raga ke seorang putri kerajaan, namun takdir membawanya kedalam raga seorang gadis broken home, dibenci oleh semua orang, dan keberadaannya yang tak pernah di...