Gabriel berdesis melihat semua siswa terdiam membeku di depan gerbang sana. Kedua Geng yang dinaungi oleh Angkasa dan Rey pun terdiam bingung menatap semuanya. Lambang apa yang ditunjukkan oleh Gabriel sehingga membuat Geng Clichy terdiam? Bahkan sampai pucat!
"SAKA..." seru Cia dengan isakannya. Gadis itu langsung memeluk erat Angkasa yang membuat Angkasa mematung. "Saka gapapa kan?" tanyanya seraya mendongak menatap wajah tampan Angkasa dari bawah.
Angkasa berdehem sebagai jawaban. "Lepas dulu, Cia," titahnya risih.
Cia mengerucutkan bibirnya, lalu menunduk setelah melepaskan pelukannya.
Semua pasang mata menatap Cia yang sedang terisak. Semuanya, tanpa terkecuali.
"Queen, dia siapa?" tanya Cito. Laki-laki itu sudah masuk ke halaman sekolah, bahkan berdiri di sebelah Gabriel setelah tadi bersalaman dengan gadis dingin itu.
Gabriel mengendikkan bahunya. "Tanya aja langsung sama pawangnya," balasnya. "Lo kenapa manggil gue 'Queen'?" lanjutnya mengalihkan pandangannya menatap Cito datar.
Cito yang ditatap sedemikian rupa pun gelagapan sendiri. "Ka-kalo Queen mau tau, nanti kita ketemuan aja, Queen. Ini rahasia," balasnya pelan.
Gabriel mengangguk. "Cafetaria, jam 20.00," kata Gabriel seraya berjalan menuju Alexa berada.
Cito menatap punggung Gabriel yang mulai menghilang dari pandangannya, itu karena Gabriel mengajak Alexa pergi ke kantin. Setelah memastikan Gabriel pergi, Cito berbalik dan menatap dua Geng yang ada di depannya. Jarak mereka hanya terpaut beberapa meter saja.
"Walaupun dia Queen gue, kalian tetep musuh gue," desis Cito tersenyum miring. "Sekarang, sekolah kalian aman. Gak bakal ada lagi yang bakal nyerang, karena ada Queen." Cito pergi setelah mengucapkan kalimat yang membuat semua orang yang mendengarnya bingung. Gabriel, Queen?
Banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang ingin sekali mereka utarakan. Apa hal yang belum mereka ketahui tentang Gabriel? Bukankah Gabriel hanya seorang gadis bodoh yang dulu selalu caper? Apakah perubahan Gabriel ada hubungannya dengan panggilan tadi?
'Lo sebenarnya siapa, Gab?' batin Rey bertanya-tanya.
Melihat Geng Clichy yang pergi, dua anggota inti Geng Black Lion dan Victory tersenyum tipis. Keduanya saling melirik tanpa diketahui oleh siapapun.
~~~
"Gue diem salah, gue maju salah, mau mereka apa sih, anjing!" gerutu Gabriel seraya berjalan menyusuri toko yang sedang ia singgahi.
Tadi, setelah penyerangan yang dilakukan Geng Clichy terhadap SMA Gentala selesai, Gabriel dipanggil ke ruang kepala sekolah dan diintrogasi oleh polisi dan beberapa guru yang ada di sana. Bukannya terima kasih telah membantu mengusir Geng itu, Gabriel malah dimarahi habis-habisan.
Ia belum tahu pasti alasannya apa, hal itulah yang membuat ia sangat emosi. Seraya meredamkan emosi yang sempat memenuhi dada, ia ingin membeli perlengkapan untuk merenovasi kamarnya. Karena, berbelanja adalah hal yang sangat manjur untuk meredamkan emosi yang sedang membara.
Tanpa melihat harga, Gabriel mengambil barang-barang yang menurutnya bagus. Semuanya, yang menurutnya menarik langsung ia ambil walaupun barang itu terhitung tidak penting, ia tak peduli. Sejam Gabriel berbelanja, ia menatap enam troli belanja yang dipenuhi barang belanjaannya dengan senyum puas.
Tanpa berlama-lama, Gabriel langsung membawa troli belanja itu ke kasir dengan dibantu pelayan toko yang ada di sana. Pasang mata menatap kejut ke arah Gabriel tak terhitung. "Ini kartunya, antar ke alamat ini, terimakasih." Setelah mengucapkan itu, Gabriel langsung pergi yang membuat ketiga kasir disana cengo menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRANSMIGRASI GLADYS
Teen Fiction"Aaa, bisakah aku bertransmigrasi, Tuhan?" Kisah seorang gadis remaja yang ingin berpindah raga ke seorang putri kerajaan, namun takdir membawanya kedalam raga seorang gadis broken home, dibenci oleh semua orang, dan keberadaannya yang tak pernah di...