Serangan Cia

80 6 6
                                    

Gabriel berjalan seraya menatap sekelilingnya yang terasa asing dan aneh. Banyak hewan dan manusia yang ada di sebuah kolam lumpur. Dengan tatapan bingungnya, Gabriel ingin sekali bertanya, namun lidahnya sangat sulit digerakan.

Dalam benaknya, ia bertanya-tanya, 'dimana dirinya berada?'

Suasana yang sepi, gelap, sungguh membuat bulu kuduknya berdiri. Hatinya merasa was-was terhadap sekitar. Nafasnya memburu, Gabriel benar-benar takut sekarang.

Setelah beberapa menit berjalan, Gabriel berhenti menatap salah satu wanita yang sedang digerogoti hewan yang ia tak tahu namanya. Wanita itu pun sesekali menggigit hewan yang menggigitnya, bukannya takut, Gabriel malah melemparkan dirinya ke kolam penuh lumpur itu.

Berjalan mendekati sosok wanita yang tak asing itu. "Ma-mama?" ujarnya pelan setelah melihat wajah wanita yang kini sudah dipenuhi darah.

Sosok wanita itu berhenti memakan badan hewan yang menempelinya. Ia menatap Gabriel. "Ini bukan tempatmu, kenapa kamu bisa disini, Nak?" tanya sosok itu menatap Gabriel penuh tanda tanya.

Gabriel menggeleng. "Aku gak tahu kenapa aku disini, ini tempat apa, Ma?" tanyanya penasaran.

Sosok wanita itu tersenyum. "Nak, ini tempat terkutuk. Tak ada pilihan lain selain bertahan dan memakan hewan yang ada disini, konsekuensinya kita juga akan dimakan hewan yang kita makan. Tumbuhan disini sudah lama habis dan akan tumbuh setiap malam bulan sabit tiba. Kamu ada disini, jiwamu akan tetap disini, kamu gak akan bisa pergi dari sini, Nak," jelas wanita itu membuat Gabriel melebarkan matanya, hatinya berdenyut hebat, kakinya bergetar, pikirannya tiba-tiba hilang.

"G-gak, aku gak mau disini. Aku bakal cari jalan keluar," ujar Gabriel lalu berlari menuju jalan bebatuan yang tadi ia lewati. Ia terus berlari dan menghiraukan segala teriakan sosok wanita yang ia panggil Mama.

Gabriel yang sedang berlari lantas tersenyum melihat sekumpulan anak kecil yang sedang bermain bola, ia langsung mendekati anak-anak itu, tapi tiba-tiba...

BRAK!

ARGHH!!

Gabriel terpental. Tubuh kecil Gabriel melayang menjauhi tempat dimana anak-anak itu sedang bermain. Tubuhnya jatuh ke arus sungai yang benar-benar deras, setelah itu Gabriel menghilang ditelan air yang dalam.

"Nak, kamu selamat. Jangan nyasar ke tempat terkutuk ini lagi, ya? Nanti sia-sia sudah perjuangan Mama dan Papa," lirih sosok wanita yang sekarang duduk di dahan pohon guna menghindari hewan-hewan yang kelaparan.

~~~

"ARGHH, MAMA!!" teriak Gabriel yang terbangun dari tidurnya. Keringat sebesar biji kacang memenuhi pelipisnya. Hatinya berdegup kencang, mimpi yang ia lihat tadi benar-benar seperti nyata.

Mata Gabriel melirik pakaian yang ia pakai, sontak matanya melebar, jantungnya berdegup keras. "Kenapa baju gue basah? Mimpi itu..?" gumamnya penuh ketakutan.

Gabriel berusaha menenangkan hatinya, berdamai dengan pikiran yang sudah menjelajah terlalu jauh tentang bunga tidur tadi. Badannya bergetar hebat, ini benar-benar kejadian yang tidak masuk akal!

"Te-tenang Gab, tenang..." monolognya menenangkan diri. Kakinya terasa lemas, seperti tulang yang ada di dalam sana hilang bak ditelan bumi.

Setelah beberapa menit, Gabriel langsung bergegas ke kamar mandi untuk mengambil wudhu dan melaksanakan kewajibannya sebagai umat muslim. Selesai memakai mukena, mata Gabriel langsung melebar ketika melihat jam menunjukkan pukul 21.07 WIB. Ia tertidur selama itu?!

Dengan segera, Gabriel melaksanakan shalat Isya. Untuk shalat maghrib yang telah ia lewati, ia hiraukan. Selesai shalat, Gabriel langsung bergegas bersiap-siap. Ia teringat akan janjinya kepada Cito. Walaupun ia yakin jika Cito sudah pulang karena ia telatnya sangat diluar nalar, ia akan tetap ke Cafetaria.

TRANSMIGRASI GLADYS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang