Athar hari ini sakit, tak bisa bangun sebab dadanya yang entah kenapa terasa begitu berat. Namun ia ada abinya yang berada disisinya.
"Abi" panggilnya lirih.
Athar menggeliat tak nyaman, Abi segera mengelus dada putra dengan mulut yang bergumam. Entah sholawat, doa, atau dzikir.
Abi mengecup kepala putra surganya dengan doa yang ia panjatkan. "Kuat nak, sholawat ya" gumamnya.
Athar mengangguk sembari menghapus air matanya. Athar menarik nafas mulai bersholawat sembari menenangkan dirinya.
Sakitnya memang tak seberapa tapi rasa tak nyamannya, mau ibadah pun sulit baginya. Ia hanya bisa berharap untuk kesembuhannya.
Athar juga tak ikut kakaknya berdakwah karna sakitnya.
"Umi mana, abi," ucap Athar bertanya sembari mendongakkan kepala menatap ayahnya. Abi hanya tersenyum indah sembari mengelus hidung putranya.
"Umi lagi buat bubur sama ambil obat kamu" ucap Abi diangguki olehnya. Lalu ia meringsut kepelukan abinya lagi, jantungnya berdetak tak normal dan semakin sakit.
"Abi kalo misalkan Athar meninggal karna gagal jantung, abi sama yang lain doain ya biar abi tenang dialam lain" ucap Athar mendongak menatap abi lurus.
Lihat, Athar bahkan masih merasa rendah dan berdosa disaat ia diberi sakit untuk pelebur dosa, dan setiap hari beribadah serta memohon ampun.
Bagaimana dengan kita yang melupakan tuhan, tapi tak merasa dosa dan bersalah.
Abi hanya tersenyum lalu mengelus surai lembutnya, "Abi mau yang terbaik untukmu, anak Abi sekarang fokus dengan tugasmu okey?"
"Abi antar rumah sakit ya? Kamu pasti udah gak kuat sampai berbicara melantur" ucap Abi lalu bangkit mengambil selimut kecil.
Abi mulai menyelimuti lalu mengangkat kegendongannya. Ia keluar dari kamar berpapasan dengan sang istri, Umi panik sampai meletakkan nampan dilantai.
"Atharr putra Umi" ia mengusap pipi anaknya sendu yang sudah terpejam entah tidur ataupun pingsan, lalu menatap suaminya.
"Bawa kerumah sakit sayang" ucap Abi diangguki Umi yang berusaha tenang. Abi membenarkan putra digendongannya membawa keluar dan masuk kedalam mobil.
Umi mengusap pipi putranya dengan air mata mengalir. Wanita berpakaian serba hitam tersebut mengecup kepala putranya yang berada dipangkuannya.
"Ya Rabb ringankan sakit putraku, kasihan dia. Ampuni putraku jika ini untuk pelebur dosanya, putraku tulus beribadah kepadamu ya Allah. Emgkau maha tau dan maha pengampun" ucapnya dengan purdahnya yang basah sebab air mata.
Dirumah sakit
Terdengar suara monitor dan selang oksigen terpasang, karena saturasi oksigen yang sedikit turun. Matanya masih terpejam erat.
Dua kursi berada disisi ranjang terisi oleh sepasang suami istri, keduanya membaca Al'Qur'an kecil yang berada digenggamannya. Saat ini ruangan itu penuh dengan cahaya dan suara merdu.
تَعْبُدُوا الشَّيْطٰنَۚ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ ٦٠a lam a‘had i
laikum yâ banî âdama al lâ ta‘budusy-syaithân, innahû lakum ‘aduwwum mubînBukankah
"Aku telah berpesan kepadamu dengan sungguh-sungguh, wahai anak cucu Adam, bahwa janganlah kamu menyembah setan? Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagi kamu."
Hingga sampai ayat selesai keduanya sama sama melakukan sholat dan melantunkan dzikir. "Lailahaillah muhammadurasulullah. Hasbunallah wani'mal wakil, hasbunallah wani'mal wakil"
KAMU SEDANG MEMBACA
Holy Heaven Gift
Genel KurguBagaimana jadinya, anak terakhir dari keluarga besar yang mengimani Akhirat dan ilmu agama yang tinggi mempunyai sebuah penyakit. Keluarga pendakwah dan penerus waliyullah. Keluarga itu menyebarkan agama Allah dengan semangat begitu juga sang bungs...