Hari ini Athhar akan ikut Ikhsan ke majelis ikut dalam berdakwah. Athhar memang sudah diikutkan sejak kecil, yang mengundang pun juga hafal.
Umi membantu putranya merapikan rambut lalu memakaikan kopiah. Umi tersenyum mencium kepala putranya.
"Sudah" ucap Umi yang menyempatkan membantu sang putra. Athhar tersenyum melihat gamis putihnya memeluk Uminya yang dibalas.
"Yuk kebawah, kakak udah nunggu" ucap Umi menggandeng tangan putranya.
Beruntung Athhar tubuhnya udah baik, dan nyeri sudah tidak ada. Rasa tidak nyaman didadanya pun juga sudah tak terasa.
Athhar yakin Allah telah mengizinkannya untuk berjalan di agamanya. Athhar berdoa semoga dirinya diberi umur panjang.
Ditangannya ada Al-Qur'an kecil yang senantiasa ia bawa kemana mana. Dan saat tak dipakai ia bawa kekantungnya.
"Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatu. Pagi kak" ucap salam Athhar saat sampai dibawah dengan tersenyum tenang lalu duduk.
"Wa'alaikumsalam warrahmatullahi wabarakatu" balas Aisyah dan Ikhsan tersenyum lembut pada Athhar.
"Kok kakak disini? Suami kakak?" Tanya Athhar pada wanita berjubah hitam tersebut sembari mengernyit bingung.
"Suami kakak pergi, makannya kakak menginap disini lagi dek" ucap Aisyah lembut tersenyum. Athhar mengangguk faham.
Umi meletakkan piring kehadapan Athhar lalu berlalu keputra ketiganya. Ikhsan tersenyum menerimanya sembari mencium tangan Umi.
"Makasih, Mi"
"Sama sama sayang" Umi duduk lalu doa dipimpin oleh Ikhsan. Ketiganya mengangkat tangannya berucap berdoa, lalu memulai makan.
15 menit makan sudah selesai, Athhar diberi nasihat oleh Umi untuk berhati hati dan sebagainya. Begitu juga Aisyah yang ikut menimpali.
Wanita berjubah hitam itu memeluk adiknya lalu mencium. "Hati hati. Jangan capek, jangan sampai terkena benda lagi okey"
Athhar mengangguk. "Iya kak, enggak. In syaa Allah aku lebih hati hati lagi" ucap Athhar sembari tersenyum.
Athhar mencium tangan Umi lalu berjalan dengan Ikhsan. Ikhsan, lelaki aura tenang itu menggenggam tangan Athhar berjalan keluar.
~~♡♡♡♡♡♡
Athhar membaca Al-Qur'an yang senantiasa dia bawa, sedangkan Ikhsan menyetir tenang dan mulut terus bergerak.
Athhar menatap depan dengan sholawat. Belom lama ia bersholawat mobilnya telah memasuki suatu tempat dan banyaknya kendaraan.
"Ayok"
Athhar mengangguk sembari membuka pintu mobil. Athhar menghampiri Ikhsan lalu berjalan masuk berdampingan.
Tempat ini telah penuh, segera mereka masuk yang langsung diarahkan untuk naik kedepan.
Ikhsan membantu duduk Athhar lalu duduk disamping Athhar. Seorang panitia menyerahkan microfon pada dua laki laki bergamis putih.
Ikhsan menampilkan senyum indahnya sembari mengucap salam. Ikhsan sekilas melirik adiknya yang tersenyum pada jamaah.
"Alhamdulillah saya panjatkan pada Allah atas karuniannya begitu pula pada para jamaah yang diizinkan hadir disini. Terima kasih juga telah mengundang kembali disini bersama saudara saya"
Ikhsan memulai dakwahnya dengan suara lembutnya. "Yang mana rasulullah salallahu'alaihi wasallam pernah bersabda disatu hadist disitu. Kita baiknya mendahulukannya dan mengesampingkan yang baik bagi kita namun itu tidak dimata Allah"

KAMU SEDANG MEMBACA
Holy Heaven Gift
General FictionBagaimana jadinya, anak terakhir dari keluarga besar yang mengimani Akhirat dan ilmu agama yang tinggi mempunyai sebuah penyakit. Keluarga pendakwah dan penerus waliyullah. Keluarga itu menyebarkan agama Allah dengan semangat begitu juga sang bungs...