36. Keluarga

17K 1.8K 430
                                    

Haii
Welcome Back Guyss
Jangan Lupa Vote, Comment, Share & Follow yaaw. Lov yu
Awas Typo !!!

 Lov yuAwas Typo !!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Previously

Arvind terdiam "Abang serius biarin gue sama bang Ares satu ruangan?" tanyanya tak percaya.

Aaron mengangguk pelan "Abang udah bicarain ini sama bang Aska dan bang Ares. Dia setuju kok, gak udah khawatir,"

Arvind menggertakkan giginya tanpa mengeluarkan protes. Kenapa mereka harus mendapat giliran bersamaan?

"Rasain! Moga-moga, mimpimmhh," Varo memberontak saat Aska membekap mulutnya kuat-kuat. Merasa pergerakannya sia-sia, Varo pasrah. Membiarkan abangnya mengunci bibirnya yang seksi padahal dia ingin mengajak Arvind bertengkar.

🧸🧸🧸

Bagian 36

Tidak ada alasan yang bisa Arvind gunakan untuk bisa menguasai Varel sepenuhnya. Malam semakin larut, tapi dia masih melamun di balkon kamarnya. Keheningan menemaninya bersama terpaan cahaya bulan purnama yang bersinar terang di tengah taburan jutaan bintang. Arvind mengarahkan mata birunya pada satu bintang yang paling terang di dekat bulan sambil menghela napas panjang yang terdengar berat.

"Apa gue gak usah gabung aja ya? Kenapa mesti gue yang dapat giliran sama bang Ares , bangsat!!" Batin Arvind mengumpat kasar. Dia mengacak rambutnya frustasi.

Selama menjadi ketua geng, dia tidak pernah sefrustasi ini jika ada masalah sebesar apapun yang menyangkut kepentingan kelompok. Hanya satu hal yang pernah membuat Arvind frustasi sampai ingin menyusul kakek dan neneknya yaitu kepergian sang bunda. Itu menjadi luka terdalam di hatinya sampai saat ini.

Arvind menggeleng pelan, bukan saatnya memikirkan hal itu. Dia sedang mencari solusi agar bisa tidur bersama Varel berdua, hanya berdua! Tidak ada tempat bagi orang ketiga.

"ANNJII--,"

"Jangan teriak malam-malam, Vind,"

Arvind tersentak kaget mendengar suara halus dan samar dari belakang disusul dengan belaian lembut di atas kepala. Spontan Arvind menutup mata, menyandarkan kepalanya pada tubuh yang sedang berdiri tepat dibelakangnya, menikmati usapan demi usapan sayang tangan Aaron.

"Abang belum tidur?" Arvind bertanya dengan mata tertutup.

"Seharusnya abang yang nanya, kenapa belum tidur? Varel nungguin kamu, loh, di kamar bang Ares. Dia nggak mau tidur sebelum kamu datang. Soalnya abang tadi udah kasih tau kalo kalian bertiga bakalan tidur sama-sama," balas Aaron seraya memberi pijatan-pijatan kecil di kepala adiknya.

VAREL (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang