[26]:Tamparan:

387 51 7
                                    

NOVEL INI TIDAK DITULIS UNTUK DIKOMERSILKAN (DIJUAL) KARENA DAPAT MELANGGAR HAK CIPTA TOKOH

Fuze dapat dibaca gratis dan hanya dipublikasikan di Wattpad

***

Pengejaran ini jauh berbeda dari empat tahun silam ketika Naruto setengah mati mengejar Sasuke pergi dari desa Konoha. Saat itu pengejaran Naruto diwarnai emosi. Namun sekarang, Naruto sesekali tersenyum sendiri, membayangkan reaksi Sasuke ketika tiba-tiba saja ia muncul dihadapannya tanpa berkabar. Orang-orang di sekitar Naruto menjauh, curiga dengan gerak-geriknya yang mendadak tertawa dan memasang raut wajah jail.

"Ibu, aku takut," bisik seorang anak kecil sembari bersembunyi diantara kedua kaki ibunya begitu melihat wajah aneh Naruto. Anak kecil itu tidak tahu, Naruto sudah menjadi pahlawan perang dunia shinobi dan lambat laun, seluruh desa pun akan mengetahui wajahnya.

"Menurut peta yang Guru Kakashi berikan, seharusnya setelah desa Inagi, Sasuke akan pergi ke sini...." gumam Naruto sendiri sembari melihat peta yang Kakashi berikan padanya. Kakashi mengizinkan Naruto meninggalkan desa untuk menyusul Sasuke dengan catatan, tidak lebih dari satu bulan.

"Oh, ini buruk." Naruto segera memasukan petanya kembali ke dalam tas. Seketika ia mempercepat laju jalannya, dan semakin lama, ia pun berlari.

Tujuan Sasuke selanjutnya setelah singgah di desa Inagi adalah desa Kintaro. Desa ini cukup jauh, ada pada perbatasan Iwagakure. Meski jauh, namun Sasuke tidak mempercepat perjalanannya. Ia takut kehilangan momen dalam perjalanan penebusan dosanya. Bahkan mungkin langkahnya terlalu lambat, sampai-sampai tanpa ia sadari, Naruto yang baru saja pergi dari Konoha tiga hari lalu sudah sampai menyusulnya. 

"HEI! Uchiha Sasuke!" teriak Naruto lantang. Beberapa burung kecil yang bertengger di dahan pohon terkejut, sebagian dari mereka refleks terbang ke atas. "Ayo! Kali ini kita bertarung lagi." Tidak mendapat tanggapan dari Sasuke, Naruto pun mencari cara lain agar Sasuke menanggapinya. 

Hutan yang mereka lewati cukup sepi, hanya sedikit yang melintasi. Kebanyakan orang dengan perjalanan jauh, sebagian lagi penduduk sekitar. Sasuke mengembuskan napas, berusaha tidak mengenali Naruto. Sementara satu dua penduduk sekitar yang melintasi hutan tersebut bertanya-tanya siapa Uchiha Sasuke yang dimaksud. 

Sampai akhirnya Naruto menghadang Sasuke dari depan dengan kedua tangannya yang membentang lebar. "Apa yang kau lakukan? Berjalan kaki? Apa gunanya mata rinnengan-mu itu? Bukankah itu untuk teleportasi?"

Sasuke pusing harus menjawab pertanyaan Naruto, terlalu banyak dalam satu waktu. "Minggir." Jadi itu yang ia katakan. Dan sama sekali tidak menjawab pertanyaan Naruto.

Seharusnya Naruto bisa menghentikan Sasuke dengan sekali jurus, tapi Naruto ingin bertele-tele dahulu. "Aku dengar kau akan menikah? Dengan siapa?"

"Sial. Kau membaca surat yang aku kirimkan pada Kakashi?" sentak Sasuke tetapi tidak menghentikan langkahnya kendati sedetik. Kini Naruto dan Sasuke pun berjalan berdampingan. "Apa Kakashi juga mengirimu ke sini?" 

"Bukan Kakashi-sensei yang membawaku ke sini, tapi Sakura." Dari sekian banyak kata, ternyata hanya kata Sakura yang membuat Sasuke menghentikan langkahnya. 

"Kenapa? Kenapa Sakura mengirimu kemari?" 

Naruto menahan tawanya melihat tingkah Sasuke. "Kau ingin tahu, 'kan?" goda Naruto dan Naruto tidak menyangka Sasuke akan mengangguk. Anggukan antusias yang hanya Sasuke biasa tunjukkan dahulu ketika ia mengiyakan misi yang menantang. "Kau harus memujiku dahulu, teriak dengan kencang: Uzumaki Naruto adalah pria paling tampan dan pemberani! Lebih tampan dan lebih berani dibandingkan aku yang hanya seorang pengecut."

Sasuke tentu tidak menyanggupi permintaan konyol Naruto. Walau jika ia berteriak di tengah hutan ini, tidak ada satu pun yang akan mengingatnya. "Enyahlah. Kau yang sedari dahulu seorang pengecut. Bukan aku," ujar Sasuke dengan nada lelah. 

"Pengecut? Setidaknya aku tidak akan meninggalkan perempuan yang aku sukai seperti seorang pengecut." Sepertinya sudah cukup Sasuke membiarkan Naruto mengomel, jadi ia menghunus pedangnya dan Naruto secepat mungkin menghindar. "Setidaknya aku akan mengatakan dengan keras jika aku menyukai seseorang. Tidak menyimpannya sendirian seperti seorang pengecut sepertimu."

"Apa maumu?" Sasuke tampak kehabisan kesabaran. "Bertarung? Kita seharusnya punya pemikiran lebih dewasa. Aku bukan lagi lawanmu."

"Mari kita bertarung dengan alasan berbeda," ajak Naruto santai, kedua tangannya ia silangkan di belakang kepala. "Jika kau kalah kali ini, kau harus pulang kembali ke desa," tantang Naruto dengan senyuman lebar. "Dan mengatakan pada Sakura bahwa kau menyukainya."

"Jika aku menang?" 

Naruto mengangkat bahunya. "Apa pun yang kau mau."

Sasuke kembali memasukan pedangnya, menatap langit sejenak lalu membelakangi Naruto yang sudah siap dengan kuda-kudanya. "Hanya ada dua alasanku kembali. Pertama, jika kau tidak ada di Konoha dan Konoha membutuhkan perlindungan. Kedua, jika memang ada yang menginginkanku kembali."

"Aku menginginkanmu kembali."

"Kecuali kau, Naruto," ralat Sasuke cepat. Menyesali apa yang ia katakan. 

"Bagaimana jika Kakashi-sensei yang menginginkanmu kembali?" 

"Tidak." Sasuke menggeleng pasti. Kakashi tidak akan menyuruhnya kembali, misi perjalanan untuknya sudah jelas.

"Hm, bagaimana dengan Shikamaru? Shino?"

"Siapa mereka?" 

"Argh! Kau sudah lama meninggalkan desa sampai tidak ingat teman-temanmu. Apa kau juga akan meninggalkan desa lagi untuk kedua kalinya?" Naruto mendesah. "Aku menghajarmu supaya kau sadar bahwa kau sudah salah jalan menjadi buronan. Tapi apa perlu aku juga yang menghajarmu, agar kau sadar Sakura menunggumu."

Sasuke melempar gulungan kertas berisi peta kepada Naruto. "Kakashi tidak memberitahumu? Aku mendapatkan misi darinya. Mencari sisa-sisa pengikut Madara dan Akatsuki yang bisa berpotensi menyebabkan perang dunia shinobi, lagi," ucap Sasuke selagi Naruto membuka gulungan kertas tersebut.

"Dan berhenti menekanku dengan Sakura. Kau pikir aku tidak melakukan apa pun untuknya? Aku berusaha melindunginya. Aku akan memastikan tempat yang ia tinggali aman, dan ia tidak perlu lagi berperang." Sasuke tahu Naruto belum selesai menelaah peta tersebut tetapi Sasuke segera merebutnya. "Aku akan kembali. Tapi tidak hari ini. Kestabilan dunia jauh lebih penting."

"Kau terlalu memikirkan dunia dibandingkan dirimu sendiri. Sesekali, cobalah pikirkan dirimu juga."

"Terlalu banyak dosa pada diriku. Tidak sepantasnya aku bahagia."

Sasuke seumur hidupnya bersiap dengan berbagai macam jurus yang akan diterimanya. Jurus level rendah sampai level tinggi. Tapi Sasuke tidak siap dengan tamparan. Terlebih tamparan itu dilakukan oleh Naruto yang seharusnya bisa saja mengeluarkan jurus tingkat tinggi sekali pun.

"Apa-apaan kau?" sentak Sasuke dengan harga diri yang tampak tercoreng karena bisa-bisanya mendapatkan tamparan dari seorang pemuda.

"Semua orang yang berubah menjadi lebih baik, berhak bahagia." Tidak ada senyuman atau suara tawa kecil ketika Naruto mengatakan hal itu. "Sekarang, lawan aku! Akan aku kembalikan kau ke Konoha. Tempat di mana kau bisa bahagia!"

***

[Spoiler Chapter Selanjutnya]

"Sakura, aku pulang."

FuzeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang