Sakura memaksakan tertawa. "Ya, aku pernah mengatakan pada Naruto bahwa aku ingin kau kembali. Aku tidak menyangka Naruto akan menyampaikannya padamu," bohongnya. Jantung Sakura berdegup lebih cepat, takut bila kebohongannya akan terlihat. "Aku tidak menyangka kau akan datang tepat di tanggal 23 festival musim semi. Karena kau sudah datang jadi ayo kita bertemu Naruto dan yang lainnya."
"Jangan," larang Sasuke cepat. "Aku tidak ingin bertemu mereka. Akan menganggu."
"He?" Sakura memiringkan kepalanya heran.
"Jangan katakan pada mereka aku kembali. Hanya kau saja yang tahu kedatanganku." Sasuke pun berjalan mendahului, sementara Sakura masih terdiam di tempatnya. "Apa setelah ini kau ada urusan?"
Sakura menggeleng. "Oh, tidak. Aku hanya akan memasak untuk makan malam."
"Bagus." Orang-orang di sekitar mereka mulai mengabaikan mereka karena busur kembang api raksasa yang dibawa oleh penjaga gerbang lebih menarik. "Aku juga sudah lapar," lanjut Sasuke tanpa melihat ke belakang. "Ayo, kita ke rumahmu."
"Tunggu, jangan!" Kali ini bergantian Sakura yang melarang. Apa jadinya jika Sasuke bertemu dengan ayahnya yang terang-terangan tidak menyukai pemuda itu? "Aku sudah lama tidak pulang ke rumahku. Aku sering menginap di rumah sakit, dan bila beruntung, aku tidur di kamar yang aku sewa dekat rumah sakit. Pekerjaanku membuatku hampir tidak pernah pulang ke rumah," Penjelasannya memang sebuah alasan agar Sasuke tidak ke rumahnya tetapi apa yang ia ceritakan adalah kebenaran.
Seorang pertarung akan beristirahat jika perang sudah selesai. Namun, ninja medis tidak akan pernah beristirahat baik ketika berperang atau pasca perang. Sakura tidak menyesali keputusannya menjadi ninja medis. Kepeduliaannya terhadap sesama jauh lebih besar dibanding rasa lelahnya.
"Kalau begitu, ayo kita pergi ke tempat kau akan pulang."
Sakura tidak bisa menahan senyumannya. Ia mengangguk semangat dan menyerahkan belanjaannya pada Sasuke. "Baik. Masakanku tidak begitu enak. Jangan protes."
Keduanya berjalan berdampingan. Sesekali mengisi obrolan dalam perjalanan mereka mengenasi kondisi desa pasca perang. Rambut Sasuke panjang, nyaris menutupi sebagian wajahnya jadi tidak ada yang mengenalinya. Sakura sengaja mengambil jalan agak memutar dari seharusnya. Takut apabila dalam perjalanan mereka bertemu beberapa teman seangkatan karena sedari awal, Sasuke sudah mengatakan tidak ingin bertemu siapa pun.
Sesampainya di indekos Sakura, keduanya segera menuju dapur. Sakura mencuci tangannya sebelum mencuci bahan masakan. Sasuke duduk pada futon dengan secangkir ocha yang sudah dibuatkan Sakura.
"Nanti malam akan ada festival musim semi. Ada banyak perlombaan dan juga kembang api. Meski kau menghindari teman-temanmu, sebaiknya kau tetap hadir ke festival," saran Sakura sembari memotong tomat menjadi dua bagian. "Sayang sekali bila kau tidak hadir. Ini perayaan satu tahun sekali."
"Tidak perlu. Aku akan menunggumu di sini jika kau akan datang ke festival."
Nyaris saja jari kelingking Sakura tergores pisau ketika memotong-motong tomat. "Apa? Kau tidak berencana menginap di sini 'kan? Berapa lama kau akan tinggal di Konoha?" Sakura meletakan pisaunya dan bersidekap. "Begini, Sasuke. Ini tempat tinggalku dan aku tidak nyaman bila ada laki-laki lain, apalagi sampai larut malam. Aku harap kau mengerti."
"Aku mengerti, aku tidak akan lama. Saat fajar nanti aku akan kembali pergi."
Oh, Sakura tidak bermaksud mengusir Sasuke secepat ini. "Kau hanya satu hari berada di Konoha? Tidak bisa dibiarkan." Ia meletakan pisau dapur dan mengais-ngais sesuatu di dalam kotak di bawah nakas. "Pakai topeng ini. Tidak akan ada yang tahu kau Uchiha Sasuke bila kau datang ke festival dengan topeng itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fuze
Fanfiction[BUKU INI TIDAK AKAN DITERBITKAN ATAU MENGANDUNG BAB BERBAYAR, KARENA DAPAT MELANGGAR HAK CIPTA TOKOH] Rasanya mereka sudah memilih jalan hidup yang berbeda. Tetapi mungkin inilah yang dinamakan luruh. Perbedaan pun bersatu dan enggan menjadi musuh...