"Ayahmu menemuiku," kata Kakashi sekembalinya mereka mengantar Sasuke pergi. "Ia bilang bahwa ingin aku turun tangan untuk membuatmu menjauhi Sasuke."
"He? Apa?" teriak Sakura tanpa sadar. "Ayahku sampai menemuimu?"
Ayah Sakura tidak pernah seserius ini dalam hidupnya. Sakura pernah dengar sendiri sang ayah mangkir dari ujian chunin sehingga sampai saat ini ia masihlah seorang genin. Tampak tidak serius dengan karirnya menjadi ninja. Tetapi sang ayah sampai harus menemui orang nomor satu di Konoha demi menjauhkan dirinya dari Sasuke.
"Ayahmu mengatakan jika khawatir kau bergaul dengan kriminal. Dan di saat itu, aku memikirkan sebuah momentum yang cocok. Bagaimana jika aku utus Sasuke melakukan perjalanan penebusan dosa sekaligus mengubah metode hukumannya?" Kakashi bersidekap. "Lagi pula tidak baik membuat Sasuke berada di Konoha. Orang-orang akan menganggap Sasuke sebagai ancaman, meskipun ia berada di dalam penjara."
"Itu tugasmu, Guru! Kau bisa mengatakan pada semua orang bahwa Sasuke sudah berubah dan tanggapan orang-orang tidak lagi sama dengan Sasuke."
"Ketahuilah, Sakura. Bahwa semakin kau meyakinkan seseorang, tandanya bahwa kau ragu pada dirimu sendiri. Biarkan saja waktu yang membuktikan."
Kata-kata Kakashi barusan begitu menyentuh hatinya. Semakin ia meyakinkan dirinya bahwa ia tidak menyukai Sasuke, semakin ia yakin bahwa ia menyukai laki-laki itu. Ada seribu alasan membenci Sasuke, pengkhianat desa, nyaris membunuhnya, dan selalu kasar padanya. Tetapi, mengapa ia justru tetap menyukainya? Apa karena mata hitam Sasuke yang menggelamkan, atau karena Sakura tahu bahwa Sasuke hanya korban dari tragedi pembantaian clan Uchiha yang memaksanya menjadi seseorang yang jahat?
"Tolong!" teriak seorang pria paruh baya. Tubuhnya kurus tuanya tertimpa sebongkah kayu. Seekor anjing menggonggong di dekatnya, seolah memberitahu bahwa majikannya perlu bantuan.
Cepat-cepat Sakura berlari menghampiri. Hanya dengan satu tangan tanpa kesulitan, Sakura menyingkirkan kayu seberat tiga kali berat badannya tersebut. "Apa kau tidak apa-apa?" tanya Sakura khawatir.
"Oh. Tidak apa-apa. Terima kasih," balasnya lemah. "Aku sedang membangun kembali rumahku yang terdampak perang dunia shinobi. Tapi ternyata tubuhku tidak sekuat dahulu."
Sakura menatap di sekitarnya. Banyak rumah dan bangunan hancur, anak-anak yang terlantar, dan korban-korban peperangan perlu diobati. Tidak ada waktu untuk memikirkan kisah cinta. Ia harus fokus mengembalikan desa seperti semula.
"Baiklah! Aku akan membantumu," ujar Sakura yang mulai mengangkat kayu-kayu itu.
"Anak gadis sepertimu begitu kuat. Bagaimana kau menemukan seorang pemuda untuk menjadi kekasihmu?"
"Aku tidak memikirkannya, ada hal yang lebih penting dibandingkan mencari kekasih." Sakura mengulas senyuman lebar. "Tapi jika aku bisa memilih karena aku sangat kuat, maka aku akan mencari laki-laki yang lebih kuat dariku, hehe."
Konoha tengah berbenah dan tiap warga desa punya peran, meski hanya seorang pria tua atau pun seekor anjing. Dan terutama Kakashi. Menjadi Hokage di masa sulit seperti ini akan sangat penuh tantangan.
***
Sasuke berjalan perlahan. Semenjak ia menjadi buronan ia tidak pernah berjalan sepelan ini tanpa takut ada yang mengancam nyawanya atau menangkapnya. Ia menikmati langkah demi langkahnya ditemani kicauan burung di pagi hari yang saling menyahuti.
Tanpa terasa, sudah seminggu semenjak perjalanan penebusan dosanya dimulai. Selama seminggu ini, ia belum menemukan sisa pengikut Madara lainnya yang masih berkeliaran. Sesuai dengan petunjuk yang diberikan Kakashi, Sasuke mengambil rute dari Konoha menuju ke arah desa Iwagakure.
Akan tetapi, perjalanan tenangnya ini harus ia sudahi ketika melihat sekumpulan orang menyeret rambut panjang seorang wanita di depan gerbang desa. Seorang laki-laki tua di belakang wanita itu berusaha menyelamatkannya tetapi apa daya, bandit-bandit yang berada di sekitar wanita itu terlalu kuat.
"Seharusnya, sejak lama desa ini menjadi milik kami!" bentak salah seorang bandit sembari menghempaskan wanita itu ke tanah. "Kau, ayahmu yang bodoh dan seluruh warga di desa ini harus segera pindah sebelum kami berubah pikiran!"
Sasuke hanya menyaksikan pertengkaran itu dalam diam. Mungkin ini adalah tujuan Kakashi menunjukan rute melewati desa Iwagakure. Banyak desa-desa yang terlantar pasca perang, menjadi sasaran empuk untuk para penguasa keji menjajahnya.
"Hei! Apa maumu? Kenapa kau mendekat?" tantang seorang bandit begitu melihat Sasuke berjalan ke arahnya. "Kau ingin menjadi pahlawan di depan wanita cantik dan seluruh warga desa ini, bukan?"
"Aku bukan pahlawan," balas Sasuke tegas. Dan tanpa aba-aba, Sasuke menendang bandit itu hingga terlempar beberapa meter.
Satu persatu bandit maju, hendak menghajar Sasuke tapi tidak satu pun di antara mereka yang berhasil. Beberapa di antara mereka pun akhirnya mengeluarkan senjata tajam karena mereka kalah. Sasuke sempat sedikit kesulitan bertarung hanya dengan satu tangan. Ini pertama kalinya lagi ia menghunuskan pedang semenjak berakhirnya perang dunia shinobi. Walau lawan-lawannya bukan seorang ninja dan hanya tukang pukul biasa, tapi Sasuke tidak meremehkan. Sebanyak kurang lebih dua puluh tukang pukul Sasuke habisi seorang diri.
"Sekali lagi kau bergerak, wanita ini akan tewas!" ancam bandit yang tadi berhasil Sasuke lukai lengannya. Bandit itu menaruh pisau tepat di leher wanita berambut panjang tersebut.
Bandit itu mengira Sasuke akan diam, tapi justru Sasuke semakin beringas, membantai siapa saja yang berani mendekatinya. Ancamannya tidak berhasil, bandit itu membantin, siapa sebenarnya laki-laki tanpa hati yang membiarkan wanita diancam dihadapannya ini?
"Tolong aku, Tuan!" rintih wanita itu ketakutan.
Sasuke memandang tenang. "Tugasku banyak, Nona. Masih ada sisa bandit di dalam desa. Kau harus bisa menyelamatkan dirimu sendiri." Sasuke melempar kunai hingga mengenai kepala bandit tersebut. Seketika bandit itu tewas, jatuh ke tanah. Wanita itu sempat menjerit melihat mayat di dekatnya tetapi ia bernapas lega karena tidak ada lagi pisau di lehernya.
"Tidak peduli pria atau wanita, kau tetap harus kuat." Sasuke memasukan pedangnya kembali ke dalam jubah. "Bayangkan jika kau kuat, berapa banyak wargamu yang bisa dilindungi."
Wanita itu terduduk lemah. Wajahnya memerah dan berlinang air mata. Ia tidak pernah menduga bahwa jatuh cinta bisa hadir di saat seperti ini.
***
Spoiler chapter selanjutnya:
"Atas rasa berterima kasih kami karena sudah menyelematkan desa kami, maka kami akan memberikanmu hadiah. Kau akan kami nikahkan dengan putri dari desa ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fuze
Fanfiction[BUKU INI TIDAK AKAN DITERBITKAN ATAU MENGANDUNG BAB BERBAYAR, KARENA DAPAT MELANGGAR HAK CIPTA TOKOH] Rasanya mereka sudah memilih jalan hidup yang berbeda. Tetapi mungkin inilah yang dinamakan luruh. Perbedaan pun bersatu dan enggan menjadi musuh...