[25]:Janji:

530 56 8
                                    

NOVEL INI TIDAK DITULIS UNTUK DIKOMERSILKAN (DIJUAL) KARENA DAPAT MELANGGAR HAK CIPTA TOKOH

Fuze dapat dibaca gratis dan hanya dipublikasikan di Wattpad

***

"Kau benar-benar bintang malam ini, Sakura. Berapa laki-laki yang tadi mengajakmu berkenalan, he?" puji Naruto sambil memapah tubuh Sakura yang berjalan sempoyongan. "Itu karena suara tawamu terlalu keras."

Siapa yang tidak tertarik dengan wanita cantik berseragam bak dokter dengan tawa yang manis? Para pria di dalam kedai berusaha mendekatinya tapi Sakura mengabaikan, dan terus saja bercanda dengan Ino.

Sakura masih enggan membalas. Ia hanya bergumam tidak jelas. Ino sudah tidak sadar, ia diantar Shikamaru dan Chouji sampai ke rumah. Sementara Sakura menjadi tanggung jawab Naruto seorang. Jangan tanya Sai ke mana. Laki-laki itu kadang menghilang sesukanya, hanya datang di saat benar-benar dibutuhkan.

"Astaga, kau berat sekali!" keluh Naruto.

"Jangan komentari berat badanku, sialan!" racau Sakura. "Aku sudah melewatkan makan malam dua hari."

"Yah, tapi kau tetap tidak ada bedanya."

"Berat badanku berkurang tiga kilo, kau tidak lihat?"

Nyaris saja Naruto melepaskan Sakura di tempat. Toh jika gadis itu terjatuh, ia tidak akan terluka. "Astaga, itu hanya tiga kilo, bagaimana aku bisa tahu? Sama sekali tidak terlihat!"

Sakura terkekeh pelan. "Pantas saja kau tidak pernah menyadari Hinata menyukaimu, kau tidak peka dengan sekelilingmu, kau... tidak melihatku, tidak memperhatikanku," ujarnya yang semakin lama, semakin lemah. "Sama seperti Sasuke."

Naruto melihat sebuah taman dengan dua ayunan kosong. Tentu saja, dua ayunan itu kosong, tengah malam seperti ini, siapa yang mau memakainya? Ia pun segera bergegas membawa Sakura dan mendudukkannya di salah satu ayunan.

"Maafkan aku, Sakura," ucap Naruto tiba-tiba. Pemuda itu berjongkok di hadapannya. "Aku gagal memenuhi janjiku membawa pulang Sasuke kembali ke Konoha. Laki-laki sialan itu ternyata kembali dengan sendirinya tanpa dipaksa."

Sakura menyandarkan kepalanya di tali ayunan. "Sudahlah. Lupakan janji itu. Itu hanya janji seorang anak berumur tiga belas tahun. Tidak perlu kau anggap serius."

"Sekali janji tetaplah janji, itu jalan ninjaku." Naruto pun menggeleng cepat. "Maksudku, menepati janji bukan hanya dilakukan oleh ninja, setiap orang, terutama seorang pria, harus menepati janjinya."

Wajah Sakura memerah, tawa renyah keluar dari bibir kecilnya. Matanya menyipit sewaktu tertawa. "Astaga, kau berlagak seperti seorang pria, kau ini masih bocah!"

Naruto yang tidak terima pun bangkit berdiri. "Hei! Kau ini! Aku pahlawan desa, bahkan pahlawan di perang dunia shinobi. Kau masih mau mengejekku bocah?"

Kemudian tawa Sakura lambat laun semakin keras. Naruto hanya memperhatikan Sakura dalam diam dan keheranan. Sepertinya Sakura tidak minum sebanyak itu, tapi mengapa efeknya lebih parah dari biasanya?

Suara tawa Sakura berubah menjadi raungan menyayat hati. Lantas tetes demi tetes air mata membasahi kedua pipinya. "Sasuke," isaknya. "Aku ingin melupakannya. Ia akan menikah dengan gadis di desa lain."

"Hah?" Naruto memiringkan kepalanya. "Apa maksudmu? Kau benar-benar mabuk?"

"Tidak! Aku membaca surat dari Sasuke yang ditujukan pada Guru Kakashi." Sembari menangis, Sakura terus melanjutkan. "Aku begitu bodoh, sempat berharap Sasuke sudah berubah dan kembali ke Konoha. Aku pikir, sikapnya belakangan ini mulai mau menerimaku. Aku pikir aku bisa...."

Naruto mengelus puncak kepala Sakura beberapa kali. "Sudahlah! Kau berjanji tidak akan menangisi Sasuke lagi semenjak ia pergi dari desa? Kenapa sekarang kau menangisinya lagi? Aku percaya Sasuke tidak secepat itu ingin menikah." Naruto menaruh kedua tangannya di belakang kepala dengan santai. "Astaga, aku tidak percaya manusia berhati batu sepertinya bisa menikah. Kau tinggal mencari laki-laki lain."

"Tidak semudah itu, Naruto."

"Mungkin kau bisa memulainya dari aku?" ujar Naruto seraya membungkuk, hingga wajahnya sejajar dengan Sakura. "Aku kan menyukaimu sedari dulu."

"Itu bukan suka. Kau tidak bisa membedakannya!" sentak Sakura yang entah dari mana mendapatkan kembali tenaganya. Ia kini berdiri tegak di hadapan Naruto. "Saat berumur tiga belas tahun, kau berkata menyukaiku, padahal kau hanya mencari perhatianku untuk membuktikan kau lebih baik dari Sasuke. Saat berumur tujuh belas tahun, kau masih menyukaiku karena kita rekan satu tim dan melewati banyak hal. Meski sudah melalui banyak hal, bukan berarti artinya kita harus bersama sebagai kekasih."

Naruto ikut berdiri. Laki-laki itu mengelus puncak kepala Sakura. Dahulu Sakura lebih tinggi sedikit darinya. Namun sekarang, ia sudah jauh lebih tinggi.

"Ya, kurasa kau benar. Aku menyukaimu sebagai teman," ucapnya. "Tetapi izinkan aku memenuhi janjiku sekali lagi padamu, Sakura." Naruto mundur selangkah, lagaknya serius. "Aku ingin membawa pulang Sasuke kepadamu."

Sakura seketika berhenti menangis. Ia tidak ingin lagi dikasihani. "Tidak. Tidak perlu. Kesedihanku hanya malam ini saja. Kau tidak perlu membesar-besarkannya. Sasuke punya jalan hidup sendiri. Kau tidak bisa memaksanya."

"Itu yang kita lakukan pada Sasuke empat tahun lalu, Sakura! Jangan mengulangi kesalahan yang sama." Naruto tidak sadar menghentakkan kakinya. "Kalau saja dahulu kita bisa menahan Sasuke lebih lama, bisa memaksanya tinggal di Konoha, aku yakin ia tidak akan menjadi kriminal! Ia akan melupakan dendamnya pada Itachi dan mengambil jalan ninja yang berbeda."

Pikiran Sakura melayang ke beberapa tahun silam. Ia berimajinasi sendiri, apa jadinya jika Sasuke tetap tinggal di desa? Pasti ia menjadi ninja nomor satu di angkatannya. Atau mungkin ia sekarang sudah menduduki jabatan tinggi. Andaikan waktu bisa diputar, apa bisa semua diperbaiki?

"Aku titip Konoha kepadamu," lanjut Naruto yang mengencangkan ikat kepala berlogo desa Konohanya. "Akan aku bawa Sasuke kembali."

***

Author Note
Di sini gak cuma Sasuke yang bakal aku buat mode musafir, tapi Naruto juga aaaa. Tapi kalian setuju gak sih, Sasuke mode musafir paling ganteng di antara arc lain??? Hhhh

[Spoiler Chapter Selanjutnya]

"Baik, kita bertarung. Jika kau kalah kali ini, kau harus pulang kembali ke desa," tantang Naruto dengan senyuman lebar. "Dan mengatakan pada Sakura bahwa kau menyukainya."

FuzeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang