"Nyonya Tsunade!" Sakura langsung saja terduduk di sebelah ranjang Tsunade yang tipis. Ia tidak habis pikir, bagaimana seorang Hokage yang seharusnya dilayani justru mendapatkan fasilitas yang kurang layak. "Astaga, kenapa bisa begini? Adakah yang bisa aku bantu?"
Tsunade mendengar suara Sakura, namun ia enggan menjawab dan membuka selimut tebal yang membungkus seluruh tubuhnya. Siput-siput Tsunade melingkar di sekitar ranjang, memberikan cakra untuk menyembuhkannya.
"Tsunade sedang masa pemulihan," ucap Shizune yang mewakili Tsunade untuk menjawab. "Kalian pasti tahu, mengapa Nyonya Tsunade tampak sangat muda di usianya yang sudah lebih setengah abad. Akibat penyakitnya, wajah dan juga tubuh Tsunade kembali ke umurnya yang seharusnya."
"Dan Danzo yang menggantikan Tsunade di kursi Hokage?" tanya Yamato yang terdengar seperti sentakan.
"Danzo adalah petinggi negara di desa ini. Kami setuju memilih Danzo karena kami percaya, Danzo sudah berpengalaman," jelas Shizune. "Terima kasih kalian sudah kembali secepat mungkin, walau misi kalian dibatalkan. Sekarang, kita harus kembali ke divisi masing-masing untuk mempersiapkan perang."
Mereka semua pun keluar dari tenda kecil tempat Tsunade menyembuhkan diri. Tenda tersebut dikawal ketat oleh empat orang Anbu di setiap sisi. Konoha yang dikenal sebagai desa paling hangat tersebut, tampak lebih dingin. Jarang sekali terlihat petokoan yang buku serta orang-orang berlalu-lalang.
"Naruto, Yamato, kalian coba bantu penduduk desa yang belum mendapatkan akses ke tempat perlindungan. Sai, kau ikut aku dan juga tim Anbu untuk membicarakan taktik perang nanti," perintah Shizune yang langsung mendapatkan pergerakan dari ketiga lelaki itu. "Lalu Sakura...."
"Ya?" jawab Sakura cepat.
"Lindungi Hokage, gantikan posisiku sebagai ketua tim medis."
Sakura melebarkan matanya. "Kau tidak salah Shizune-senpai?" tanya Sakura memastikan. "Apa tidak lebih baik aku ikut saja bersama Naruto dan Yamato mengamankan penduduk desa?"
"Tidak. Ninja medis harus bersiap." Shizune menepuk kedua pundak Sakura keras-keras. "Bahkan ninja media harus lebih siap bertugas dibandingkan para petarung di medan perang. Ketika satu petarung terluka, akan ada petarung lain yang menggantikan. Tapi jika satu ninja medis mati, akan ada banyak petarung sekarat. Ingat itu, Sakura," pesan Shizune sebelum ia menyusul Sai yang sudah bergabung dengan tim Anbu.
Pikiran Sakura dipenuhi dengan tanya, tetapi Shizune telah pergi di hadapannya. Pertanyaan itu terpaksa Sakura simpan dan ia jawab sendiri. Shizune benar, mau tidak mau, Sakura harus tetap menjalani tugas ini walau ia belum siap sepenuhnya. Sakura pun kembali ke dalam tenda tempat Tsunade berada. Ia duduk di samping Tsunade sambil menyalakan lilin-lilin aroma terapi yang sudah padam.
"Guru," panggil Sakura. "Jika aku tidak bertemu denganmu, mungkin aku tidak akan dipercayai Shizune memimpin pasukan tim medis." Sakura pun tertawa getir. "Mungkin aku hanyalah ninja yang akan terus mendapatkan misi tingkat D seperti mencari peliharaan hilang. Aku tidak akan bisa seperti ini tanpamu."
Di saat genting seperti ini, Sakura sempat mengingat momen-momennya menjadi seorang pecundang ketika ia belum bertemu Tsunade. Ia hanyalah gadis lemah yang berpaku pada teori dan payah soal praktik. Tidak mempunyai jurus andalan serta tidak punya bakat istimewa seperti Naruto yang diberkahi kyuubi. Atau Sasuke yang diberkahi sharingan. Dia gadis yang selalu berlindung di balik teman-temannya.
"Sakura." Tiba-tiba salah satu siput Tsunade memanggil namanya. "Tsunade berkata, ambil perkamen di tas Tsunade dan buka perkamen tersebut."
Sakura meneguk ludahnya. Ia pun mengangguk dan mulai membongkar tas milik Tsunade yang tergantung di pojok tenda. Ketika menemukan perkamen yang dimaksud, Sakura pun membukanya lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fuze
Fanfiction[BUKU INI TIDAK AKAN DITERBITKAN ATAU MENGANDUNG BAB BERBAYAR, KARENA DAPAT MELANGGAR HAK CIPTA TOKOH] Rasanya mereka sudah memilih jalan hidup yang berbeda. Tetapi mungkin inilah yang dinamakan luruh. Perbedaan pun bersatu dan enggan menjadi musuh...