SDAK-1 (revisi)

40 20 0
                                    

Happy reading guys!

"Sorry, may I have your number?" Kening Emilia mengerut kala Ken menanyakan hal tersebut kepadanya.

"I beg your pardon, Sir?"

"May I have number? Miss?" ulang Ken dengan hati-hati.

"Untuk apa?"

"Err, I think we can be friends?" jawab Ken.

"Friend?" beo Emilia tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Oh yang benar saja? Keajaiban apa yang membuat orang asing bermata coklat itu meminta nomornya hanya untuk berteman? Maksudku, dari sekian banyaknya orang asing yang mendatangi restoran ini hanya Ken lah yang baru berani meminta nomornya.

Tanpa pikir panjang, Emilia langsung meninggalkan meja tersebut yang tentunya tanpa mengurangi rasa hormat pada pelanggannya.

"And keep each other posted?" Ken meninggikan suaranya saat Emilia sudah berpijak 7 langkah dari mejanya.

"See? Our dude is on falling love," goda salah satu teman Ken. "I can hear you, Andrew," Ken memberinya sorot mata tajam dengan nada tidak sukanya. Tentunya mereka tidak sedang serius.

Sebelumnya, Emilia sempat berhenti sejenak di tempat. Namun salah seorang temannya seolah mengingatkannya untuk kembali fokus dengan pekerjaannya.

Dan Ken, ia juga tidak tinggal diam. Ia bergegas pergi meninggalkan mejanya menuju ke mana Emilia berada.

"Hey, kau belum menjawab pertanyaanku, Ms." Emilia bergeming, dan beberapa saat kemudian kedua manik tersebut kembali bersua untuk kali kedua.

Emilia menyunggingkan senyum hangatnya. "Nomorku, right?" Ken mengangguk antusias.

Emilia pun merogoh saku celananya dan mengambil sebuah pulpen. Lalu, ia menarik lengan Ken tanpa persetujuan dari sang empunya dan mulai menuliskan beberapa angka di telapak tangan Ken.

Kening Ken berkerut ketika Emilia mulai menuliskan sesuatu di tangannya. Ada sensasi geli yang seolah mencuat saat ujung pulpen itu mulai bersentuhan dengan telapak tangannya.

"Here it is," ucap Emilia sesaat setelah ia mencabut pulpennya dari telapak tangan Ken. Ken terlihat tersebut dan sedikit mengangkat tangannya seraya memperhatikan setiap angka yang ditulis Emilia. He loves how the way she wrote.

"Oke, karena sudah jadi kumohon, aku harus kembali bekerja atau atasanku akan segera memecatku," seru Emilia yang sontak memudarkan lamunan Ken akan tulisan tangannya.

"Oh ya--" sayangnya Emilia sudah berlalu lebih dulu sebelum Ken hendak melanjutkan ucapannya.

Ken kembali mengangkat tangannya dan tersenyum ketika ia melihat tulisan tangan dengan tinta hitam yang jelas tertulis di telapak tangannya.

Ia pun kembali melangkahkan kakinya menuju tempat di mana mejanya berada.
Terlihat wajahnya yang seketika gembira dan seolah menggambarkan 'I got it' kepada teman-temannya yang sontak membuat mereka ikut senang seraya tertawa ria.

"Hey, apa kubilang, pasti kau mendapatkannya, Ken," sahut Andre mengikuti kegembiraan temannya kini. Ken menyipitkan matanya dan berkata, "Sejak kapan kau bilang begitu?"

"Barusan," jawab Andre dengan yakin sepenuh hati. Oh ayolah, bahkan Ken saja sampai lupa akan sifat Andre yang agak menyebalkan ini.

"Jadi, apa rencanamu selanjutnya? Are you still going to keep her as a friend?" tanya salah satu teman yang lain. "Aku belum memikirkan sampai kesitu. Tapi dia cukup unik dan menarik perhatianku."

Samudra di Antara Kita Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang