Selamat membaca..
"At least, we're under the same sky."
.
.
.Sang surya menyingsingkan sumbunya, dan kedua anak manusia itu tengah bersenda gurau melalui benda penghantar suara sebagai medianya.
Setelah kedatangan Ken yang mendadak semalam, tidak ada lagi percakapan yang intens di antara mereka setelah Emilia menolak semua pemberian itu secara halus. Dan dengan begitu singkat mereka pun mengakhiri reuni mendadak itu.
Dan Emilia pun pergi meninggalkannya lebih dulu dengan menggunakan motor yang terparkir di area sana. Lagi dan lagi. Emilia menolaknya.
Dengan lamat, ia melihat sang wanitanya pergi menjauh dari titik fokusnya. Ia tak marah, tak juga sedih. Bagaimanapun, itu semua adalah pilihan dan konsekuensi. Apapun yang terjadi, Ken akan selalu berusaha dan menunggu.
Tak mudah memang, mencairkan hati seorang wanita sepertinya. Namun, Ken tak ingin menyerah begitu saja. Baginya, mendapatkan tempat di hatinya bak mencari ikan di udara.
Dan setelah wanitanya benar-benar menghilang dari pandangannya, ia pun juga memutuskan untuk kembali ke tempat di mana ia menginap. Dengan menggunakan taxi, keramaian kota Jakarta dibelah olehnya.
Kota Jakarta di malam hari, adalah obat terampuh bagi segala hal. Dan iringan air yang mengguyurnya, menjadi penyempurna kenangan terindah yang akan selalu dikenang.
Malam itu, 14 Februari, Jakarta. Valentine tahun '93. Menjadi saksi bisu ketulusan hati dari si pria asing.
Baiklah, lupakan flashback itu. Kembali pada kedua cucu Adam yang tengah asik menelepon ini.
"Lalu, bagaimana denganmu semalam? Tak lama setelah kau pergi lebih dulu, hujan datang bukan?" tanya Ken dari balik telepon. "Iyaa, tapi Dewi Fortuna masih berpihak padaku. Hujan baru datang setelah aku sampai dirumah."
"Syukurlah.."
"Dan bagaimana dengan kau juga?" Emilia balik bertanya.
"Aku naik taksi. Tetapi, walau rintiknya tak mengenaiku secara langsung, entah mengapa aku tetap saja terserang demam kini," ucap Ken.
"DEMAM? B-bagaimana bisa? M-maksudku.."
"Sudahlah, ku yakin ini takkan lama. Lagipula, dengan hanya mendengar suaramu sepertinya demamku ini mulai mereda." Emilia mendelikkan matanya dengan spontan. Sungguh ini bukan sekali dua kalinya Ken begini.
"Oh seriously, Ken? Bahkan ketika kau sedang sakit seperti ini?" ucap Emilia yang tak habis pikir dengan tingkahnya.
"Kenapa memangnya? Kau salah tingkah ya?" goda Ken membuat semburat merah tercipta di wajah cantik Emilia. Namun sayangnya, sang empunya berusaha keras untuk menyangkal kehadirannya.
"Ugh! Berhenti seperti itu Ken! Orang sakit tak seharusnya bergombal sepertimu!"
Ken terkekeh. "Baiklah Bu Dokter, your wish is my command."
"Ken.." Emilia memperingati.
"I'm not brag, Em. I'm just be in love with you."
"Berhenti atau ku tutup teleponnya!" ancam Emilia pada seseorang di seberang sana. Ia tak habis pikir dengan pria asing ini, bahkan dirinya saja sedang sakit, namun tak pernah bosan ia berkata seperti ini. Sungguh.
"Hey! Jangan! Aku masih ingin mendengar suaramu. Kali ini aku bersungguh!" tahan Ken.
"Baiklah, sekarang ku ingin bercerita saja denganmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Samudra di Antara Kita
RomanceMenceritakan tentang sebuah pertemuan dua orang insan yang tidak di sengaja. Yang berakhir pada sebuah hubungan ikatan rasa di antara mereka. Perasaan yang timbul dari hati masing-masing yang membuat mereka memutuskan untuk menjalin cinta. Jarak ada...