Happy reading everyone..
(◍•ᴗ•◍)
Emilia POV.
Ku arahkan lubang speaker dan microphone ke telinga dan mulutku. Aku mulai memutar satu persatu lubang angka pada telepon ini. Memasukkan nomor dari seorang pria asing yang tak kukenal--ralat, aku baru mengenalnya tadi.
Untung saja aku tak seperti dia yang begitu cepat melupakan nomorku yang bahkan sangat mudah untuk dihafal.
Memang sih, ini bukan nomor aslinya, melainkan nomor hotel dimana ia menginap. Setelah tersambung dan terangkat aku meminta pada resepsionis untuk menyambungkan telepon ini pada nomor kamar yang ditempati Ken, seorang pria asing yang baru saja kukenal.
"Hallo?" teleponnya terangkat dengan begitu cepat. Sepertinya Ken memang benar-benar menunggu telepon dariku.
"Ini aku, Emilia," ucapku memperkenalkan diri. Ia tertawa di sana, aku mendengarnya. "Hey! Mengapa kau tertawa? Apa yang lucu."
"Kau." Aku bingung dengan jawabannya.
"Aku?" kuulangi jawabannya tadi. "Iya kau. Yang lucu kau," balasnya tanpa rasa bersalah. Aku kesal bukan main, bahkan aku sedang tidak melawak sekarang tapi bisa-bisanya ia mengatakan bahwa aku lucu?
"Aku sedang tidak ingin bercanda, ya. Oh! Atau kututup teleponnya," ancamku padanya. Aku sedang tidak main-main sekarang. Entahlah, moodku kurang bagus sejak aku pulang ke rumah dan mendapatkan adikku--Tiffany belum sama sekali membersihkan rumah ini. Oh ayolah, bahkan ini tanggal merah dan itu artinya dia sedang libur sekolah. Dan dia sudah diberi tugas untuk membersihkan rumah oleh mamaku ketika semua orang sudah bekerja. Namun, tidak seperti ekspektasiku, ia malah menonton film di ruang tengah dengan santainya seraya memakan kudapan.
"Eh, baiklah-baiklah.. aku minta maaf," balas Ken dan aku tidak jadi menutup teleponnya.
Aku memutar bola mataku dengan malas. "Jadi?"
"Jadi?" Ken malah mengulangi perkataanku yang semakin membuatku jengkel.
"Jadi kau mau apa?"
"Kalau mendapatkan hatimu bagaimana?" huft, luconan macam apa itu? Aku baru dengar.
"Oiya, tadi mengapa kau datang ke restoran sendiri? Mana teman-temanmu yang lain?" tanyaku saat teringat bahwa hari ini ia datang sendiri ke restoran. "Mereka sedang jalan-jalan," jawab Ken dan aku terkejut.
"Jalan-jalan? Dan kau tidak diajak?"
"Aku diajak. Tetapi kutolak." Keningku berkerut bingung. "Kenapa?"
"Karena ada urusan yang lebih penting dari hanya sekedar jalan-jalan,"
"Kau tau apa?" Ken bertanya. "Menemuimu, kurasa."
"Mengapa?"
"I don't know, Em. Tapi sedari kali pertama kita bertemu aku sudah mulai tertarik denganmu." Semburat merah seolah mewarnai pipiku kini. Aku tak biasanya seperti ini. Ada apa dengan Ken?
"Bahkan kita saja baru bertemu, Ken."
"Maka dari itu! Aku merasa seakan ada red string yang menarik ku ke kau, Em," balasnya dan rasanya aku benar-benar ingin mengakhiri telepon ini.
"Ekhem, maaf tuan. Jika kau ingin menggoda kakakku, maka kau harus melewati aku lebih dulu," sambar Tiffany dengan tiba-tiba seraya mengambil telepon yang tengah ku genggam.
"Hey!" bentakku padanya. Sangat tidak sopan sekali dengan tiba-tiba ikut bergabung dengan obrolan orang lain ditelepon, aku sangat malu pada Ken. Tapi sayangnya, dia adikku.
![](https://img.wattpad.com/cover/357774933-288-k106738.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Samudra di Antara Kita
RomanceMenceritakan tentang sebuah pertemuan dua orang insan yang tidak di sengaja. Yang berakhir pada sebuah hubungan ikatan rasa di antara mereka. Perasaan yang timbul dari hati masing-masing yang membuat mereka memutuskan untuk menjalin cinta. Jarak ada...