SDAK-4 (revisi)

30 18 0
                                    

Happy reading everyone!

😸(⁠◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍⁠)

Kini, stadion Gelora Bung Karno telah menjadi salah satu tempat favorit bagi Ken untuk berolahraga. Seperti menemukan tempat baru bagi kebahagiaannya di sana, selama berlibur di Jakarta ini ia tidak pernah absen untuk berlari di pagi dan sore hari—ralat, kemarin dan pagi ini hujan deras mengguyur kota Jakarta, sehingga dengan berat hati ia merelakan aktivitas kesehariannya untuk berlari di sana.

Dengan menggunakan baju joging yang lengkap dengan sepatu khususnya, ia berlari dengan kecepatan sedang mengitari bagian luar Stadion Gelora Bung Karno yang berbentuk lingkaran itu.

Keringat demi keringat tentunya sudah mulai bercucuran melalui setiap bagian pori-porinya. Sudah sedari 30 menit yang lalu ia di sini, dan belum memberikan jeda panjang sama sekali. Sesekali ia berhenti hanya untuk kembali mengatur aliran nafasnya dan meminum sebotol mineral yang selalu ia genggam selama ia berlari.

Mungkin, sore ini adalah sore terakhir baginya berlari di Gelora Bung Karno sebelum ia kembali terbang ke negara asalnya, Inggris. Dua pagi berturut sedari kemarin hujan menculiknya, menggenangi indahnya kota Jakarta, sehingga dengan berat hati membuatnya merelakan rutinitasnya untuk sekadar berolahraga.

Ia tidak akan melupakan betapa indahnya bentuk lingkaran sempurna Gelora Bung Karno ini. Tidak akan melupakan betapa banyak waktu yang ia habiskan hanya untuk berlari di sini, dan tidak akan melupakan berapa banyak pisang yang ia makan disaat sebelum dan sesudah berlari.

Maka dari itu, ia tidak akan menyia-nyiakan sore ini. Tepat di pukul 4 sore dia masih tetap mengitari lingkaran Gelora Bung Karno ini dengan semangat yang masih menggelora dan disertai keringat yang terus bercucuran tanpa henti.

Mungkin untuk sebagian orang berlari dalam waktu yang lama dan jarak yang cukup jauh akan sangat melelahkan dan terasa engap. Namun, bagi Ken tidak. Entah dari kapan, dia mulai menyukai dan menjadikan lari sebagai salah satu aktivitas wajibnya sehari-hari.

Dan seperti kalian tahu, salah satu kunci keberhasilannya dalam berlari adalah dengan tidak merokok dan beralkohol. Bisa dibilang, di memang sangat berbeda dengan teman-temannya yang lain. Bahkan ada salah satu dari mereka membual bahwa Ken memang tidak cocok menjadi salah satu di antara mereka. Tapi, oh ayolah! Garis bawahi sekali lagi, itu hanya bualan.

Menurutnya dengan mengonsumsi secuil salah satu di antara itu sangat amat memengaruhi kesehatan paru-paru yang berhubungan langsung dengan pernapasan.

Selain itu, memperhatikan setiap ritme, gerakan, jarak dan perkiraan juga sangat krusial dalam dunia perlarian ini. Selain kesehatan paru-paru dan pernapasan, kita juga harus memperhatikan ritme yang kita gunakan dalam skala jarak yang ditempuh yang tentunya harus dilandasi dengan perkiraan yang matang.

Diulik dari pendapatnya, dengan berlari kita bisa mengrefresh pikiran menjadi lebih baik, dari permasalahan yang sedang kita hadapi. Tetapi, bukan berarti kita harus lari dari masalah, yaa.

Dengan nafas yang terengah-engah, Ken menghentikan langkahnya seraya memegang kedua lututnya dengan topangan lengan. Mengatur ulang kembali alur peredaran nafasnya.

Melirik arloji jam yang bertengger di lengan kirinya. Ken, memutuskan untuk menyudahi aktivitasnya berolahraga. Sudah cukup banyak kalori dibakarnya, dan itu artinya waktunya untuk peregangan tubuh terutama bagian kaki.

Ken sedikit melipir ke bagian pagar besi yang menjadi pembatas antara pintu masuk dan keluar titik lingkaran Gelora Bung Karno.

Seraya meluruskan kedua kakinya di aspal, Ken melakukan peregangan otot tubuh sembari meminum seteguk air yang dibawanya. Tanpa ia sadari, sebuah kain berukuran kecil berjenis katun melayang tinggi di udara melewati pembatas pagar menuju dirinya dari arah belakang. Dan tepat dihadapannya, kain tersebut terjatuh memberi unjuk rasa penasaran pada diri Ken.

Samudra di Antara Kita Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang